Bacalah ayat tersebut dua kali dan renungkanlah tentang kedermawan
Allah SWT. Betapa tidak, Dia membeli jiwa orang-orang mukmin dan
harta mereka, padahal jiwa tersebut dan harta tersebut pada hakikatnya
adalah milik-Nya sendiri. Lihatlah bagaimana kemuliaan Allah SWT di
mana Dia membeli harta milik-Nya yang khusus dengan syurga dan
bagaimana Allah SWT menganjurkan orang-orang Islam untuk berperang,
dan Dia memberitahu mereka bahawa urusan memerangi orang-orang
lalim dan orang-orang yang tersesat bukanlah hal yang baru atas orang-
orang Islam. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut dalam Injil dan
Taurat. Sebagaimana
Nabi Isa diutus dengan pedang, seperti yang disebutkan dalam lembaran-
lembaran atau buku-buku orang-orang Nasrani, maka Nabi Musa pun
diutus dengan membawa pedang. Dan ketika Bani Israil berkata kepada
Nabi Musa, "pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, dan
kami hanya di sini duduk-duduk saja,", maka kehendak Ilahi menetapkan
agar mereka mendapatkan kesesatan selama empat puluh tahun sebagai
akibat dari perbuatan mereka itu, agar generasi yang lemah dan hina itu
hancur yang mereka justru tidak memenuhi panggilan Allah SWT dan
mereka membiarkan Nabi Musa bersama Tuhannya berperang, padahal
peperangan itu merupakan tanggung jawab mereka dan tugas mereka
yang harus mereka emban sebagai pengikut Nabi Musa.
Demikianlah esensi dari ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh
Muhammad bin Abdillah. Yakni ajakan untuk membaca dan menggali ilmu
serta mendapatkan kebebasan dan yang terpenting adalah usaha
melawan kekuatan-kekuatan lalim. Suatu ajakan yang universal yang
tidak dikhususkan untuk kalangan tertentu atau untuk warna kulit
tertentu atau untuk kaum tertentu atau untuk tempat tertentu; suatu
ajakan kemanusiaan yang komprehensif yang universal yang ingin
mengikat ilmu dan kebebasan dan jihad dengan tujuan yang lebih tinggi,
yaitu mencapai tauhid kepada Allah SWT dan menyucikan-Nya serta
keimanan terhadap hari kemudian dan kebangkitan manusia semuanya di
hadapan Allah SWT.
Adalah salah jika ada orang yang menganggap bahawa Islam hanya
memperhatikan aspek akhirat dan melupakan aspek duniawi. Menurut
Islam dunia adalah lembar-lembar jawapan yang akan di koreksi di hari
akhir. Ia adalah ujian dan tempat percubaan bagi manusia agar manusia
mengetahui apakah ia layak untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah
SWT yang telah diberikan kepada Adam. Atau apakah ia justru layak
untuk jadi bahagian dari tanah neraka Jahim dan batunya, sebagaimana
firman Allah SWT:
"Yang bahan bakarnya manusia dan batu. " (QS. al-Baqarah: 24)
Rasulullah saw telah menjelaskan hikmah dari penciptaan manusia,
penciptaan kehidupan dan kematian ketika beliau menyampaikan firman
Allah SWT dalam surah al-Mulk:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. " (QS. al-Mulk: 2)
Dunia adalah rumah pergelutan. Dan Allah SWT telah menciptakan
kehidupan dan kematian agar manusia menyedari siapa di antara mereka
yang terbaik amalnya. Tentu pengetahuan ini tidak akan menambah
kekuasaan Allah SWT. Pengetahuan itu justru dibutuhkan oleh manusia.
Allah SWT menciptakan manusia agar manusia mengetahui, dan
pengetahuan yang paling penting adalah pengetahuan atau pengenalan
terhadap diri. Dan pada hari kiamat manusia akan mengenal dirinya
secara sempurna dan ia akan mengenal balasan yang akan di terimanya
secara sempurna.
Dan barangkali mukadimah yang kami sarikan dari hari akhir ini
mengharuskan kehidupan di atas bumi dipenuhi dengan kesucian dan
kebersihan, yaitu diliputi dengan kemanusiaan yang sempurna yang di
dalamnya manusia layak untuk hidup. Demikianlah Islam yang dibawa
oleh Muhammad saw. Inilah asasnya dan hakikatnya. Itu adalah pondasi
dan hakikat yang tidak diciptakan oleh Muhammad saw dan tak didahului
oleh rasul-rasul sebelumnya. Hakikat risalah-risalah yang dulu semuanya
adalah tauhid dan mempertahankan kebenaran serta keimanan terhadap
hari akhir dan menyerahkan jiwa dan anggota tubuh hanya kepada Allah
SWT. Yang baru dalam Islam adalah ilmu, kebebasan dan universalitas
ajaran Islam serta warna keadilan yang sangat kental, sehingga sangat
tepat jika dikatakan bahawa karakter dari Islam adalah keadilan.
Barangkali bahagian ini perlu diperhatikan.
Meskipun agama-agama samawi pada esensinya satu, tetapi kehendak
Allah menuntut turunnya lebih dari agama dan lebih dari satu nabi.
Kehendak tersebut menuntut agar pada setiap agama terdapat karakter
yang khusus yang menggambarkan bentuk yang paling tepat sesuai
dengan kebutuhan utama yang di situ agama itu diturunkan dan sesuai
dengan waktu saat itu. Orang-orang Yahudi misalnya, mereka hidup di
tengah-tengah suasana penyembahan berhala di kalangan orang-orang
Mesir kuno. Yahudisme diturunkan pada Bani Israil yang suka
membangkang dan kerana itu, karakter utamanya adalah ketegasan (as-
Sharamah) agar mereka tidak terpengaruh dengan fenomena berhalaisme
ala Mesir atau mereka terkena pengaruh dari tindakan semena-mena
Fir'aun. Dengan ketegasan inilah agama Yahudi selamat dan dapat
menjadi risalah penyelamatan dan pembebasan.
Namun Bani Israil yang memperbudak manusia dan mempunyai hati yang
keras pada saat yang sama mereka keluar dari Fir'aun untuk masuk ke
cengkaman orang-orang Romawi di mana orang-orang Romawi justru
lebih lalim dan lebih kuat dari orang-orang Mesir. Oleh kerana itu, orang-
orang Masehi bertanggungjawab untuk melakukan pembebasan baru
tetapi dengan cara yang berbeza sesuai dengan perubahan keadaan. Cara
tersebut adalah menjauhkan penggunaan kekuatan bersenjata kerana
kekuatan orang-orang Romawi mengungguli kekuatan saat itu dan
menguasai bumi secara keseluruhan. Maka kemenangan yang mungkin
dapat diperoleh adalah dengan cara menghindari tindak kekerasan dan
lebih mengutamakan pendekatan cinta. Dan pada kali yang lain orang-
orang Masehi memperoleh kemenangan melalui cara kedamaian dan cinta
yang disebarkannya atas imperialisme Romawi dengan segala senjatanya
dan kekuasaannya.
Adapun Islam datang sebagai agama yang terakhir dan menyeluruh yang
layak untuk diterapkan di muka bumi, sehingga Allah SWT mewariskan
bumi dan apa saja yang ada di dalamnya kepada orang-orang yang berhak
mewarisinya. Oleh kerana itu, agama yang terakhir ini harus mempunyai
karakter khusus dan karakter itu adalah karakter keadilan.
Ketegasan hanya cocok untuk zaman tertentu dan kelompok tertentu dan
keadaan tertentu, sedangkan cinta adalah contoh yang tertinggi, tetapi
ia tidak dapat menjadi sesuatu tolok ukur untuk dibandingkan dengan
tindakan-tindakan tertentu atau untuk dijadikan alat untuk melakukan
sesuatu. Dan jika ia menjadi tolok ukur bagi orang-orang yang memilki
perasaan yang tinggi atau budaya yang tinggi, maka ia tidak dijadikan
tolok ukur umum dan universal. Adapun keadilan, maka ia menjadi
karakter Islam yang berarti keseimbangan dalam sifat-sifat keutamaan
dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Ini adalah tolok ukur
yang menyeluruh dan barometer yang akhir. Dan barangkali kebesaran
keadilan dan pengaruhnya dalam pengaturan alam bersandarkan kepada
firman Allah SWT:
"Allah menyatakan bahawasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia.
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)." (QS. Ali 'Imran: 18)
Apabila Allah SWT dalam Islam merupakan cermin yang tertinggi, maka
keadilan yang disaksikan oleh Allah SWT terhadap diri-Nya sendiri harus
menjadi karakter Islam dan kaum Muslim. Keadilan dalam Islam bukan
hanya keadilan ekonomi atau keadilan hukum atau keadilan dalam
balasan, tetapi ia mencakup semuanya. Sebelum semua ini dan
sesudahnya, keadilan dalam Islam merupakan suatu sistem dalam
kehidupan dan metode utama dalam Islam.
Ketika Anda memalingkan pandangan Anda dalam Islam, maka Anda akan
menemukan keadilan menghiasi seluruh wajah Islam. Di sana terdapat
keadilan antara agama-agama yang dulu, keadilan antara individu dan
masyarakat, keadilan antara dunia dan agama, keadilan antara lelaki dan
wanita, keadilan untuk orang-orang yang fakir dan orang-orang yang
kaya, keadilan antara para penguasa dan rakyat, bahkan dengan keadilan
itu sendiri bumi dan langit ditegakkan dan Allah SWT menyebut diri-Nya
sebagai al-'Adl (Yang Maha Adil).
Selanjutnya, Islam adalah agama yang sudah lama sebagaimana lamanya
kedatangan para nabi. Nabi Nuh as berkata dalam surah Yunus:
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah
sedikit pun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan
aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang
berserah diri (kepadanya)." (QS. Yunus: 72)
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as berkata dalam surah al-Baqarah saat
keduanya membangun Ka'bah:
"Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan
Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat
ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. " (QS.
al-Baqarah: 127-128)
Nabi Ibrahim tidak lupa untuk berwasiat kepada keturunannya dan di
antara mereka adalah Yakub agar mereka mati dalam keadaan Islam.
Allah SWT berfirman:
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya,
Demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku,
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.'" (QS. al-Baqarah:
132)
Ketika kematian mendekati Yakub, beliau mengumpulkan anak-anaknya
di sekelilingnya dan bertanya kepada mereka:
"Apa yang kamu sembah sepeninggalanku? Mereka menjawab: 'Kami
akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya
tunduk patuh kepadanya.'" (QS. al-Baqarah: 133)
Allah SWT memberitahu kita dalam surah Yunus tentang perkataan Nabi
Musa kepada kaumnya:
"Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri."
(QS. Yunus: 84)
Sementara itu, Nabi Sulaiman adalah seorang Muslim sesuai dengan nas
ayat-ayat yang menceritakan tentang kisahnya bersama Ratu Saba' ketika
Ratu tersebut berkata:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta
alam." (QS. an-Naml: 44)
Demikian juga Nabi Yusuf, beliau berdoa kepada Allah SWT dan meminta
kepadanya agar mematikannya sebagai orang Muslim dan memasukannya
dalam kelompok orang-orang yang saleh. Allah SWT berfirman dan
bercerita tentang Yusuf dalam surah Yusuf:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan
kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku
sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku
dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang
saleh." (QS.Yusuf: 101)
Sementara itu dalam surah al-Maidah, Allah SWT mewahyukan kepada
kaum Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada rasul-Nya
lalu mereka berkata:
"Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa
Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada
seruanmu)." (QS. al-Maidah: 111)
Jadi, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Yakub, Nabi Musa Harun,
Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Isa adalah nabi-nabi yang Muslim sesuai
dengan nas ayat-ayat tersebut. Maka seluruh nabi adalah orang-orang
Muslim, lalu bagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir
dikatakan sebagai orang Muslim yang pertama?
Allah SWT berfirman dalam surah al-An'am yang ditujukan kepada Nabi
yang terakhir:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-
An'am: 162-163)
Maka, bagaimana beliau menjadi orang Muslim yang pertama, padahal
penamaan umat
beliau dengan sebutan al-Muslimin adalah penamaan yang sebenarnya
sudah dahulu
dikenal di kalangan nabi-nabi yang terdahulu dan kedatangannya ke alam
wujud dan
penamaan agamanya dengan sebutan al-Islam sebenarnya berhutang
kepada datuknya
yang jauh, yaitu Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hajj:
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-
orang Muslim
dari dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)
Tidak ada pertentangan dalam pendahuluan para nabi dengan sebutan al-
Muslimin daripada Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai orang
Muslim yang pertama. Tentu kata al-Awwal (yang pertama) di sini tidak
difahami dari sisi waktu atau masa kemunculan, tetapi yang dimaksud
dengan orang Muslim di sini adalah akmalul muslimin (orang yang paling
sempurna di antara orang-orang Muslim). Suatu kali Aisyah pernah
ditanya tentang akhlaknya Rasulullah saw lalu dia menjawab dengan
kalimatnya yang singkat: "Akhlak beliau adalah Al-Quran."
Kita mengetahui bahawa Al-Quran al-Karim menetapkan akhlak yang
mulia meskipun dalam batasannya yang sederhana dan rendah, dan
menyebutkan keutamaan akhlak dalam tingkatannya yang tinggi. Oleh
kerana itu, akhlak seperti apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw: apakah
beliau memiliki akhlak yang sifatnya tengah-tengah, atau apakah beliau
mendahului dalam kebaikan, atau apakah beliau termasuk ashabul yamin
(orang-orang yang berasal di sebelah kanan), atau apakah beliau
termasuk al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT)?
Rasulullah saw tidak hanya memiliki semua karakter tersebut dan atribut
tersebut, bahkan kedudukan beliau lebih dari itu semua. Beliau berada di
puncak dari segala puncak keutamaan akhlak, sehingga beliau berhak
untuk mendapatkan sebutan dari Allah SWT:
"Dan sungguh pada dirimu terdapat budi pekerti yang agung. " (QS. al-
Qalam: 4)
Para Mufasir berbeza pendapat tentang makna dari al-Huluqul 'adzim
(budi pekerti yang agung). Sebahagian mereka mengatakan bahawa yang
dimaksud adalah Al-Quran. Sebahagian yang lain mengatakan itu adalah
Islam. Ada juga yang mengatakan bahawa beliau tidak memiliki sesuatu
kecuali keinginan untuk menuju jalan Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an al-Karim terdapat penjelasan tentang darjat beliau yang
tinggi dalam dua ayat yang mulia. Ayat yang pertama adalah firman-Nya:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-
An'am: 162-163)
Beliau adalah orang yang paling utama di antara manusia semuanya;
beliau memiliki keutamaan yang melebihi semua manusia; beliau
memiliki rahmat dan kemuliaan yang tidak dapat ditandingi oleh
seseorang pun. Meskipun beliau datang sebagai Nabi yang terakhir namun
justru kerana posisi beliau sebagai Nabi yang terakhir, maka beliau
menjadi bata yang terakhir dalam pembangunan rumah kenabian yang
tinggi, sehingga bata yang terakhir itu harus menjadi puncak
pembangunan manusia. Sedangkan ayat yang kedua adalah firman-Nya:
"Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam
semesta." (QS. al-Anbiya': 107)
Beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Arab saja; beliau
bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Quraisy dan beliau bukan
menjadi rahmat bagi zamannya saja, begitu juga beliau tidak menjadi
rahmat bagi jazirah Arab saja, tetapi beliau menjadi rahmat bagi alam
semesta; beliau senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta: dimulai
dari diturunkannya wahyu kepadanya dengan kalimat iqra hingga Allah
SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya kepada orang-
orang yang berhak mewarisinya sampai hari kiamat. Alhasil, beliau
adalah rahmat yang dihadiahkan kepada manusia; beliau adalah rahmat
yang tidak menonjolkan mukjizat yang mengagumkan, tetapi beliau
adalah rahmat yang memulai dakwah dengan mengutamakan fungsi akal
atau pembacaan dua kitab: pertama, pembacaan kitab alam atau Al-
Qur'an yang diciptakan atau kalimat-kalimat Allah SWT yang terdiri dari
jutaan bentuk dan kedua pembacaan Al-Qur'an yang diturunkan melalui
malaikat Jibril di mana ia merupakan kalamullah yang abadi. Dan kitab
alam dibaca dengan ribuan cara: dibaca melalui penelusuran dunia:
"Katakanlah: 'Berjalanlah kamu di muka bumi dan amat-amatilah.'"
(QS. an-Naml: 69)
Atau dibaca melalui usaha menyingkap misteri dan penggunaan akal:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahawa Al-Qur'an itu adalah benar. " (QS.
Fushilat: 53)
Atau dibaca melalui ilmu dan pengamatan:
"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam,
dan yang telah menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)nya dan
menjadikan suatu pemisah antara dua laut 1 Apakah di samping Allah
ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka
tidak mengetahui." (QS. an-Naml: 61)
Jika di sana terdapat ribuan jalan atau cara untuk membaca kalimat-
kalimat Allah SWT dan kitab alam, maka di sana terdapat satu jalan
untuk membaca kalamullah yang abadi, yaitu hendaklah Al-Qur'an dibaca
dengan mata hati dan kecemerlangan basirah, sehingga Al-Qur'an
menjadi bahagian akhlak dari yang membaca sesuai dengan
kemampuannya.
Sebelum turunnya Al-Qur'an, dunia diliputi dengan kekurangan, baik
secara materi, rohani, undang-undang mahupun dari dimensi kehidupan
yang biasa melekat pada manusia saat itu. Dan sebelum diutusnya Rasul
saw yang beliau adalah manusia yang sempurna dan paling utama, alam
belum mencapai puncak dari penyerahan diri kepada Allah SWT atau
puncak dari keutamaan akhlak. Ketika Rasulullah saw diutus, maka
manusia mengalami kesempurnaan dan mampu mencapai tingkat
kesempurnaannya. Dengan Kitab yang mulia ini dan Nabi yang pengasih,
Allah SWT yang menyempurnakan agama bagi manusia dan
menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka, sebagaimana firman-Nya:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)
Namun semua itu tidak terwujud begitu saja, Nabi yang mulia harus
berjuang secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga beliau menjadi
manusia yang paling layak untuk mendapatkan pujian penduduk bumi dan
penduduk langit. Dan Rasulullah saw telah melakukan semua itu. Kita
tidak mengenal seorang nabi yang perasaannya dihina dan dicaci maki
lebih dari apa diterima oleh Muhammad bin Abdillah; kita tidak mengenal
seorang nabi yang memikul berbagai penderitaan, dan memiliki
kesabaran yang mengagumkan di jalan Allah SWT sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Nabi kita.
Kemudian, seorang yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam
semesta tidak akan mengajak manusia menuju kebenaran kecuali jika
manusia tersebut dari kalangan orang-orang yang kafir dan
membangkang. Beliau berdakwah bagi orang yang berhak mendapatkan
dakwah; beliau siap memikul tanggung jawab dakwah dengan berbagai
tantangan dan cubaannya; beliau menunjukkan kesabaran yang luar
biasa. Setelah itu, beliau datang kepada Allah SWT dengan hati yang puas
dan air mata yang bercucuran dan dengan suara berbisik berkata: "Ya
Allah, jika tidak ada kemurkaan pada diri-Mu, maka aku tidak akan peduli
dengan manusia." Segala sesuatu akan menjadi mudah jika di sana
terdapat ridha Allah SWT.
Setelah turunnya wahyu kepada Rasul saw, beliau memulai tahapan
dakwah dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT. Dimulailah
dakwah secara rahsia yang berlangsung selama tiga tahun dalam
persembunyian.
Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid beriman
kepadanya, lalu beriman juga sahabatnya, Abu Bakar sebagaimana
beriman kepadanya anak pamannya, Ali bin Abi Thalib yang saat itu
masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman
kepadanya Zaid bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar
juga ikut berdakwah, sehingga ia memasukkan dalam dakwah teman-
temannya, seperti Usman bin Affan, Thalha bin Ubaidilah, dan Sa'ad bin
Abi Waqas. Juga beriman seorang Masehi, yaitu Waraqah bin Nofel dan
Rasulullah saw melihatnya setelah kematiannya tanda kesenangan yang
itu menunjukkan ketinggian darjatnya di sisi Allah SWT. Setelah itu, Abu
Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu disusul oleh Zubair bin Awam dan
Umar bin 'Anbasah serta Sa'id bin 'Ash. Jadi, Islam mulai mengepakkan
sayapnya secara rahsia di Mekah.
Kemudian berita tersebarnya akidah yang baru ini sampai kepada
pembesar-pembesar Quraisy, tetapi mereka tidak begitu peduli.
Barangkali mereka membayangkan bahawa Muhammad telah menjadi -
kerana uzlah yang dilakukannya di gua Hira - salah seorang juru bicara
tentang ketuhanan sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt
dan Qas bin Sa'adah.
Demikianlah dakwah secara rahsia berhasil mengembangkan misinya dan
dapat melindungi akidah yang baru. Dan selama perjalanan tiga tahun
yang dibutuhkan tahapan dakwah secara rahsia keimanan telah tertanam
dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw telah mendidik
mereka dan telah menanamkan kepada diri mereka sifat-sifat kemuliaan
dan telah menciptakan mereka sebagai benih pertama dari pasukan
Islam. Pada suatu hari Jibril turun dengan membawa firman Allah SWT:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat."
(QS. asy-Syu'ara': 214)
Demikianlah, datanglah perintah Ilahi agar Rasulullah saw berdakwah
secara terang-terangan. Lalu berkumpullah di sekeliling Nabi sekelompok
tentera yang besar dan datanglah perintah Ilahi agar beliau
menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan mengingatkan
keluarga dekatnya. Ketika Nabi melakukan hal tersebut, maka dakwah
memasuki tahapan yang kedua. Dan tahapan dakwah yang baru ini
berakibat pada timbulnya penekanan terhadap para dai di mana mereka
mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan oleh masyarakat serta
diboikot.
Orang-orang Quraisy mengetahui bahawa Muhammad berbahaya bagi
mereka. Beliau bukan hanya berbicara tentang ketuhanan, tetapi beliau
mengajak manusia untuk mengikuti agama baru, yaitu agama yang
mencuba untuk menyingkirkan berhala-berhala dan patung-patung
mereka serta tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang
mencuba menyingkirkan kedudukan sosial mereka dan kepentingan-
kepentingan ekonomi mereka; agama yang menyatakan bahawa tiada
tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain hukum-Nya,
serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut
menyebabkan penduduk kota Mekah membencinya dan orang-orang yang
memegang kekuasaan di dalamnya merasa gelisah.
Setelah pengumuman dakwah secara terang-terangan, dimulailah dan
ditabuhlah gendang peperangan. Kemudian peperangan yang dahsyat
terjadi antara para pembesar Quraisy dan para pengikut Rasulullah saw.
Orang yang pertama kali menyerang Islam adalah seorang tokoh Mekah
yang bernama Abu Lahab.
Bukhari meriwayatkan bahawa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan
beliau mulai memanggil-manggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah.
Dan ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah
kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahawa seekor kuda akan
datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami belum
pernah melihatmu berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang diutus
sebagai pemberi peringatan terhadap kalian. Di hadapanku terdapat
seksaan yang berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata: "Sungguh
celaka engkau, apakah kerana ini engkau mengumpulkan kami."
Dengan penghinaan inilah, peperangan terhadap Islam dimulai. Ketika
kaum Muslim tidak mampu mempertahankan diri mereka, maka mula-
mula Allah SWT membantu mereka dan menolong mereka dengan
menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu Lahab:
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa. Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang
dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya
ada tali dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5)
Dengan ayat-ayat yang pendek dan tepat tersebut, Abu Lahab memasuki
kancah sejarah dari pintunya yang paling pendek. Gambaran tentang
kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya. Abu Lahab adalah seorang
yang menentang dakwah kebenaran kerana ia mengkhuatirkan
kedudukannya dan kekayaannya, padahal harta yang dipertahankannya
dan dijaganya tidak memiliki erti sama sekali di sisi Allah SWT kerana ia
sekarang berada dan dimasukkan di tengah-tengah neraka yang menyala-
nyala, sedangkan isterinya membawa kayu bakar, sehingga menambah
nyala api itu sendiri. Dan di lehernya terdapat suatu belenggu sebagai
simbol keterikatannya dengan dunia binatang yang tidak berakal.
Sebahagian besar orang-orang yang menentang dakwah adalah orang-
orang yang berhubungan dengan dunia binatang yang tidak sadar.
Allah SWT berfirman:
"Atau apakah kamu mengira bahawa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang
ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44)
Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang-
orang musyrik, maka kita akan terhairan-hairan.
Allah SWT berfirman:
"Dan mereka hairan kerana mereka kedatangan seorang pemberi
peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir
berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa
ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang Satu saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat menghairankan'." (QS. Shad: 4-
5)
Cobak perhatikan bagaimana kebodohan kaum itu di mana mereka
menganggap bahawa pada hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka
justru merasa hairan ketika terdapat hanya satu tuhan atau tuhan yang
esa. Mereka justru merasa hairan ketika berhadapan dengan masalah
yang fitri dan jelas ini.
Allah SWT berfirman: