Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu
yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak
bahawa jiwa kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru
menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap
kebenaran. Akhirnya, kaum lelaki cenderung kepada sesama jenis
mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika
mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang
harus disamakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak
ubat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat had beliau
bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di
tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang asing atau
seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka
menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu-
tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum lelaki." Mulailah
perilaku mereka yang keji itu terkenal.
Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth
mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan
tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak
seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya
kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya.
Isteri Nabi Luth kafir seperti isteri Nabi Nuh:
"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-
orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba
yang soleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak
dapat membantu mereka sedikit pun dari (seksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang
masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang
mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth terseksa, baik di luar rumah
mahupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai
penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya.
Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman
kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan
apa saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-
arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)
Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia
berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-
orang yang membuat kerosakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari
tempat Nabi Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar.
Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah
tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau.
Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi
tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga
menyaksikan mereka. Ia tampak kehairanan melihat kaum lelaki yang
memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat
bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada
rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya), "Hendaklah
kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian
akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai
dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku
belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu
dengan nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah
hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika
Nabi Luth melihat mereka, beliau merasakan kehairanan yang luar biasa.
Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada
mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka
malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi
Luth tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di
depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada
mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di
muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian
dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam
di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan
mereka tidak memberikan komentar atasnya.
Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha
untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth
memberitahu mereka bahawa penduduk desanya sangat jahat dan
menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu, mereka juga membuat
kerosakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan di dalam
desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya
membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus
melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada
tamu. Nabi Luth berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk
melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun
tamu-tamu itu sangat menghairankan. Mereka tetap berjalan dalam
keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap
bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu
kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala
penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit.
kerana rasa takutnya dan penderitaannya sehingga ia lupa untuk
memberi mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi
Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang
pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun isterinya melihat
mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka
kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu
cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT
berfirman:
"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada
Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya kerana
kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.'
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak
dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji."
(QS. Hud: 77-78)
Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju
padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang
memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk
mencari isterinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah
kesedihan Nabi Luth.
Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada
mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak
berfikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan
fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan
kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan
untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita?
Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah
mereka cenderung kepada sesama lelaki.
"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka
lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah
kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di
antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah puteri-puteri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan
tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian
terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam
bentuk kesucian jiwa dan fizik. Ketika kalian cenderung kepada mereka,
maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat."
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah
jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah.
Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa Allah SWT
mendengar dan melihat serta akan murka dan menyeksa orang-orang
yang derhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat menghindari murka-
Nya.
"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini
adalah usaha gagal dari beliau yang mencuba menggugah kemuliaan dan
tradisi mereka sebagai orang Badwi yang harus menghormati tamu, bukan
malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang
berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai
fikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang
berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu
hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk
mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas
kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri."
Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat
lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu
tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan
fikiran yang bodoh:
"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami
tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan
sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami
kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah tampak dengan jelas bahawa kebenaran tersembunyi di
balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya.
Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan kerana
dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat
yang buruk pada perbuatan yang buruk.
Nabi Luth merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah
kaumnya. Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup
pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta
pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang
dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku.
Nabi Luth merasakan kehairanan dalam dirinya ketika melihat
ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu
semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rosak dan lemah,
lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:
"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk
menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang
kuat (tentu aku lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat
melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat
benteng yang kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT
yang di dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi.
Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata saat membaca ayat
tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung
pada benteng yang kukuh." Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan
Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang
putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka
memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah
benteng yang kuat:
"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat
mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para
malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu
terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat
sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak
serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka
mengira bahawa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata
mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan)
tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka
rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya
pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar:
37-38)
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan kepadanya
untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka
mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan
gunung. Seksa apa ini? Ini adalah seksa dari bentuk yang aneh. Para
malaikat memberitahunya bahawa isterinya termasuk orang-orang yang
menentangnya. isterinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga
jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah wahai Luth kerana keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi
Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab
kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahawa mereka akan
terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di
akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang
tertinggal, kecuali isterimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang
menimpa mereka kerana sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada
mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?"
(QS. Hud: 81)
Nabi Luth keluar bersama anak-anak perempuannya dan isterinya.
Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian
datanglah perintah Allah SWT:
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang
diberi tanda oleh Tuhanmu, dan seksaan itu tiadalah jauh dari orang-
orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)
Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh
kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para
malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing
mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke
bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-
batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang
silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum
Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota-
kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi.
Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth
mendengar suara-suara yang mengerikan. isterinya melihat sumber suara
dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri
kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali
sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami
tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut
kepada seksa yang pedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih
tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan
melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam.
Maka apakah kamu tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama
berkata: "bahawa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana
airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin.
Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini
mengisyaratkan bahawa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth
menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan
bahawa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di
Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth."
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth
menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya.
Beliau hairan ketika mendengar bahawa Nabi Ibrahim juga
mengetahuinya. Nabi Luth terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan
Allah s.w.t seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan
Islam di muka bumi.
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah
diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah "Asy-Syu'ara" ayat
160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 , surah "Al-
Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah "At-Tahrim" ayat 10 yang
mengisahkan isteri Nabi Luth yang mengkhianati suaminya.