Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di
sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam.
Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun
mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau
harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan
khusyuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke
atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya
lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan
di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon
mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di
luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab
dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga
para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin
bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat
yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari
terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di
tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat
perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa
mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian
dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang
gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan
yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan
kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa
Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya
penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para
malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau
meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah
SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat.
Maryam merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya.
Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu
semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di
sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya.
Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau
membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh
dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu
jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya.
Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk
melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon
mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian
ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang
pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi.
Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau
mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam
merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia
menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun.
Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan
suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan
orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang
asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di
mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua
matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu
justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu
mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh
orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam
bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan-
akan orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam
kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya
suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab
salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya
kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan
bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat
itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya
matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api.
Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di
kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau
begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah
berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta.
Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam
memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa
yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang
yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu
telah mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah
datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam
ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh
seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun,
maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Fikiran-
fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata
kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus
(ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah
Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu?
Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa
diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa
perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan;
biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah
SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan
pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-
Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di
dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang
soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum
mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan
ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat
ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan
mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan
udara yang bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya oleh
Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak
sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah
pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil.
Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia
tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam
merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian
yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia
menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian
cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang
akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang diletakkan pada
Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi
yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu
Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat
terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang
sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai
mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana
kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan
malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya,
bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak.
Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang
banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian
ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan
Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan
kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa
berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan
perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang
ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam
tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya
secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa
bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat
sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang
dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh
seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia
akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup.
Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan
tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di
bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan
sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya,
Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi
dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini
menimbulkan penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya.
Bagaimana manusia akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka
katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahawa ia adalah
wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa
melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang
melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya?
Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya.
Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana
perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan
kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia
dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon
kurma itu ke arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah
kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah
kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:
'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia
pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak
kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang
lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti
dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada Maryam
agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar
menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya
sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan
meminum darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta
kegembiraan dan tidak berfikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam
melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada
mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak
berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru
dilahirkan beberapa saat tetapi ia langsung memikul tanggung jawab
ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan
orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak itu menyiratkan
tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa ia
datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk
memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon
kurma yang besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah
darinya buah kurma yang masih muda dan lazat. Maryam makan dan
minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti
ketenangan dan kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya tertuju
pada satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana
orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan
tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah
para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah
mereka terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah
seseorang di antara mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit -
bahawa langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus
kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar.
Pasar besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam menuju masjid
dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka duduk
berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama Maryam melewati
pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil yang
didakapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih
perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk
berkata: "Itu adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan
disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung"
dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam,
mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang anakmu,
bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan
engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang
yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS.
Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa
terlebih dahulu mendengarkan sanggahannya atau mengadakan
penelitian atau membuktikan bahawa perkataan mereka memang benar.
Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahawa bukankah ia
seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya
seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi
semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan
kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika
pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin sulit, maka
Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah
anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami
bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka
agar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya:
"Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang anak
kecil yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di
buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil)
dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku
seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS.
Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah
para pendeta dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka
menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara langsung. Anak
kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa seorang
ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah SWT telah memberinya
al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa kekuasaan
mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di
antara mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau
menghakimi mereka melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari
langit yang turun di bumi. Atau pernyataan, bahawa hanya dia yang
mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian
yang akan datang kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini.
Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia kepada
penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus
agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara ajaran-
ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai
perbezaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan.
Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana
ia berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih
perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh Maryam
melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat
pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat.
Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim
Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang-
orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka
dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang
dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur.
Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak
tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih
di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada
ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang
ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan suatu
pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para
mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan
wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke
arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang
berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya
tidak benar. Kami telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang
mereka katakan bahawa ia membuat mukjizat dengan berbicara saat ia
masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran
berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahawa
berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja
berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga
orang dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka
lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan
kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan
menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat
menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah
seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya kerana
orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan
mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu
bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan
untuk menentang Romawi?" Hakim melompat dari tempat duduknya
ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan
emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku juga
menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi
yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang
bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi
yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya."
Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih
cepat dari merpati jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap
tentang anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan!
Pergilah kalian dari sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk
memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat
menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan kedatangan agama baru
kepada manusia tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan Romawi yang
ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil
pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa
lama orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin
berbicara kepadamu tentang suatu masalah yang sangat
menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi
kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan
tentang anak kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia
mengatakan bahawa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana
berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu berkata - dan ia merasa
bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama
Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit
pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta."
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia
memahami bahawa seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan
mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih sedikit
berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia mendengar cerita itu
tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang
kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata:
"Ini benar wahai tuan yang mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian
mengetahui ini adalah persekongkolan menentang keamanan kerajaan
Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk pengkhianatan?"
Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu
pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang
kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak
ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita
ini? Sekarang, apakah kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah
engkau melihat anak kecil itu yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan
tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang
percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang anak yang
lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata
seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta
dan jika engkau mendengar berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku
sebelum engkau sampaikan kepada isterimu." Belum lama pendeta itu
pergi sehingga Heradus berfikir, bagaimana seandainya pendeta itu
berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua matanya. Ia
mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai berbohong.
Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti
bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi
yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan
mereka untuk menangkap semua orang yang mendengar cerita ini atau ia
akan melihat akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk mencari
gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang
lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke
Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang
yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam
kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu
wahai Maryam dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan
Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan
bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab,
"Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya
Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab:
"Sekarang juga. Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau
keluar bersama seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya
dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah hukum kehidupan.
Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi pada
akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya. Keluarlah
wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam
melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam
berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa
di mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau
dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh
dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan
kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya yang stabil
mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di
Mesir. Kemudian datanglah kepada Maryam orang asing yang telah
memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia
memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu berkata
kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk
menduduki singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang
fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam
pun kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di
sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar
dari rumahnya dan menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu
bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah pun dari
rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau memadamkannya
pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang
wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari
Sabtu dan hanya mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu
menjadi hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi.
Mereka melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan mereka
mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan
tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari Sabtu
adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia
sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan
kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana
mereka dapat menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah
di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan
saking ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu sampai-
sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari
Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh
dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu di
hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau
memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil
doktor. Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad;
dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk
panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, berpergian di hari Sabtu
diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela. Dilarang juga di hari Sabtu
untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti
dengan banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya
keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara
untuk menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi
dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah
mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara
batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam
cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas
pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan
jaminan-jaminan, maka kita akan melihat bahawa mereka siap untuk
menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan
mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat.
Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut
bertentangan dengan kepentingan peribadi mereka atau dapat menjadi
penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata pencarian yang haram
yang sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya, terdapat kaedah
syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh
melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah
di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara
tersebut pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya acara itu berjarak
lebih dari dua ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka
dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka
meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian makanan yang berjarak dua
ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu
tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan
menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah
jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar dari
larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka
membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang
pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota seperti rumah
besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu
dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi
mempermainkan syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya
adalah, bahawa syariat Musa menetapkan agar seorang anak menginfaki
kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan memerlukannya.
Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang
sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk
memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada
mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada
haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang
tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka
berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi
nafkah, maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya
oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian
tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang
terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga
terdapat sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi
kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat
yang harus mereka lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum
memakan makanan, namun mereka menganggap bahawa meniadakan
pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa
dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah
kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral
mereka telah rosak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada
taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang
berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian-
pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan
memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa
tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah
terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya
berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau harum
yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari
bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari
Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang
beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan
semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan
yang menentang agama Yahudi.
Isa mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak
pada ketaatan luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh
kerana itu, Isa mencabut buah dan memberikan makan kepada manusia
pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita tua
sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di
dalamnya dan mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di
sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya.
Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding tempat
beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum. Di
samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang
mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu
yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan
dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang-
orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia
memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua
puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka
adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di
dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka
memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas.
Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju
mereka yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para
pendeta aristokrat yang bersekutu dengan penguasa di mana mereka
memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan
bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah para
pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi
dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat
penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah.
Yaitu korban yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas
tempat penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para
pejalan di tempat penyembahan itu akan menghasilkan wang.
Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan
kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman
itu adalah wang. Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai
satu-satunya yang kerananya manusia akan bergulat satu sama lain.
Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum
Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan
mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk
diri mereka dengan terus mencari korban-korban di dalamnya. Sering kali
kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan syariat dan
hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan korban
yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun berpendapat bahawa
haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum
Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal adalah hak mereka.
Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan korban itu harus
dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan
untuk membakar haiwan yang disembelih di atas tempat penyembahan,
sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil haiwan sembelihan ini
untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati
di toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk
mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seekor burung
merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh
Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya
seseorang menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah itu, harga
burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua
kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang
menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa
melihat kaum fakir yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga
mereka tidak mampu berkorban; Nabi Isa melihat bagaimana para
pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti serigala
yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang
itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal di sana
terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka
mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri
dengan darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para
pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir
banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang untuk membeli
binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu harus
dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka
lakukan dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang
fakir di haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki
rumah dengan keharusan membawa wang?
Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota
menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci
terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika
melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di
atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat. Titisan-titisan air
mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai
merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana
kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka
bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Titisan air mata
al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan
manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua
orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi
Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka
berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga,
turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah-
Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang
penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang
berat dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di
jalan Allah SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang tegak
berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya
bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang
memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan
rohani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan
kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam
kehidupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang
memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah
kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum
qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah
orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar
memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka
hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya
dipenuhi dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan
rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa.
Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi
yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati
yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian.
Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT telah
mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa
sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi
tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu
mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan
mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut?
Yang jelas, tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang
didapatinya dari Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan
asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada hikmah syariat
yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak
mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi sebelah
kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya.
Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi
Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia
merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi
Musa. Nabi Isa ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang
sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahawa syariat
bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri kalian lalu
kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah
kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu
mencintai diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh
demi makanan dan minuman. Mereka memberikan makan kepada anak-
anaknya. Perbezaan antara manusia dan binatang adalah perbezaan pada
tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat cintanya
kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat
membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu
melakukan hal itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai
kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya
bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali setelah ia
mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang
yang dekat denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata
kepada kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang
melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan solatlah
untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk
luaran. Jika kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam
bentuk yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa
bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan oleh kaum Farisiun
dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat
syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan
penyembahan terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam
kejahatan, muncullah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang
menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahawa ia
mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan;
Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi
idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya
untuk mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit
menular; Al-Masih mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak
mampu untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling
tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia
selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi
Isa bertujuan untuk menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat
dianggap sebagai pedoman perilaku individu, bukan suatu sistem
perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber
utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu,
Isa datang dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril.
Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Roh
Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya sepanjang
pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah
atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas
kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh kerana
itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke
langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam
kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai
kemampuan yang luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan
kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan orang-orang mati
dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang
luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah,
maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita
sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau
tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa
sebahagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa
wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahawa jumlah isteri-
isteri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari
bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung
dan gurun bahkan dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang
alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat
kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan
dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang
diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang
lebih dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus
sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang
pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di
waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di
waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan
(ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk)
yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup
padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan
seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang
mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di
waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka
berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika
Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kepada-Ku
dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama,
bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di
buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang
dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau
membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu
menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang
yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan
dalam Al-Quran al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera
Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit
kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-
betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya
kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera
Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.'
Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan
seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit kerana
permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang
terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat hal-hal
yang ghaib melalui panca inderanya meskipun beliau tidak
menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan
dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu
benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat
kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah,
lalu diikuti mukjizat berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke
langit ketika penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali
pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat seperti ini
diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa mukjizat adalah hal
yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi
pemberian itu menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan
keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat
berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka
dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi,
mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT
berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi
Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta
yang melahirkan dari gunung atau mampu membelah batu-batuan
gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar
memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh kerana
itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan
menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir.
Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu
memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum
materialis yang mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga
bahawa manusia hanya sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum
yang meyakini bahawa darah makhluk adalah rohnya atau jiwanya.
Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst
adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan
darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh
falsafah yang dasarnya mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki
sumber pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud
yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang materialis ini, di mana
roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha
menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang
ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan
bahawa alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak
memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang
Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan menjadikan
sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal
dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri
menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya
sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak-
Nya yang bebas, Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa
melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa
seorang ayah. Cukup ditiupkan roh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami
jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi
semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua
hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan
sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh
dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya
mementingkan fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita
mengamati sebahagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan
melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi
Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung lalu beliau
meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun
menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fizik yang
tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya,
maka segenggam tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan,
Sungguh sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah
roh. Roh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh
adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping itu, juga ada
mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga
menunjukkan adanya roh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan.
Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah
hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang
hancur lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan
bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana dikatakan
orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya
kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari
kematian. Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta
berbicara. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad.
Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini
bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi,
kerana setelah kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di
udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu
adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata kepala
mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin
bahawa kiamat fizik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan
bahawa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu
kaumnya tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka,
tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran
dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa panca indera bukanlah
nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka
tetapi rohnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu
mereka. Jadi, rohani adalah nilai yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya roh dan
kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana
dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis
propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk
mendidik rohani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari
kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang yang
berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk
akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih
memberikan celah kepada para pengingkaran akhirat untuk terus
mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada penentang hari
kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah mengatakan
bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak
beriman kepada hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati
yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi
mereka yang membuat mereka beriman, tetapi mereka masih menentang
tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai
berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung oleh Ruhul kudus dan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran al-Karim menceritakan
kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah dari
esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta
menyerahkan diri kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan
kalian."
Al-Quran memberitahu kita bahawa yang mengatakan kalimat tersebut
adalah Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah
disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka,
mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk
mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat
untuk menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT
serta beriman bahawa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam
semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia
Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu
pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit
dari apa yang pernah disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira-
kira setelah lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT,
melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa yang terjadi di tengah-
tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang hakikat Isa. Oleh
kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha menyingkap dialog mereka yang
belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah
Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku
tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah,
Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan
aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Quran secara tegas mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah
dakwah tauhid. Al-Quran ingin mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari
segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia
anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah,
bahawa tidak ada perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada
perantara antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT
menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang
untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang
pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang
yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi
terhadap syariat di mana mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu
secara harfiah dan sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa
menenangkan orang-orang yang menjaga syariat bahawa ia tidak datang
untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa
lebih menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk
lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahawa sepuluh
wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam
dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya
melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi
juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain.
Sedangkan wasiat yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam
pengertian terjadinya hubungan antara laki-laki dengan perempuan
melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk
perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata diarahkan
kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu pun
berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusia
untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat
menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri.
Syariat yang dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan janji
Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahawa hendaklah mereka
tidak melakukan sumpah palsu kerana merupakan "kesalahan besar jika
nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut manusia." (Injil
Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat
mendominasi masyarakat saat itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan
manusia dari perbuatan munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu
juga beliau mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan
dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai mereka menimbun harta
di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka
pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi
hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang
bersifat samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi
orang-orang yang teliti saat memilih gaya hidup mereka kerana pada
gilirannya akal mereka akan menjadi cermin darinya. Kecenderungan
manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya
langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati
tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap.
Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau
mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka
mengabdi kepadanya kerana manusia tidak dapat mengabdi kepada dua
majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai
majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT sebagai
tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari
penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah manusia
menjauhi dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan
dikuasai oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang
penjagaan Allah SWT kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk
memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul
kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu dikeranakan
keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan
mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah
SWT lah yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin
kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi
makhluk yang paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia
adalah hal yang salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang
beragama. Itu adalah sikap para penyembah berhala kerana penyembah
berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik darinya, sedangkan orang-
orang yang beragama mengetahui bahawa di sana terdapat bimbingan
Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak
begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan
mereka lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan
melindungi mereka dan akan menjamin kehidupan mereka. kerana itu,
yang layak bagi mereka adalah, hendaklah mereka memohon agar diberi
kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni kehidupan rohani dan
apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing
dengan kejadian-kejadian yang akan datang dan persoalan-persoalan
esok hari kerana esok hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika
kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti, maka bantuan dan
perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa juga
berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.
Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang
ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk melakukan
kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang
Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada
manusia agar mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan
akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau
memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk
menyembah Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana
beliau juga mengajak manusia untuk membersihkan rohani serta hati dan
berusaha memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul
kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa
bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan menyatakan
peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan
mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam
masalah tersebut kerana mereka melihat bahawa itu hanya sekadar
perselisihan dalaman antara kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka,
selama orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka sendiri dan
tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan
untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan
bahawa Isa datang untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa
memutuskan untuk merejam wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi
menghadirkan wanita yang salah yang berhak direjam. Mereka berkumpul
di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat menetapkan
untuk merejam wanita yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka
berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa memandang wanita itu
dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahawa para
pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut.
Para pendeta itu menunggu jawapan Isa. Jika ia mengatakan bahawa
wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat
Musa, dan jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh, maka ia justru
menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan
toleransi. Nabi Isa memahami bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau
tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat
para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barang siapa di
antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merejam
wanita itu."
Suara beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat
penyembahan. Beliau menetapkan peraturan baru yang berhubungan
dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah.
Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah
dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum
orang yang bersalah jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya
adalah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah
Maha Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu
mengejar dari belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari
pakaiannya satu botol dari minyak yang berharga. Ia berdiri di depan Isa
dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu menciumnya dan
membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia
mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al-
Masih mempakan harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu
keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri
menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap kasih
sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor yang
memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus dinar dan
yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak
seorang pun dari mereka berdua yang memiliki wang yang cukup untuk
melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan
membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa
bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor
itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa
berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku telah
masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku air agar
aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku
dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu
juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak
merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh
sangat keras tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka
barang siapa yang banyak mencintai nescaya kesalahan-kesalahannya
akan diampun." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu dan
memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah,
ampunilah wanita ini dan hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai
yang menyeru di jalan Allah SWT bukanlah algojo yang bengis yang
menerapkan hukum syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang
bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah SWT yang
merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia. Jadi,
rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi
itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau
menyuruh kaumnya agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman
kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan
ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana
diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai
pakaian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil
menangis serta wajahnya tampak pucat kerana kelaparan dan bibimya
tampak kering kerana kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian
wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di
tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa bermaksud
membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?"
Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air
makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan
solatku di waktu musim dingin di saat matahari terletak di timur,
bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol,
syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku
adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang
yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu
pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak
menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya
bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah
SWT. Nabi Isa mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia
meniupnya, maka tanah itu menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain
itu, hujung bajunya yang sederhana jika tersentuh orang yang sakit,
maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di
atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang nescaya
ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa.
Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan
mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah
SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang.
Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari
seorang tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu.
Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang-
orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau
menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak lama
.Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan
tidak sedarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa
untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada mereka,
"Di manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa
sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah
SWT agar menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari
kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata
kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di
zamanmu kau tidak. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku
mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang
mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira
bahawa kiamat telah tiba. kerana takutnya kepada hal itu sehingga
rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan
tentang bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati,
namun kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian
yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan bahawa
Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya. Kita percaya
bahawa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak
mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau
mereka sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa
terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang
disebut dengan hukum roh. Beliau menaiki gunung dan para sahabat-
sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang
beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang
yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit
sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai
berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka
memiliki kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana
mereka akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang
diserahi amanat kerana mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang-
orang yang lapar dan haus kerana mereka akan dikenyangkan.
Beruntunglah orang-orang yang menyayangi kerana mereka akan
disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya kerana mereka
akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi
mempertahankan kebenaran kerana mereka akan mendapatkan kerajaan
langit. Kalian adalah garam bumi jika garam telah rosak, maka siapa
gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi garam kembali."
Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian adalah garam
bumi."
Garam adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa
garam makanan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang
mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas
terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak
berarti. Di samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di
muka bumi pun sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT
pun tidak bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi
dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman
kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa
yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.'
Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul)
bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada
seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka
menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui
kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya,
dan sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman. Hakikat ajaran
para nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua nabi
menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan
kami memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan
seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam
menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa,
sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan serta
pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih
tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak
ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasian antara
tindakan dengan fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari
kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al-
Karim memberitahu kita bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada
al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap
Hawariyin. Kita mengetahui bahawa Allah SWT mewahyukan kepada
manusia dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS.
an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada
makhluk agar mereka menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT
gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai jalan kesempurnaan.
Tidakkah Anda ingat tentang jawapan Nabi Musa terhadap pertanyaan
Fira'un:
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinya
petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan
kepada kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka
berupa pemberian ilham kepada mereka demi kebaikan mereka dan
kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtiar
mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak
bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati
mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai
garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka agar beriman
kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun beriman dan mereka pun
bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga
Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa
memanggil mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong aku
menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil)
berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku
untuk menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat
setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami
telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami
ikuti rasul, kerana itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-
orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk
mengikuti Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran
menegaskan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan
kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya yang bernama Ahmad.
Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan
kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul
itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata,
mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar
berita tentang kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah
masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah khabar berita itu beliau sampaikan
dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau apakah beliau
menyampaikan khabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum
beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Quran tampaknya
khabar berita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya,
sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah
sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat
tersebut menunjukkan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira
dengan datangnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus
kepada kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai
macam mukjizat yang luar biasa seperti penghidupan orang yang mati,
peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti-
bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahawa ia membawa
sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa tuduhan semacam ini telah
dialamatkan kepada sebahagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga
mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan
yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap berdakwah di jalan
Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang mengatakan
bahawa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin
meningkat. Mereka adalah orang-orang yang hatinya keras, yang
membeku di hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka dan
menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta
sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada
kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama
mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim
yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata
menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa aku
membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa
kedamaian tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah
para nabi. Para nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka
gunakan di medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada
hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan
satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahawa tiada Tuhan selain
Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan kepercayaan akan
tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat
dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan
kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti
biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi
menentang nabi. Al-Mala' adalah para pembesar sebagaimana telah kami
jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus
melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan
dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak
seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya
sebagai budak kerana penghambaan hanya pantas ditujukan kepada Allah
SWT. Manusia adalah sama di antara mereka sehingga tidak berhak
seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk membangun
kejayaan peribadinya atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk
terhadap mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi
berarti mengganti dan mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh
para pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah dakwah yang
menyatakan peperangan dan kerana itu seseorang nabi harus membawa
senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik
senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun dalam
peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu
peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk
menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan
senjata sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap nabi
mempunyai senjata yang berbeza-beza. Terkadang senjata seorang nabi
berupa mukjizat yang dapat menghentikan langkah dan menghancurkan
mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan
terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang membantunya untuk
mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya jin
dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa
mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti
berubahnya api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa keselamatan
(kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang
memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang yang mati
(kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang
di tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti
mahupun kapasitinya. Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari
apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan
senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di suatu
tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak
mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh kerana itu, sesuai dengan
kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan
dakwah di jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat
yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan bahawa beliau adalah seorang
pejuang yang membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha
menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat yang bodoh.
Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan,
kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak
ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa
menghancurkan semua ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa
dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus pada dakwah kedamaian
tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan perang.
Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh
yang bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya pemikiran-
pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar kepada
idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya.
Tanpa peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan
menjadi pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan
menghentikan seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang
pun.
Kita mengetahui bahawa sebahagian besar nabi berhadapan dengan
kelompok besar dari masyarakat yang menentangnya dan berusaha
memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya
mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahawa para
nabi berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang
dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita mengetahui bahawa bagaimana
serangan masyarakat, para pembesar, dan para penguasa terhadap para
nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan tidak melihat
bagaimana serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari hal itu
sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para
nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana
mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi,
sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha
Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab-
sebab tertentu atau tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau
kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan
kepada usaha membangkitkan akal dan hati serta menyucikan roh.
Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh mereka merupakan
masalah yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga di mana
seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat menentang
atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang
atau seorang isteri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami
beriman sementara si isteri kafir. Perbezaan anak laki-laki dengan
ayahnya dan seorang isteri dengan suaminya menimbulkan permusuhan di
dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini, masyarakat bergerak
untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan tekanan-tekanan
mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka kepada
nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu
yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia
datang untuk memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang
mengikutinya, yaitu undang-undang pokok yang membatalkan undang-
undang yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini tampak dalam
kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian cinta
kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia." Makna-makna
yang demikian ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa yang
disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau mengira bahawa aku datang
membawa kedamaian di bumi, aku datang bukan hanya membawa
kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak
berbeza dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeza dengan
ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka
barang siapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya
kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan barang siapa yang
mencintai anak laki-lakinya dan perempuannya lebih dariku, maka ia
tidak berhak mengikutiku. Meskipun kehidupannya tampak beruntung
sebenarnya ia telah rugi, dan barang siapa yang kehidupannya merugi
kerana aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al-
Masih adalah, ketika al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan
merampas kekayaan dan kejayaan di dunia ini lalu ia hanya memberi
mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih datang, ia
menjelaskan kepada para muridnya bahawa hal tersebut tidak benar,
kerana jika ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para
pengikutnya, maka mereka akan terancam kelaliman dan mereka akan
mati kerana tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka tidak
mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat
Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir,
orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama
Isa, sedangkan kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok
majoriti kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia
menceritakan bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang
tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi
kepadanya secara peribadi dengan baik. Injil Mata mengutip pernyataan
Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini,
Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar
yang berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata:
"Kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi
kalian tetapi kalian tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak
makan dan minum tetapi mereka mengatakan, sesungguhnya ia terkena
syaitan. lalu datanglah seorang anak manusia yang makan dan minum
lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan dan ahli
minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap
peperangan yang akan dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati
suci al-Masih adalah sebagai tindakan generasi tersebut di mana beliau
diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi petunjuk dan
menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk-
duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka
sambil berkata: "kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari.
Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih
mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa yang diperbuat anak-
anak kecil saat mereka bermain-main, di mana biasanya mereka meniru
orang-orang yang besar saat mereka bergembira dengan menari-nari dan
saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka sangat cepat
berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan
kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat mereka
mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al-
Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis,
tidak makan dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang
mereka minum. Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah
datang kepada mereka seorang nabi yang ahli ibadah tetapi kebanyakan
mereka menolaknya dan mereka mengatakan bahawa ia terkena syaitan.
Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum
bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya
dan mengatakan bahawa ia suka makan dan minum khamer padahal
beliau adalah cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan
kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil.
Tidak ada sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka
tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok
kecil dari manusia yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen tersebut
menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah generasi
yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam
menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum
yang fikiran mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak-
anak kecil yang suka bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh
kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak atau tersentuh
ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang
mengagumkan. Mukjizat di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT
kepada nabi-Nya agar nabi tersebut menjadi tenteram dan agar
menambah keyakinan orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan
bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran
mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal
kepada kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan
kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa
Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera
Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit
kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-
betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya
kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera
Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.'
Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan
seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita terhairan-hairan ketika memperhatikan perkataan
Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin
pertama-tama yang terlintas dalam fikiran kita berkenaan dalam ayat
tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan
Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka
adalah murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada Allah
SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para ulama berbeza
pendapat. Sebahagian ulama mengatakan, bahawa pertanyaan mereka
'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa?
Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan perkataan
Hawariyin itu dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu dilontarkan
saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak
mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa berkata dalam jawapannya
terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu
benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan
kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT,
sesuai dengan nas Al-Quran dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah
SWT untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan
kekuasaan-Nya. Sebahagian ulama mengatakan bahawa perkataan
tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal
dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan
demikian kecuali mereka hanya sekadar menukil perkataan tersebut. Ada
pendapat lain lagi yang mengatakan bahawa ayat tersebut tidak dibaca
'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana
bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya, "apakah
engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang
engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia dibaca 'hal
tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa kepada
Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi berpendapat bahawa kaum Hawariyin bukan tidak
mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber
dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah
SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan perbezaan tingkatan sikap
Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu
belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar
bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh kerana itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi
mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap
hatiku." Inilah tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita
tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah
kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT kerana kalian
tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti-
bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar
beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat-
mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud
untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat-
mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian
mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata
benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika
beliau melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu
orang atau lebih. Sebahagian mereka dari kalangan Hawariyin dan
sebahagian yang lain campuran di antara pengikutnya dan musuhnya.
Dikatakan bahawa mereka berpuasa dan mereka tidak mempunyai
makanan, lalu para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah
kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga
diturunkan kepada kita makanan dari langit." Kemudian kaum Hawariyin
pergi dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa meminta
mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya,
mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan mereka: 'Kami ingin
memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar sementara
mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan
para pengikut pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa
adalah Nabi yang diutus untuk mereka. Dan hati musuh juga menjadi
tenang kerana mereka menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan
mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat mereka akan
diminta pertanggungjawaban.
"Dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami.
Yakni kami mengetahui bahawa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan
keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak
menyaksikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka
peristiwa yang terjadi."
Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin M aram agar diturunkan
makanan dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari
kulit wol kemudian beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan
kanannya di atas tangan kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya
dalam keadaan khusyuk dan tunduk kepada Ala SWT. Kemudian beliau
membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi
janggutnya bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami,
turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit... Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya
satu awan di bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata,
"Ya Allah jadikanlah makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi
fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya
kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang diikuti oleh
kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling
percaya kepada Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita
bisa makan darinya serta berzikir kepada Allah SWT atasnya serta
bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah
sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam hal itu.", maka
Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wuduk dan solat. Kemudian beliau
banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya. Tiba-
tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang lazat yang tidak ada durinya.
Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau
dari syurga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian
untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak
ada makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari syurga tetapi
ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang luar
biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeza pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan
kepada Isa, apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan?
Kami memandang bahawa pembahasan-pembahasan ini kurang penting.
Sesuatu yang paling penting yang perlu kita perhatikan adalah apa yang
dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT
dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan
"Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran
Allah SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang
menentangnya Dia akan menyeksanya dengan azab yang belum pernah
diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama berbeza pendapat
apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut
pendapat majoriti dan ini yang benar makanan tersebut memang
diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan
hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan
tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan
setiap orang yang belang ia sembuh dari belangnya akibat memakan
hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makanan itu, orang yang sakit
sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari
raya dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa.
Kemudian berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan
mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil-
Injil yang mereka akui. Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT
ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT menunjukkan kepada kita
sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata setelah
menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan dari
langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah
Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku
tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
beri padaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku,
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyeksa mereka,
maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika
Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu
hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran
mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah redha
terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut, Al-Quran menutup surah al-Maidah.
Demikianlah konteks Al-Quran berpindah secara mengejutkan dari
turunnya makanan kepada sikap atau dialog antara Allah SWT dan Isa bin
Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa
putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah
aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat
pertanyaan murni meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan kerana
Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud
dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan
bahawa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa kaumnya telah
mengubah ajarannya sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan
fitnah. Ada lagi yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari
pertanyaan itu untuk mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi
Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua
makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya
yang terakhir bahawa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan,
dan apa saja yang dilakukan kaumnya sepeninggalannya. Konteks Al-
Quran menunjukkan tentang peristiwa ghaib yang belum terjadi
meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh kerana itu, Al-Quran
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau).
Al-Quran menyampaikan berita ghaib ini kepada penduduk dunia agar
mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai
nabi besar, Isa tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci
Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan
menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan
ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap azab-
Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada
manusia jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak
gementar terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari
tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia berkata: 'Maha Suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak
aku miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang
hamba, bukan seorang yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya
maha tentulah Engkau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT dan
ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha
Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri
Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan
aku tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui
rahsiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui
apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap
hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di
tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku dari bumi: 'Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau kepadaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia
hanya mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah-
tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah
Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat
dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam
pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahawa wafat adalah tidur,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am:
60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang
mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahawa dakwahnya
tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari
kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali
menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah
SWT: Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai
kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau
dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya,
mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di
hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni
mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau
Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawapan Isa terfokus pada
penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT
dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah
SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan menyeksa
mereka sesuai dengan seksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia
berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka kerana Dia
mengetahui kerana mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan.
Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan jawapan atas
pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa yang dikatakan
oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan - pada awal
pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan
pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya
kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang
bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada
hari kiamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana
orang-orang yang benar akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran
mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan
balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka syurga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha
terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, syurga. Dan ada balasan
yang lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan (redha) seorang hamba
terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap hamba.
Pengertian kepuasan seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap
penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keredhaan Allah
SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada
mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT,
memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan
Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan
mengetahui bahawa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan
keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi
menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan. Isa
dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan
mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan
syaitan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat
melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan
orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membikin
suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur kerana menganggap
bahawa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah
perselisihan yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama
mereka. Lalu diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang
tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat
persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil
bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka
berfikir untuk membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi
bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang
mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menimbulkan
kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari
murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-
Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku
berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah
perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan
mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini
adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak
sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan
kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa kepala pendeta Yahudi
merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan
ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi
orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat
sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta
Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada
saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawi. Tetapi
tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi bahawa Isa
telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau
mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahawa masalah yang
mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan
mereka. Kemudian mereka menyarankan agar penguasa tidak turut
campur atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu telah
ditetapkan dan telah diputuskan bahawa Isa harus ditangkap dan
kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan
tentang proses pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau
bangkit dari kematiannya dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat
tentang proses penyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana mereka
sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur
dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan
orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh
majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan
keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al-
Karim dan disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis.
Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan
berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta
kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum
memutuskan bahawa ia harus dibunuh. Kemudian para anggota majlis itu
dari kepala-kepala para pendeta dan para tokoh mereka menghinanya
dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan mereka
meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka
berkata, "beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah
itu al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk
mencambuk orang yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksanaan
hukum tersebut. Oleh kerana itu, para penguasa Romawi menetapkan
agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syariat Musa
menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun
orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka
terus mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan terus-
menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan
nafasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan
hukum bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentera
terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa
kepada tentera agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentera
membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka
mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka di
tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian
merah dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya memakai
pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya
mahkota dari duri dan meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah,
yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan
untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi
bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan
hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan
penderitaannya. Tetapi para tentera menentang tradisi ini dan mereka
memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu
yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh
tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah
lalu mereka memberinya minuman keras yang bercampur dengan
empedu agar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia enggan untuk
meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk
di sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan
yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar
menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah
kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di
tempat itu mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan tempat
sembahan dan yang membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu
dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari tempat
penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian riwayat kaum Masehi tentang proses penyaliban
serta penafsiran mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya
tanpa memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam Injil Mata
yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam
bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh
agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk difahami dan lebih
sederhana. Kami telah mengemukakan sebahagiannya kepada Anda
dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang
berbeza dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat
sekarang, baik yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang dialami
oleh Isa mahupun tabiat Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah
pengangkatannya. Al-Quran al-Karim menceritakan bahawa Allah SWT
tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya
tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu
mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan
tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di
antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan kerana ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al-
Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh
ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa, benar-
benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahawa yang mereka bunuh
itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. "
(QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka berselisih
pendapat tentang cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini
sebagai kebenaran. Sebahagian mereka meyakini nas-nas Al-Quran saja
yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak mendukungnya
atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Quran. Kedua
metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang
berpegangan dengan pendapat yang pertama mengatakan bahawa Nabi
melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum
Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita agama kita dan hanya
Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di antara kita pada
hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang kedua
mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan
masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah.
Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab
lain selain kitab mereka, yakni Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan
agar mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar-
benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah
menetapkan bahawa seorang yang alim harus banyak menggali kitab-
kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati
sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran,
maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan
kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Quran, kita tidak
menemukan perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha
penangkapan Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana
Isa diserupakan dengan salah seorang di antara mereka, bagaimana dia
diserupakan dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT telah
menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan
Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat mereka,
tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka
melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah
SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al-
Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya
dan menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia adalah
seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil Barnabas
di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentera mendekat bersama
Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar
kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh kerana
itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu
terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan
mengancam hamba-Nya, maka Dia memerintahkan Jibril, Mikail, dan
Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para utusan-
Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat
yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan
arah selatan. Mereka membawanya dan meletakkannya di langit yang
ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah
selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah
Yasu' diangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang tidur semuanya,
lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar biasa di mana Yahuda
berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali
dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda)
setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada.
Oleh kerana itu, kami merasa heran dan kami menjawab, "bukankah
engkau wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah
melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas.
Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul yang
Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya
seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan."
(QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia mengusap
bumi dan membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama
dari fitnah di zaman itu kerana saking hebatnya kebohongan orang-orang
Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka untuk menciptakan
dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang meriwayatkan
tentang kesucian spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah meriwayatkan dari
Nabi bahawa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai berikut: "Isa
melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si fulan
apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak
mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT dan penglihatanku
telah berbohong." Ini menunjukkan kesucian rohani Isa di mana ia lebih
memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah dan
membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia
menerima penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil
berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan
mataku telah berbohong kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat
lagi yang mengatakan bahawa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama
sahabatnya dan mereka melewati bangkai anjing yang busuk baunya, lalu
sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat menderita dengan bau
anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata: "Lihatlah betapa putih
giginya."
Isa ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di
mana Nabi Isa menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan
dan kebaikan. Dakwah Nabi Isa merupakan puncak dari ketinggian rohani
dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau lebih menekankan
kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua para nabi
adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari
berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa
bin Maryam di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam
berbagai riwayat disebutkan bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir
zaman. Islam sangat memberikan penghormatan kepada Isa yang sesuai
dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang besar. Islam
menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah diberikan kepada
Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan
(yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada
Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan
itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak
enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat
malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang siapa yang enggan dari
menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan
mengumpulkan mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang yang
beriman dan berbuat amal soleh, maka Allah akan menyempurnakan
pahala mereka dan menambah untuk mereka sebahagian dari kurnia-
Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri,
maka Allah akan menyeksa mereka dengan seksaan yang pedih, dan
mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan
penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa
berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebahagian
mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan
rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang
lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat
tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebohongan di mana terdapat
di dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Quran al-
Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahawa
Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan segala hal yang
menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan
pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada
pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan)
Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan
Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah'
(seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anak.' Maha
Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah
kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan
bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka
(cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS.
al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan orang-orang
Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang
kafir terdahulu. Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana mereka
sampai berpaling?" (QS. Al-Aubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang
seperti mereka dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka
terfokus pada keyakinan penyaliban Isa, tentang tebusan dan
kebangkitan Tuhan yang disembelih serta penentangannya terhadap para
pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafilah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya
Allah itu ialah al-Masih putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia
hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu berserta ibunya
dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan
Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya; Dia menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah
seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan
Yang Esa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang
saling berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. Al-Quran
menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul
yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang
sangat jelas ertinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah dan ar-
Roh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim
memahami bahawa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang
diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan ar-Roh adalah menunjukkan
atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT telah
menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS.
al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa
dan akhir dari kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang
Allah SWT ceritakan kepada kita tentang karakter tersebut dan akhir dari
kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin mengetahui apa yang
harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan mereka dengan
orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi - di
antara agama-agama yang lain - dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari
ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa
yang dilakukannya. Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa
agama Nasrani merupakan agama yang lebih dekat kecintaannya kepada
Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-
orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu
dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang
beriman ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini
orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan kerana di antara
mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas
petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa
santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah
(keadaan tidak menikah dan mengurung diri di biara) padahal kami
tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang
mengada-adakannya untuk mencari keredhaan Allah." (QS. al-Hadid:
27)
Tidak terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-
Quran terhadap ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap
kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya terhadap orang-orang yang
mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu: Pertama, bahawa
Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang
mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam
kalangan orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang
tidak bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh
dan tunduk kepadanya; ketiga, sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki
hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan
kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari
akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada kaum Muslim
agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia
dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan
keyakinan pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa
manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al-
Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian
kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika
mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah,
bahawa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada
Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahawa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara
memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara
tentang bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan
dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat
tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka
perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa
mereka lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika
Allah SWT yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus
membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani.
Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Quran
terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam
bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang
siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa
yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, kerana keimanan yang didahului dengan paksaan
adalah bukan keimanan kerana ia berarti mencabut ikhtiar atau
kebebasan manusia, padahal itu adalah syarat dari keimanan. Dan
barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat dari
sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan
tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT
dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam dengan sikapnya itu ingin
menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang
panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan
tersebut tidak akan berhujung dan akan menjadi seperti debat kusir saja.
Namun tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama, di mana mereka
membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai keyakinan-keyakinan
keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi tanggung
jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran-
aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang-
orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat
lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing
seperti pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang
pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim
yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai, maka
sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar
bahawa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang
sengit yang tidak berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya
memberi petunjuk kepada orang lain sehingga orang tersebut mengetahui
jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang indah, tetapi hidayah
tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk memberikan petunjuk
kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam membimbing
mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi petunjuk
melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak
disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa
pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. Dan yang kedua
mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi
Isa saat ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi
yang ingin menyeksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa
terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan
kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi
dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu
Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki dari Bani
Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang
masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw
bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk
Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama
Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah:
256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah
untuk berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah
dari masjidnya agar mereka dapat melaksanakan solat dengan cara
mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk
melakukan solat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya
bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab:
"Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi
atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat."
Terkadang kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan kekufuran
tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa
setelah pengangkatannya. Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib
tetapi Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak
disalib, maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup,
ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain? Majoriti mengatakan
bahawa Allah SWT mengangkat Isa dengan fiziknya dan rohnya di sisi-
Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebahagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu,
kelompok yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok
yang minoriti, mereka mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga Allah
SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia
mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh para nabi diangkat,
begitu juga roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada.
Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir."
(QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama kerana ia sangat
sesuai - sebagai mukjizat yang luar biasa - dengan kelahiran Isa di mana
kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai
dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan
mukjizat yang luar biasa.