"Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa ? Ketika ia melihat api,
lalu berkatalah ia kepada keluarganya: 'Tinggallah kamu (di sini),
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa
sedikit darinya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di
tempat api itu. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil:
Hai Musa, sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Maka tinggalkanlah
kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci,
Thuwa'. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah salat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu
akan datang. Aku merahsiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri
itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah
kamu kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman
kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang
menyebabkan kamu binasa. Apakah itu yang ada di tangan kananmu,
hai Musa, 'Ini adalah tongkatku, aku bertelehan padanya, dan aku
pukul (daun) dengannya untuk kambingmu, dan bagiku ada lagi
keperluan yang lain padanya.' Allah berfirman: Lemparkanlah ia, hai
Musa!' Lalu dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi
seekor ular yang merayap dengan cepat. Peganglah ia dan janganlah
takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan
kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, nescaya ia ke luar menjadi putih
cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami
perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami
yang besar. Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah
melampaui batas. Berkata Musa: 'Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan dari lidah, supaya mereka mengerti perkataanku, dan
jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun
saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia
sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada
Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah
Maha Melihat (keadaan) kami.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya telah
diperkenankan permintaanmu, hai Musa.' Dan sesungguhnya Kami
telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika
Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, yaitu:
Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke
sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya
diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya.' Dan Aku telah
melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan
supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (Yaitu) ketika
saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada
(keluarga Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang
yang akan memeliharanya?' Maka Kami mengembalikanmu kepada
ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah
membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari
kesusahan dan Kami telah mencubamu dengan beberapa cubaan;
maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan,
kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa, dan
Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. " (QS. Thaha: 9-41)
Kita tidak mengetahui apa yang kita akan katakan dan apa yang kita
komentar berkaitan dengan firman Allah s.w.t kepada salah seorang
hamba-Nya: "Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku." Allah s.w.t telah
memilih Musa. Itu adalah salah satu puncak kemuliaaan di mana tidak
ada seseorang pun di zaman itu yang mampu mencapainya selain Musa.
Nabi Musa kembali untuk menemui keluarganya setelah Allah s.w.t
memilihnya sebagai Rasul atau utusan untuk berdakwah ke Fir'aun.
Akhirnya, Nabi Musa beserta keluarganya berjalan menuju ke Mesir.
Hanya Allah s.w.t yang mengetahui fikiran-fikiran apa yang terlintas di
dalam diri Musa saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke Mesir.
Selesailah masa-masa perenungan dan dimulailah hari-hari kedamaian
dan kebahagiaan, dan akhirnya datanglah hari-hari yang sulit.
Demikianlah Nabi Musa memikul amanat kebenaran dan pergi untuk
menyampaikannya kepada salah satu penguasa yang paling bengis dan
paling kejam dan paling jahat di zamannya. Nabi Musa mengetahui
bahawa Fir'aun adalah orang yang jahat. Fir'aun akan berusaha
memberhentikan langkah dakwahnya dan Fir'aun akan menentangnya
tetapi Allah s.w.t memerintahkannya untuk pergi ke Fir'aun dan
berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah s.w.t
mewahyukan kepada Musa bahawa Fir'aun tidak akan beriman tetapi Nabi
Musa tidak peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan
Bani Israil yang sedang diseksa oleh Fir'aun.
Allah s.w.t berkata kepada Musa dan Harun:
"Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah:
'Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyeksa
mereka." (QS. Thaha: 47)
Inilah tugas yang ditentukan, yaitu tugas yang akan berbenturan dengan
ribuan tantangan. Fir'aun menyeksa Bani Israil dan menjadikan mereka
budak-budak dan memaksa mereka untuk bekerja di luar kemampuan
mereka. Fir'aun juga menodai kehormatan wanita-wanita mereka dan
menyembelih anak laki-laki mereka. Nabi Musa mengetahui bahawa rejim
Mesir berusaha untuk memperbudak Bani Israil dan mengeksploitasi
mereka di luar kemampuan mereka demi kepentingan penguasa. Tetapi
Nabi Musa tetap memperlakukan dan menghadapi Fir'aun dengan penuh
kelembutan dan kasih sayang sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah
s.w.t padanya:
"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
(QS. Thaha: 43-44)
Musa bercerita kepada Fir'aun tentang siapa sebenarnya Allah s.w.t,
tentang rahmat-Nya, tentang syurganya, dan tentang kewajipan
mengesakan-Nya dan menyembah-Nya. Beliau berusaha mem-bangkitkan
aspek-aspek kemanusiaan Fir'aun melalui pembicaraan tersebut. Fir'aun
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Musa dengan penuh kebosanan.
Fir'aun membayangkan bahawa seseorang yang di hadapannya adalah
orang gila yang nekad untuk menentang dan menggoyang kedudukannya.
Kemudian Fir'aun mengangkat tangannya dan berbicara: "Apa yang
engkau inginkan, hai Musa?" Musa menjawab: "Aku ingin agar engkau
membebaskan Bani Israil." Fir'aun bertanya: "Mengapa aku harus
membebaskan mereka bersamamu sementara mereka adalah budak-
budakku?" Musa menjawab: "Mereka adalah hamba-hamba Allah s.w.t,
Tuhan Pengatur alam semesta." Dengan nada mengejek Fir'aun bertanya:
"Bukankah engkau mengatakan bahawa namamu Musa?" Musa menjawab:
"Benar." Fir'aun berkata: "Bukankah engkau yang kami temukan di sungai
Nil saat engkau masih kecil yang tidak mempunyai daya dan kekuatan?
Bukankah engkau Musa yang aku didik di istana ini, lalu engkau memakan
makanan kami dan meminum air kami, dan engkau menikmati kebaikan-
kebaikan dari kami? Bukankah engkau yang membunuh seseorang lalu
setelah itu engkau lari? Tidakkah engkau ingat semua itu? Bukankah
mereka mengatakan bahawa pembunuhan merupakan suatu kekufuran?
Kalau begitu, engkau seorang kafir dan engkau seorang pembunuh. Jadi
engkau adalah Musa yang lari dari hukum Mesir. Engkau adalah seseorang
yang lari dan menghindari keadilan. Lalu sekarang engkau datang
kepadaku dan berusaha berbicara denganku. Engkau berbicara tentang
apa hai Musa. Sungguh aku telah lupa."
Musa mengerti bahawa Fir'aun mengingatkan padanya tentang masa
lalunya dan Fir'aun berusaha menunjukkan kepadanya bahawa ia telah
mendidiknya dan berlaku baik padanya. Musa juga memahami bahawa
Fir'aun mengancamnya dengan pembunuhan. Musa memberitahu Fir'aun,
bahawa ia bukan seorang kafir ketika membunuh seorang Mesir tetapi
saat itu beliau melakukannya dengan tidak sengaja. Musa memberitahu
Fir'aun bahawa ia lari dari Mesir kerana khuatir akan pembalasan mereka.
Pembunuhan yang dilakukan olehnya bersifat tidak sengaja. Musa tidak
bermaksud untuk membunuh seseorang. Musa telah memberitahu Fir'aun
bahawa Allah s.w.t telah memberinya hikmah dan menjadikannya salah
seorang Rasul. Allah s.w.t menceritakan sebahagian dialog antara Musa
dan Fir'aun dalam surah as-Syuara' sebagaimana firman-Nya:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya):
'Datangilah kaum yang lalim itu, (yaitu) kaum Fir'aun. Mengapa
mereka tidak bertakwa? Berkata Musa: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku takut bahawa mereka akan mendustakan aku. Dan (kerananya)
sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril)
kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut
mereka akan membunuhku.' Allah berfirman: 'Janganlah takut
(mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu
berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat);
sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka
katakan). Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan
katakanlah: 'Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam,
lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami.' Fir'aun menjawab:
'Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu
kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa
tahun dari umurmu, dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang
telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang
yang tidak membalas guna.' Berkata Musa: 'Aku telah melakukannya,
sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku
lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian
Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah
seorang di antara rasul-rasul. " (QS. as-Syu'ara: 10-21)
Kemudian bangkitlah emosi Nabi Musa ketika Fir'aun mengingatkan
bahawa ia telah berbuat baik kepada Musa. Musa bangkit dan berbicara
kepadanya:
"Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu
telah memperbudak Bani Israil." (QS. asy-Syu'ara: 22)
Musa ingin berkata kepadanya, apakah engkau mengira bahawa nikmat
yang engkau berikan kepadaku lalu engkau merasa telah berbuat baik
padaku, di mana aku adalah salah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil?
Apakah nikmat ini sebanding dengan cara-caramu memperlakukan bangsa
yang besar ini di mana engkau memperbudak mereka; engkau
memperkerjakan mereka dengan cara yang semena-mena. Jika ini
memang demikian maka logik mengatakan bahawa kita seimbang: tiada
yang berhutang dan tiada yang meminjam. Jika tidak demikian maka
siapa yang memberikan bahagian yang lebih besar?
Alhasil masalahnya adalah dakwah di jalan Allah s.w.t, yaitu satu urusan
yang aku tidak membawa kepadamu dari diriku sendiri. Aku bukan utusan
dari bangsa Bani Israil. Aku bukan juga utusan dari diriku sendiri tetapi
aku adalah seorang utusan dari Allah s.w.t. Aku adalah utusan Tuhan
Pengatur alam semesta. Sampai pada tahap ini Fir'aun mulai memasuki
pembicaraan lebih serius: Fir'aun bertanya:
"Siapakah Tuhan semesta alam itu?" (QS. asy-Syu'ara': 23) Musa
Menjawab:
"Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antaranya
keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang)
mempercayai-Nya." (QS. asy-Syu'ara': 24)
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak
mendengarkan?" (QS. asy-Syu'ara': 25)
Musa berkata dan tidak mempedulikan ejekan Fir'aun itu:
"Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu. "
(QS. asy-Syu'ara': 26)
Fir'aun berkata kepada mereka yang datang bersama Musa dari Bani
Israil: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-
benar orang gila." Musa kembali berkata dan tidak memperhatikan
tuduhan Fir'aun dan ejekannya:
"Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal. " (QS.
asy-Syu'ara': 28)
Allah s.w.t menceritakan sebahagian dialog yang terjadi antara Fir'aun
dan Musa dalam surah as-Syu'ara':
"Fir'aun bertanya: 'Siapakah Tuhan semesta alam itu?' Musa Menjawab:
'Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya
(itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya.'
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: 'Apakah kamu tidak
mendengarkan?' Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu yang dahulu.' Fir'aun berkata: 'Sesungguhnya Rasulmu yang
diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.' Musa berkata: 'Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.'" (QS.
asy-Syu'ara': 23-28)
Allah s.w.t mengingatkan dalam surah Thaha sebahagian dari peristiwa
pertemuan antara Fir'aun dan Nabi Musa. Allah s.w.t berfirman:
"Maka datanglah kamu kedua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah:
'Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyeksa
mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan
membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan
keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.
Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahawa seksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.'
Berkata Fir'aun: 'Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa.' Musa
berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya
petunjuk.' Berkata Fir'aun: 'Maka bagaimanakah keadaan-keadaan
umat-umat yang dahulu? Musa menjawab: 'Pengetahuan tentang itu
ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan
salah dan tidak akan salah (pula) lupa.'" (QS. Thaha: 47-52)
Kita perhatikan bahawa Fir'aun tidak bertanya kepada Nabi Musa tentang
Tuhan Pengatur alam atau Tuhan Musa dan Harun dengan maksud
bertanya sesungguhnya atau pertanyaan yang bermaksud untuk
mengetahui kebenaran tetapi perkataan yang dilontarkan Fir'aun semata-
mata hanya untuk mengejek. Nabi Musa as menjawabnya dengan
jawapan yang sempurna dan mengena. Nabi Musa berkata: "Sesungguhnya
Tuhan kami adalah Dia yang memberi sesuatu ciptaannya kemudian Dia
membimbing ciptaannya. Dialah sang Pencipta. Dia menciptakan berbagi
macam makhluk dan Dia juga yang membimbingnya sesuai dengan
kebutuhannya sehingga makhluk-makhluk tersebut dapat menjalani
kehidupan dengan baik. Allah s.w.t-lah yang mengarahkan segala
sesuatu; Allah s.w.t-lah yang menguasai segala sesuatu; Allah s.w.t-lah
yang mengetahui segala sesuatu; Allah s.w.t-lah yang menyaksikan segala
sesuatu." Al-Quran al-Karim mengungkapkan semua itu dalam ungkapan
yang sederhana namun padat ertinya, yaitu dalam firman-Nya:
"Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya
petunjuk." (QS. Thaha: 50)
Kemudian Fir'aun bertanya, "lalu bagaimana keadaan manusia-manusia
yang hidup di abad-abad pertama di mana mereka tidak menyembah
Tuhanmu ini?" Fir'aun masih ingkar dan mengejek dakwah Nabi Musa. Nabi
Musa menjawab: "bahawa masa-masa yang dahulu di mana mereka tidak
menyembah Allah s.w.t adalah masalah yang semua itu berada di sisi
Allah s.w.t. Atau dalam kata lain, semua itu diketahui oleh Allah s.w.t.
Keadaan di masa-masa yang dahulu tercatat dalam kitab Allah s.w.t.
Allah s.w.t menghitung apa yang mereka kerjakan di dalam kitab. Allah
s.w.t tidak pernah lupa." Jawapan Nabi Musa tersebut berusaha
menenangkan Fir'aun tentang orang-orang yang hidup di masa-masa
pertama. Jadi Allah s.w.t mengetahui segala sesuatu dan mencatat apa
saja yang dilakukan manusia dan Allah s.w.t tidak menyia-nyiakan pahala
mereka. Kemudian Nabi Musa kembali menyempurnakan dan
menyelesaikan pembicaraannya tentang sifat Tuhannya:
"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang
telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan
dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah
binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu,
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan darinya Kami
akan mengembalikan kamu dan darinya Kami akan mengeluarkan
kamu pada kali yang lain. " (QS. Thaha: 53-55)
Nabi Musa menarik perhatian Fir'aun tentang tanda-tanda kebesaran Allah
s.w.t di alam semesta. Nabi Musa menunjukkan kepadanya bagaimana
gerakan angin, hujan, dan tumbuh-tumbuhan. Kemudian Nabi Musa juga
menunjukkan bagaimana pengaruh semua itu pada bumi. Musa
memberitahu kepada Fir'aun bahawa Allah s.w.t menciptakan manusia
dari tanah dan setelah itu Dia akan mengembalikan padanya dengan
kematian lalu mengeluarkan manusia darinya di hari kebangkitan. Jadi,
di sana terjadi hari kebangkitan dan pada hari kiamat manusia akan
menghadap kepada Allah s.w.t. Tidak ada seseorang pun yang
dikecualikan dari hal itu. Semua hamba Allah s.w.t akan berdiri
dihadapan-Nya pada hari kiamat, termasuk Fir'aun.
Musa datang kepada Fir'aun sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi peringatan dari Musa ini tidak membikin
Fir'aun merenung dan mendapatkan pelajaran namun justru dialog antara
dirinya dan Musa semakin menajam. Bisa dikatakan bahawa dialog di
antara mereka menjadi pertentangan. Ketajaman dialog mulai
menghangat. Kemudian berubahlah bahasa dialog itu. Musa berusaha
menyampaikan argumentasi yang sangat kuat kepada Fir'aun. Musa
berusaha membawa argumentasi rasional tetapi Fir'aun berusaha keluar
dari ruang lingkup dialog yang berdasarkan logik yang sehat. Fir'aun
berusaha menggunakan dialog dalam bentuk yang baru, yaitu suatu cara
yang Musa tidak mampu lagi melawannya. Ia mulai menyerang Musa dan
mengancamnya.
Fir'aun menunjukkan penentangannya kepada kebenaran yang dibawa
oleh Musa. Fir'aun acuh tak acuh terhadap dakwah Nabi Musa. Fir'aun
mulai menyerang peribadi Musa. Ia mulai mempersoalkan pakaian Musa
dan kedudukan sosialnya bahkan ia pun menyerang cara Musa berbicara.
Setelah menghina Musa sedemikian rupa, Fir'aun sengaja memakai
metode kekuatan mutlak. Fir'aun bertanya kepada Musa, bagaimana ia
berani menentang penyembahan terhadap dirinya; bagaimana Musa
menyembah selain dirinya; tidakkah Musa mengetahui bahawa Fir'aun
adalah tuhan? Bagaimana Musa tidak mengetahui hakikat ini padahal ia
terdidik di istana Fir'aun dan sangat mengenal lingkungan di sekitar
Fir'aun? Setelah Fir'aun menyampaikan tentang ketuhanan-nya secara
mendasar, ia bertanya kepada Musa, bagaimana Musa berani menyembah
tuhan selain dirinya. Ini bererti bahawa Musa ingin dimasukan ke dalam
penjara. Tiada ketentuan di sisi kami bagi orang yang menyembah selain
Fir'aun kecuali penjara adalah tempatnya:
"Fir'aun berkata: 'Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku,
benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang
dipenjarakan.'" (QS. asy-Syu'ara': 29)
Musa mengetahui bahawa argumentasi-argumentasi rasional tidak lagi
bermanfaat. Dialog yang tenang dan sehat berubah menjadi ejekan dan
hinaan serta pada akhirnya menjadi ancaman hukuman penjara. Musa
mengetahui bahawa telah tiba waktunya untuk menunjukkan mukjizat
yang dibawanya. Setelah diancam akan dimasukan ke dalam penjara, ia
berkata kepada Fir'aun:
"Musa berkata: 'Dan apakah (kamu akan melakukan ini) kendatipun
aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?'" (QS. asy-
Syu'ara': 30)
Musa menantang kepada Fir'aun dan Fir'aun menerima tantangannya.
Fir'aun ingin tahu sejauh mana kebenaran Musa.
"Fir'aun berkata: 'Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu,
jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar.'" (QS. asy-
Syu'ara': 30-31)
Musa melemparkan tongkatnya di ruangan yang besar itu. Mula-mula
Fir'aun menganggap bahawa tongkat yang dibawanya jatuh kerana Musa
gementar menghadapinya. Setelah Fir'aun meminta padanya bukti atas
kebenaran dakwahnya, tiba-tiba tongkat yang menyentuh tanah itu
berubah menjadi ular yang besar yang bergerak dengan cepat dan gesit.
Ular itu menuju ke arah Fir'aun. Fir'aun tampak pucat kerana takut. Ia
tampak gementar di kerusinya kemudian ia berteriak agar mereka
menjauhkan ular itu darinya. Nabi Musa menghulurkan tangannya ke ular
itu lalu ular itu kembali menjadi tongkat yang ada di tangannya
sebagaimana semula. Setelah peristiwa itu, keheningan menyeliputi
istana Fir'aun. Nabi Musa kembali menunjukkan kepada orang-orang yang
berdiri di sekitarnya, mukjizatnya yang kedua. Musa memasukkan
tangannya di sakunya lalu mengeluarkannya. Tiba-tiba tangan itu
menjadi putih seperti bulan; tangan itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya
yang memenuhi penjuru istana. Akhirnya, semua orang yang hadir di situ
merasakan kekaguman yang luar biasa sedangkan Fir'aun wajahnya
tampak menghijau kerana saking takutnya.
Allah s.w.t berfirman:
"Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu
(menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik tangannya (dari dalam
bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-
orang yang melihatnya." (QS. asy-Syu'ara': 32-33)
Keheningan semakin menyelimuti istana Fir'aun. Pengaruh dua mukjizat
yang dibawa oleh Nabi Musa tertanam pada jiwa orang-orang yang hadir
di situ. Pertama-tama mereka merasakan ketakutan dalam diri mereka
kemudian Nabi Musa mengembalikan tangannya ke sakunya lalu
tangannya kembali seperti semula.
Fir'aun berkata: "Sekarang, pergilah kalian berdua. Nanti kita akan
lanjutkan perbincangan kita." Musa memalingkan wajahnya dan keluar
dari istana. Fir'aun tampak terpukul atas peristiwa itu. Fikirannya mulai
berputar-putar. Ia membayangkan apa yang terjadi di istananya dan di
wilayah kekuasaannya seandainya berita tentang dua mukjizat itu
tersebar di tengah-tengah manusia, lalu manusia mulai membicarakan
tentang Musa dan Harun. Fir'aun mengeluarkan perintahnya agar orang-
orang yang melihat peristiwa itu tidak membuka hal itu kepada
masyarakat umum, tetapi para pembantu istana dan sebahagian dari Bani
Israil menyaksikan dua peristiwa itu. Akhirnya, mulailah terjadi
perbincangan di tengah-tengah masyarakat ramai tentang dua mukjizat
itu. Fir'aun benar-benar terdiam ketika menghadapi dua mukjizat yang
dibawa oleh Nabi Musa. Ketika Musa keluar dari istana Fir'aun yang
sebelumnya merasa takut dan gementar, kini menjadi marah. Ia
meluapkan kemarahan itu kepada menterinya dan para pembantunya.
Tiba-tiba ia bersikap kasar kepada mereka tanpa sebab yang diketahui.
Fir'aun memerintahkan mereka untuk keluar dari ruangannya dan
meningggalkan dirinya sendirian.
Fir'aun berusaha untuk menghadapi masalah itu dengan lebih tenang.
Fir'aun meminum beberapa gelas dari minuman keras tetapi rasa
marahnya belum hilang juga. Kemudian ia mengeluarkan perintah untuk
mengumpulkan orang-orang dekatnya dan semua para menteri di istana
serta para pemimpin di Mesir. Fir'aun mengeluarkan perintahnya kepada
Haman salah satu ketua para menterinya untuk mengepalai pertemuan
tersebut. Kemudian para pembesar dari kaum Fir'aun berkumpul. Fir'aun
memasuki ruang pertemuan dan wajahnya tampak emosi. Jelas sekali
Fir'aun tidak mahu menerima dengan mudah adanya tuhan lain yang
disembah orang-orang Mesir selain dirinya. Fir'aun cukup berbahagia
ketika ia menguasai Mesir dari memerintah dengan semahunya. Tiba-tiba,
ia dikejutkan dengan kedatangan Musa yang ingin menghancurkan apa
saja yang telah dibangunnya. Musa mengatakan pada dirinya bahawa di
sana ada Tuhan yang Esa yang tiada Tuhan lain selain-Nya di alam
semesta. Ini bererti bahawa Fir'aun adalah seorang pembohong.
Pemikiran ini menghantui kepala Fir'aun sehingga Fir'aun menoleh kepada
ketua para menterinya yaitu Haman akhirnya pertemuan bersejarah itu
diadakan.
Tidak ada seorang pun yang berani membuka mulutnya. Fir'aun membuka
pertemuan itu dengan secara tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan
kepada Haman: "Apakah aku seseorang pembohong wahai Haman?"
Haman menunduk dan bertanya: "Siapa yang berani menentang Fir'aun?"
Fir'aun berkata dengan marah: "Musa." Bukankah ia mengatakan bahawa
ada tuhan lain di langit." Dengan mantap Haman menjawab: "Sungguh
wahai tuanku, Musa berbohong." Fir'aun berkata dalam keadaan memutar
wajahnya ke arah yang lain: "Aku mengetahui bahawa ia berbohong."
Kemudian Fir'aun kembali menoleh ke Haman:
"Dan berkatalah Fir'aun: 'Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah
bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-
pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya
aku memandangnya seorang pendusta.'" (QS. al-Mu'min: 36-38)
Fir'aun mengeluarkan perintah untuk membangun suatu bangunan yang
kukuh dan tinggi di mana ketinggiannya mampu mencapai langit.
Perintah Fir'aun itu berdasarkan peradaban Mesir yang lagi maju di mana
mereka cenderung membangun bangunan yang spektakuler. Namun
Fir'aun lupa pada aturan-aturan teknik pembangunan. Meskipun
demikian, Haman bersikap munafik, padahal ia mengetahui kemustahilan
membangun sesuatu bangunan semegah dan setinggi itu. Haman berkata:
"Saya ingin melaksanakan perintah untuk mendirikan bangunan itu
sesegera mungkin, tetapi wahai tuanku dan izinkanlah aku untuk pertama
kalinva aku menentang perintahmu. Sungguh engkau tidak akan
mendapati sesuatu pun di langit. Tidak ada di sana Tuhan selain dirimu."
Fir'aun mendengar penolakan ketua para menterinya itu dengan sangat
puas, seakan-akan ia mendengarkan suatu hakikat yang ditetapkan.
Kemudian dalam perkumpulan yang terkenal itu, Fir'aun melontarkan
kata-katanya yang bersejarah:
"Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain
aku." (QS. al-Qashash: 38)
Semua yang hadir di tempat itu menundukkan kepala tanda setuju. Di
antara mereka terdapat dua orang atau tiga orang yang masih memiliki
akal sehat. Ketiga orang itu mengetahui bahawa sebenarnya Fir'aun
adalah seorang pembohong. Meskipun demikian, mereka membiarakan
kebohongan itu dan memilih apa yang disetujui oleh Fir'aun. Tentu
persetujuan ini berakibat pada masyarakat Mesir yang harus membayar
mahal hasil dari persetujuan itu. Para tentera Mesir, para pembesar
istana, dan para dukun tunduk kepada kegilaan Fir'aun. Fir'aun berkata
dengan maksud bertanya kepada para penasihatnya: "Apa yang kalian
katakan tentang Musa?" Haman berkata: "Ia adalah seorang yang
pembohong."
Salah seorang menteri yang lain berkata: "Saya kira ia adalah seorang
yang gila." Sementara itu salah seorang dukun berkata: " - Tampaknya ia
khuatir mereka akan mencurigainya jika ia tidak mengatakan sesuatu pun
kepada mereka - saya kira ia terkena kegilaan." Fir'aun memutus
pembicaraan mereka dengan mengatakan: "Sungguh kalian
menggambarkan Musa macam-macam, namun kalian belum menjawab
pertanyaanku. Apa sebenarnya maunya Musa? Apa sebenarnya
persekongkolan yang disembunyikannya." Para penasihat terdiam kerana
rasa takut dan sebagai bentuk kemunafikan terhadap Fir'aun. Mereka
hanya menunggu Fir'aun mengucapkan kalimat-kalimat tertentu lalu
mereka menirukannya dengan mulut-mulut mereka layaknya burung beo.
Setelah keheningan menyelimuti ruangan itu, Fir'aun berkata: "Aku kira
bahawa Musa adalah salah satu tukang sihir yang hebat. Ia ingin
mengeluarkan kalian dari negeri kalian dengan sihirnya. Lalu
persekongkolan apa yang kalian siapkan?"
Adalah hal yang maklum di rejim kekuasaan mutlak bahawa perkumpulan
yang dihadiri oleh para pembesar dan para menteri untuk mengeluarkan
pendapat sesama mereka bererti hanya sekadar untuk mengulang-ulang
dan menerima keputusan mutlak dari penguasa. Para penasihat berkata -
setelah Fir'aun memberi mereka kesempatan untuk mengutarakan
pendapat: "Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Fir'aun. Musa adalah
seorang tukang sihir. Kalau begitu, masalahnya telah selesai. Kita akan
mengembalikan Musa dan saudaranya, dan kita akan menyebarkan
perintah Fir'aun di Mesir untuk menghadirkan tukang sihir. Jika para
tukang sihir telah datang dan berdiri di hadapan Musa, maka mereka
akan dapat membuktikan bahawa Musa memang tukang sihir dan mereka
akan mampu mengalahkannya. Dengan cara demikian, kita dapat
memperdayanya di hadapan orang-orang Mesir dan anak-anak Bani Israil."
Perundingan bersejarah itu sepakat untuk melaksanakan hal itu. Sepuluh
orang dari pembantu Fir'aun keluar dari istana, Fir'aun dengan
menunggangi kenderaan mereka dan mereka segera berpencar di seluruh
penjuru Mesir. Kemudian diumumkan pada hari kedua di pasar-pasar
Mesir bahawa seluruh jago-jago sihir hendaklah menuju ke istana Fir'aun
untuk mendengarkan suatu perintah atau suatu urusan yang penting.
Fir'aun memanggil Nabi Musa dan berusaha mengancamnya dan menakut-
nakutkan tetapi Nabi Musa tampak tenang. Fir'aun berkata kepada Nabi
Musa: "Sesungguhnya engkau seorang tukang sihir, dan aku menetapkan
untuk menyingkap kedokmu di hadapan semua orang. Tidak lama lagi
para tukang sihir akan datang." Nabi Musa bertanya: "Kapan aku akan
bertemu dengan tukang sihir itu?" Fir'aun berkata: "Di sana terdapat suatu
pertemuan atau acara yang sebentar lagi akan dimulai yang dihadiri oleh
banyak orang. Yaitu hari di mana angin bertiup dengan sepoi-sepoi; hari
di mana bumi berhias diri menyambut kedatangan musim semi. Sungguh
itu suatu pertemuan yang menakjubkan dan engkau akan dikalahkan.
Sekarang aku beri kesempatan kamu untuk mencabut dakwahmu. Aku
memberikan kesempatan yang terakhir bagimu untuk menyelamatkan
kehormatanmu."
Musa berkata dengan tidak memperhatikan perkataan Fir'aun yang
terakhir: "Kami sepakat atas pertemuan itu. Kami akan hadir di hari itu di
mana manusia akan berkumpul di pagi hari." Fir'aun bertanya: "Kapan
engkau akan datang?" Musa berkata: "Insya-Allah aku akan hadir di waktu
fajar di permulaan siang."
Allah s.w.t berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-
tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan
(menerima kebenaran). Berkata Fir'aun: 'Adakah kamu datang kepada
kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai
Musa! Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir
semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara
kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula)
kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).' Berkata Musa:
"Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya
dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari
sepenggalah naik.'" (QS. Thaha: 56-59)
Nabi Musa pergi dalam keadaaan tenang. Kemudian para utusan tukang
sihir datang ke istana Fir'aun. Ketika semua berkumpul, Fir'aun
memerintahkan agar mereka semua menemuinya. Ketika masuk menemui
Fir'aun, para tukang sihir sujud kepadanya. Fir'aun memerintahkan
mereka untuk berdiri, kemudian Fir'aun mulai berjalan-jalan di antara
mereka sambil mengamati wajah mereka dan pakaian mereka. Fir'aun
tampak terdiam memikirkan sesuatu dan tiba-tiba ia berdiri dan berkata:
"Wahai para tukang sihir, kami sekarang menghadapi masalah yang kecil
dan kami telah memerintahkan agar kalian dihadirkan untuk
memecahkan masalah itu." Para tukang sihir itu menundukkan kepalanya
dan mereka mendengarkan dengan hikmat. Fir'aun kembali berkata:
"Salah seorang lelaki datang kepada kami dan ia mengaku utusan Allah
s.w.t; seorang lelaki yang bernama Musa dan bersama saudaranya,
Harun. Musa ini adalah tukang sihir yang mahir, lebih tangkas dan lebih
hebat dari Harun. Oleh kerana itu, kalian harus mengalahkannya dengan
kekalahan yang teruk sehingga ia tidak mampu lagi mengangkat
kepalanya kerana rasa malu." Para tukang sihir tetap menundukkan
kepalanya dan mereka terdiam. Fir'aun berkata: "Mengapa seseorang di
antara kalian tidak bertanya kepadaku tentang sihirnya Musa." Salah
seorang tukang sihir dengan tenang berkata: "Kami menunggu tuan yang
agung menceritakannya kepada kami. Kami tidak ingin memutus
pembicaraanmu wahai tuan."
Dengan nada marah, Fir'aun berkata: "Musa melemparkan tongkatnya dan
tiba-tiba tongkatnya itu menjadi ular yang sangat besar lalu ia mencabut
tangannya dan tiba-tiba tangannya menjadi putih yang menakjubkan
orang-orang yang melihatnya." Tampak senyum manis menghiasi wajah-
wajah para tukang sihir dan salah seorang mereka berkata: "Hendaklah
hati Fir'aun tenang. Ini adalah permainan kuno; permainan tongkat yang
berubah menjadi ular. Sesungguhnya itu hanya sekadar imaginasi yang
menipu orang-orang yang melihatnya, yang seakan-akan ia bergerak
padahal ia tetap di tempatnya."
Fir'aun berkata: "Aku tidak ingin untuk memasuki perdebatan sekitar
masalah pembuatan sihir. Yang aku inginkan agar kalian mengalahkan
Musa. Kami telah sepakat untuk bertemu pada hari ketika musim semi
akan tiba. Masyarakat Mesir semuanya akan berkumpul. Mereka akan
menyaksikan kalian saat kalian mengalahkannya. Oleh kerana itu, kalian
harus dapat mengalahkannya."
Selesailah perkataan Fir'aun. Ia menunggu para tukang sihir
meninggalkannya tapi mereka masih berdiri. Salah seorang mereka
bertanya: "Mengapa tuan kita Fir'aun tidak berbicara kepada kita tentang
urusan yang lebih penting seandainya kita dapat mengalahkan Musa?"
Dengan kehairanan Fir'aun bertanya: "Apa sesuatu yang lebih penting itu?"
Salah seorang tukang sihir berkata: "Tentu kami minta upah jika kami
menang." Dengan tertawa, Fir'aun berkata: "Jangan khuatir, aku akan
memuaskan kalian. Kalian akan menjadi orang-orang yang dekat. Kami
akan mengadakan pekerjaan-pekerjaan baru di istana bagi para tukang
sihir. Kalian jangan khuatir. Tenanglah kerana kalian akan menerima
upah yang layak."
Fir'aun tertawa melihat kepercayaan para tukang sihir kepada diri
mereka, kemudian ia memerintahkan agar mereka meninggalkan
tempatnya. Lalu ia sendiri menuju ke meja makan siang. Fir'aun duduk
sambil makan. Ia berkata sambil menyantap paha kambing yang besar:
"Semenjak Musa datang selera makanku terganggu. Namun sekarang,
kehancuran Musa sudah dekat."
Allah s.w.t berfirman:
"Dan Musa berkata: 'Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang
utusan dari Tuhan alam semesta, wajib atasku tidak mengatakannya
sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang
kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku.' Fir'aun menjawab: 'Jika
benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu
jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar.' Dan dia
mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi
putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.
Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: 'Sesungguhnya Musa ini
adalah ahli sihir yang pandai, yang bermaksud hendak mengeluarkan
kamu dari negerimu.' (Fir'aun berkata): 'Maka apakah yang kamu
anjurkan?' Pemuka-pemuka itu menjawab: 'Beritahulah ia dan
saudara-saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang
akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya mereka membawa
kepadamu semua ahli sihir yang pandai.' Dan beberapa ahli sihir telah
datang kepada Fir'aun mengatakan: '(Apakah) sesungguhnya kami
akan mendapat upah, jika kamilah yang menang Fir'aun menjawab:
'Ya dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang
yang dekat (kepadaku).'" (QS. al-A'raf: 104-114)
Kemudian datanglah hari yang dijanjikan. Orang-orang berbondong-
bondong keluar dari rumah. Mereka membicarakan tentang pertemuan
antar Nabi Musa dan Fir'aun. Mereka menuju ke tempat perayaan sejak
pagi hari. Tidak ada seorang pun di Mesir yang tidak mengetahui tentang
peristiwa itu. Orang-orang begitu gembira ketika para tukang sihir itu
datang sebagaimana mereka juga gembira ketika melihat Fir'aun datang,
namun keheningan menyelimuti tempat itu ketika Nabi Musa dan Nabi
Harun datang. Tempat perayaan itu diadakan di tempat terbuka yang
hanya ditutupi oleh payung Fir'aun yang melindungi kepalanya dari terik
matahari. Fir'aun berdiri di tengah-tengah tenteranya. Ia memakai emas
dan permata. Sementara itu, Nabi Musa berdiri dengan menundukkan
kepalanya dalam keadaan mengingat Allah s.w.t.
Keadaan saat itu benar-benar hening. Kemudian para tukang sihir maju
menemui Musa. Mereka berkata kepada Musa: "Apakah engkau yang
pertama kali melempar atau kami yang pertama kali melempar." Musa
berkata: "Kalianlah yang pertama kali melempar." Para tukang sihir
berkata: "Demi kemuliaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan menang."
Musa berkata: "Celaka kalian, janganlah kalian membuat dusta kepada
Allah s.w.t nescaya Dia akan mendatangkan seksa bagi kalian."
Sebahagian ahli hakikat berkata: "Nabi Musa menoleh dan kemudian ia
melihat Jibril di sebelah kanannya." Jibril berkata kepadanya: "Wahai
Musa, hendaklah kamu bersikap sopan kepada wali-wali Allah s.w.t."
Musa berkata dalam dirinva: "Mereka para tukang sihir itu datang dengan
maksud menyimpangkan agama Fir'aun." Jibril kembali berkata: "Bersikap
lembutlah terhadap wali-wali Allah s.w.t. Mereka saat ini sampai salat
Ashar berada di sisimu dan setelah salat Ashar mereka akan berada di
syurga."
Para tukang sihir itu mulai melemparkan tongkat-tongkat mereka dan
tali-tali mereka. Tiba-tiba arena itu dipenuhi dengan ular-ular. Mereka
menipu dan menyihir pandangan orang-orang yang melihatnya. Orang-
orang yang melihat sihir itu merasa takut kerana mereka mendatangkan
sihir yang besar. Orang-orang merasa gembira dan Fir'aun pun
menampakkan senyumnya. Ia berkata dalam dirinya: Sungguh hari ini
adalah hari pembalasan atas Musa. Mukjizatnya berupa tongkat yang ada
di tangannya yang dapat berubah menjadi ular, sekarang Fir'aun
menghadirkan kepadanya seluruh tukang sihir di mana tongkat-tongkat
dan tali-tali yang ada di tangan mereka pun berubah menjadi ular.
Senyuman Fir'aun pun semakin melebar.
Nabi Musa memperhatikan tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat
mereka. Ia merasa takut. Nabi Musa ingat apa yang dikatakan oleh Jibril
dan ia mulai merasakan ketakutan. Bagaimana mungkin para tukang sihir
itu akan masuk syurga dan mereka akan menjadi wali-wali Allah s.w.t?
Nabi Musa merasakan semua itu, namun tiada seorang pun yang
mengetahui hakikat pemikiran yang terlintas dalam benak Nabi Musa saat
ia berdiri dengan bajunya yang sederhana bersama saudaranya di
hadapan kumpulan manusia yang banyak dari para pengawal dan tentera
Fir'aun. Ketika Musa merasakan ketakutan tersebut, maka cahaya yang
terang menembus dalam dirinya dan Allah s.w.t berkata kepadanya:
"Kami berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan
kananmu, nescaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat.
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang
sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja
ia datang." (QS.Thaha: 68-69)
Musa merasa senang ketika mendengar Allah s.w.t menenangkannya.
Nabi Musa dapat mengendalikan dirinya, kemudian beliau mengangkat
tongkatnya dan melemparkannya. Sebelum tongkat itu menyentuh tanah,
tiba-tiba terjadilah suatu mukjizat. Orang-orang dan para tukang sihir
Fir'aun bahkan Fir'aun sendiri menyaksikan sesuatu yang belum pernah
mereka saksikan di dunia. Biasanya seorang tukang sihir dapat menipu
pandangan manusia dan memperdaya mereka seolah-olah ada ular yang
bergerak padahal ia tetap di tempatnya. Tetapi apa yang terjadi saat itu
adalah sesuatu yang benar-benar berbeza. Belum sampai tongkat Nabi
Musa menyentuh tanah sehingga ia berubah menjadi ular yang besar dan
sangat gesit.
Tiba-tiba ular ini menuju ke tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat
mereka yang bergerak dan ia mulai memakannya satu persatu. Tongkat
Nabi Musa memakan tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat mereka
dengan cepat. Belum berselang beberapa minit sehingga arena itu kosong
dari tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat mereka. Tongkat-tongkat
dan tali-tali tukang sihir tersembunyi dalam perut tongkat Nabi Musa.
Dan bergeraklah ular yang besar menuju Nabi Musa lalu beliau
menghulurkan tangannya dan tiba-tiba ular itu berubah menjadi tongkat.
Para tukang sihir mengetahui bahawa mereka bukan di hadapan seorang
penyihir. Mereka sebenamya adalah tokoh-tokoh sihir dan para pakar
dalam hal itu di zaman mereka, tetapi apa yang mereka saksikan saat ini
bukan termasuk sihir. Itu adalah mukjizat dari Allah s.w.t.
Akhirnya, para tukang sihir itu sujud di atas tanah. Mereka berkata:
"Kami beriman kepada Tuhan Pengatur alam semesta. Tuhan yang
diyakini oleh Musa dan Harun." Orang-orang Mesir dan anak-anak Bani
Israil menyaksikan mukjizat yang mengagumkan ini. Mereka melihat
bagaimana tukang sihir-tukang sihir Fir'aun sujud kepada Musa dan Harun.
Fir'aun menyaksikan bahawa bola itu kini berada di tangan Musa dan
Harun. Lalu ia bangkit dari duduknya dan berteriak di depan tukang sihir:
"Bagaimana kalian beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepada
kalian." Para tukang sihir berkata: "Untuk beriman tidak perlu izin."
Fir'aun berkata: "Kalau begitu ini adalah persekongkolan yang jelas.
Sesungguhnya Musa adalah guru kalian yang mengajari kalian sihir.
Sungguh tangan-tangan kalian dan kaki-kaki kalian akan diputus dan
kalian akan disalib di pohon kurma. Sungguh ini adalah persekongkolan
yang jelas."
Para tukang sihir berkata: "Lakukan apa saja yang engkau inginkan, hai
Fir'aun. Kami tidak memilihmu dan kami tidak mengutamakanmu atas
mukjizat Ilahi ini. Sesungguhnya kami beriman kepada Tuhan kami agar
Dia mengampuni kami dan menghapus kesalahan-kesalahan kami. Apa
yang engkau berikan terhadap kami adalah sesuatu yang sedikit, dan apa
yang ada di sisi Allah s.w.t lebih baik dan lebih abadi. Seandainya engkau
menyeksa kami dan membunuh kami dan menyalib kami, maka engkau
hanya dapat menyeksa kami di kehidupan dunia ini. Tentu kehidupan
dunia tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Kami hanya
ingin mendapatkan pengampunan dari Allah s.w.t dan memasuki syurga."
Kemudian Fir'aun mengeluarkan perintahnya untuk menyalib semua
tukang sihir. Ketika menyaksikan peristiwa tersebut, orang-orang
menjadi ketakutan. Kemudian Nabi Musa dan Nabi Harun meninggalkan
tempat itu dan Fir'aun kembali ke istananya. Allah s.w.t menceritakan
dalam surah al-A'raf apa yang dialami tukang sihir dan Musa dalam
firman-Nya:
"Ahli-ahli sihir berkata: 'Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan
lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?' Musa
menjawab: 'Lemparkanlah (lebih dahulu)! Maka tatkala mereka
melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang
banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar
(menakjubkan). Dan Kami mewahyukan kepada Musa: 'Lemparkanlah
tongkatmu!' Maka sekoyong-koyong tongkat itu menelan apa yang
mereka sulapkan. kerana itu nyatalah yang benar dan gagallah yang
selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah
mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta
meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: 'Kami beriman
kepada Tuhan semesta alam, (Yaitu) Tuhan Musa dan Harun. Fir'aun
berkata: 'Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin
kepadamu?' Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang
telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan
penduduknya darinya; maka kelah kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu ini); sesungguhnya aku akan memotong tangan dan
kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-
sungguh aku akan menyalib kamu semuanya. Ahli-ahli sihir itu
menjawab: 'Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan kamu
tidak membalas dendam dengan menyeksa kami, melainkan kerana
kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu
datang kepada kami.' (Mereka berdoa): 'Ya Tuhan kami, limpahkanlah
kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan
berserah diri (kepada-Mu).'" (QS. al-A"raf: 115-126)
Para tukang sihir Mesir berubah menjadi Muslim dan mempercayai ajaran
yang dibawa oleh Nabi Musa. Mereka beriman kepada Allah s.w.t.
Akhirnya, mereka dinaikkan di batang-batang pohon kurma untuk disalib
dan dipotong tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka. Mereka
meminta kepada Allah s.w.t agar mereka dimatikan sebagai orang-orang
Muslim.
Kemudian Musa memahami apa yang diucapkan oleh Jibril as: Mereka
sejak saat ini sampai salat Ashar di sisimu dan setelahnya mereka berada
di syurga. Ketika memasuki waktu Ashar tubuh para tukang sihir itu
berlumuran darah. Mereka disalib oleh para tentera Fir'aun. Fir'aun
menghadapi masalah baru. Fir'aun mengadakan serangkaian pertemuan-
pertemuan penting di istananya. Fir'aun memanggil penanggung jawab
tentera dan pasukan. Fir'aun juga memanggil apa saat ini dinamakan
dengan kepala intelejen. Bahkan Fir'aun juga memanggil para menteri
dan para penjabat serta tukang-tukang dukun. Jadi, Fir'aun memanggil
semua yang mempunyai kekuatan untuk mengubah jarum sejarah.
Fir'aun bertanya kepada kepala intelejennya: "Apa yang dikatakan orang-
orang?" Ia berkata: "Anak buahku telah kusebar di antara khalayak dan
mereka mendapat informasi bahawa Musa dapat memenangkan
perlumbaan itu kerana ia berhasil membikin suatu konspirasi bersama
para tukang sihir." Kemudian Fir'aun bertanya kepada salah seorang ketua
keamanan: "Apa yang terjadi pada jasad-jasad tukang sihir?" Ia berkata:
"Anak buahku menggantunginya di tempat umum dan di pasar-pasar
untuk menakuti manusia dan kami sebarkan berita bahawa Fir'aun akan
membunuh setiap orang yang memiliki persekongkolan." Lalu Fir'aun
bertanya kepada komandan pasukan: "Apa yang dikatakan oleh pasukan?"
Ia menjawab: "Mereka menginginkan agar mendapatkan perintah untuk
bergerak di tempat mana pun yang ditentukan oleh Fir'aun." Fir'aun
berkata: "Belum datang giliran pasukan maka akan datang gilirannya."
Fir'aun kemudian terdiam. Lalu Haman salah seorang ketua para menteri
bergerak dan mengangkat tangannya dan ia mulai meminta untuk
berbicara, dan Fir'aun mengizinkan kepadanya. Haman berkata: "Apakah
kita akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerosakan di
muka bumi dan mereka mengalihkan ibadah kepada selainmu?" Fir'aun
berkata: "Sungguh engkau dapat membaca fikiranku wahai Haman. Kita
akan membunuh anak-anak mereka dan akan mempermalukan
perempuan-perempuan mereka. Aku memiliki kekuasaan di atas mereka."
Pasukan Fir'aun pergi untuk membunuh anak-anak laki dari Bani Israil dan
menodai kehormatan wanita-wanita mereka, serta memenjarakan siapa
pun yang menentang. Musa berdiri menyaksikan apa yang terjadi tanpa
mampu turut campur dan tanpa mampu mencegahnya. Yang beliau
lakukan hanya memerintahkan kaumnya untuk bersabar. Beliau
memerintahkan mereka untuk meminta pertolongan kepada Allah s.w.t
dan bersabar atas segala ujian. Beliau menjadikan para tukang sihir
sebagai teladan bagi mereka di mana tukang sihir Mesir itu mampu
menahan derita di jalan Allah s.w.t tanpa berkeluh kesah. Nabi Musa
memberitahu mereka bahawa tentera-tentera Fir'aun berbuat aniaya di
muka bumi yang seakan-akan bumi adalah milik khusus mereka.
Sebenarnya Allah s.w.t akan mewariskan bumi kepada orang-orang yang
bertakwa.
Kemudian intimidasi yang dilakukan Fir'aun sangat mempengaruhi jiwa
Bani Israil sehingga mereka merasakan kekalahan dan pesimis. Mereka
berkata kepada Musa: "Wahai Musa kami sangat menderita sebelum
kedatanganmu dan sesudah kedatanganmu, anak-anak dibunuh sebelum
kedatanganmu dan sesudah kedatanganmu." Seakan-akan mereka berkata
kepada Musa bahawa keberadaanmu tidak memberikan manfaat sedikit
pun. Kami tetap merasakan kesendirian. Musa menolak kebodohan
mereka ini. Ia memberitahu mereka bahawa Allah s.w.t akan
menghancurkan musuh-musuh mereka, kemudian Allah s.w.t akan
menjadikan bumi dikuasai oleh mereka. Tetapi lagi-lagi mereka tetap
mengadu kepada Musa dan tampak bahawa mereka tidak kuat lagi
menahan penderitaan yang mereka alami.
Musa menghadapi keadaan yang sulit. Beliau berusaha melawan
kemarahan Fir'aun dan konspirasinya. Pada saat yang sama, Nabi Musa
mendengar keluhan kaumnya. Di tengah-tengah keadaan yang demikian,
Qarun bergerak. Qarun adalah seorang putera Bani Israil. Ia berasal dari
kaum Musa tetapi ia justru menentang Musa. Kekayaannya dan status
sosialnya menjadikannya lebih dekat kepada rejim Fir'aun. Allah s.w.t
menceritakan kepada kita tentang kekayaan Qarun. Allah s.w.t berkata
kepada kita bahawa kunci-kunci kamar yang menyimpan kekayaannya
sangat sulit dipikul oleh sekelompok laki-laki yang kuat sekalipun.
Seandainya kita ingin mengetahui kunci-kunci kekayaan ini yang
sedemikian rupa, maka kita dapat membayangkan kekayaan itu sendiri.
Qarun memiliki berbagai macam kekayaan dan dalam jumlah yang
banyak. Bahkan saking kayanya, pelana kudanya terbuat dari kulit yang
dihiasi oleh perak dan emas.
Jika Qarun keluar dengan membawa pesona dunia yang diikuti oleh
rombongannya dan disinari oleh matahari, maka emas-emas yang
dibawanya tampak menyala di bawah sengatan matahari. Pemandangan
demikian sangat mengagumkan bagi orang-orang yang mencintai dunia.
Kekayaan yang dimiliki Qarun membuatnya bersikap angkuh sehingga
tidak mudah baginya untuk menerima nasihat. Tampak bahawa
kekayaannya dan kesombongannya membuatnya merasa bergembira,
sehingga tertawanya Qarun menjadi tertawa yang paling terkenal di
kalangan Bani Israil, dan kebenarannya menyaingi kebenaran Fir'aun dan
Haman. Kedua orang itu (Fir'aun dan Haman) menguasai Mesir secara
keseluruhan, sedangkan Qarun hanya mengusai sebahagian dari Mesir.
Orang-orang yang berakal dari kaumnya menasihatinya agar ia berfikir
sejenak tentang akhiratnya, dan barangkali mereka berkata kepadanya:
"Sesungguhnya tak seorang pun menasihatimu untuk meninggalkan dunia
secara keseluruhan dan menempuh jalan orang-orang yang zuhud tetapi
mereka menasihatimu agar engkau tidak melupakan bahagianmu dari
dunia. Sebagaimana mereka menasihatimu agar jangan sampai engkau
melupakan bahagianmu dari akhirat."
Qarun hanya merasa puas dengan bahagiannya dari dunia. Imaginasi
akalnya mengatakan bahawa kekayaan ini datang kerana usaha kerasnya
sebagaimana ia menduga kekayaannya adalah tanda bahawa Allah
mencintainya. Bahkan ia mengira bahawa ia lebih utama dan lebih mulia
dari Musa. Musa adalah seorang yang fakir sedangkan Qarun adalah
seorang yang kaya, maka bagaimana seorang yang fakir yang tidak
memakai satu pun gelang dari emas dapat memperoleh kedudukan yang
mulia di sisi Allah dibandingkan dengan seorang yang kaya yang mampu
membuat pelana kudanya dari emas. Demikianlah pandangan Qarun dan
Fir'aun terhadap Musa.
Allah s.w.t berfirman:
"Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang
hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?" (QS. az-Zukhruf:
52)
Demikianlah pernyataan Fir'aun kepada Musa. Terdapat kesesuaian antara
pendapat Fir'aun dan Qarun terhadap Musa. Sesuai dengan kedudukan
sosial dan kekayaannya, Qarun menjadi sahabat Fir'aun dan mendukung
rejim kekuasaannya. Bukan hanya Qarun, Fir'aun dan Haman yang
menjadi tawanan khayalan ini, bahkan kaum Fir'aun pun memiliki
pendapat yang sama. Yakni, bagi orang-orang Mesir, Musa hanya sekadar
seorang tukang sihir yang mengalahkan jaguh-jaguh sihir lainnya. Namun
ini tidak bererti bahawa masyarakat Mesir tidak memiliki keutamaan
sedikit pun. Di tengah-tengah masyarakat Mesir masih terdapat orang
yang beriman kepada Nabi Musa namun ia menyembunyikan keimanannya
kerana khuatir terhadap kejahatan Fir'aun.
Di sana juga ada orang yang bertanya-tanya dengan kebodohan: Jika
Allah s.w.t memang mencintai Musa lalu mengapa ia dijadikan seorang
yang fakir. Qarun menjadi fitnah atau cubaan di tengah-tengah kaumnya
dan juga bagi orang-orang Mesir. Ketika Qarun keluar dengan membawa
pesona dunianya maka orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia
berkata:
"Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya.
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: 'Moga-
moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan
kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar." (QS. al-Qashash: 79)
Sedangkan orang-orang yang berakal sehat - biarpun jumlah mereka
sedikit - mereka memandang bahawa kekayaan Qarun yang begitu luar
biasa tidak bererti sedikit pun di sisi Allah s.w.t. Allah s.w.t tidak
memandang kekayaan yang banyak jika jiwa manusia menjadi gelap
kerananya. Di tengah-tengah keadaan yang demikian sulit, Nabi Musa
menghadapi Qarun yang menentangnya. Musa sebagai seorang Nabi mesti
menunjukkan sikap yang baik dan kesucian yang agung. Tampaknya
Qarun sepakat dengan Fir'aun untuk berusaha menjatuhkan Musa di
depan pengikutnya dengan tuduhan yang berlawanan dengan
kesuciannya.
Akhirnya, pada suatu hari Nabi Musa dikejutkan dengan suatu tuduhan di
mana ada seorang wanita yang menuduhnya berbuat tidak senonoh
kepadanya dan mengatakan bahawa Musa pernah tidur bersamanya
kelmarin. Kami kira Nabi Musa sangat kaget dengan tuduhan ini dan
beliau tidak mengetahui apa yang dikatakannya atau bagaimana beliau
membela dirinya menghadapi tuduhan seperti itu. Kemungkinan besar
beliau salat dan menghadap Allah s.w.t. Kemudian beliau menemui
wanita itu dan bertanya, mengapa ia menuduhkan padanya sesuatu yang
tidak benar. Tiba-tiba wanita itu menangis dan meminta ampun kepada
Musa. Ia memberitahu Musa bahawa Qarun memberinya wang sebagai
imbalan atas fitnah yang ditebarkannya terhadap Musa. Mendengar itu,
Musa mendoakan buruk buat Qarun. Kemudian Allah s.w.t berkehendak
untuk mendatangkan mukjizat di saat yang tepat yang menjelaskan
kepada manusia bahawa Dia Maha kuasa, Maha kuat, dan Maha Perkasa,
dan bahawa harta hanya sebahagian ujian dan fitnah, bukan sebagai
suatu keutamaan yang dengannya manusia dapat dinilai.
Mukjizat yang Allah s.w.t turunkan adalah membinasakan Qarun dan
menenggelamkan rumahnya dan hartanya. Qarun keluar untuk menemui
kaumnya dengan menampakkan pesona dunianya. Lalu bumi terbelah di
bawah kakinya dan Qarun pun tersungkur di bumi. Kami tidak
mengetahui apakah itu gempa yang pertama kali terjadi atau itu adalah
gempa yang Allah s.w.t perintahkan kepada bumi untuk terjadi. Yang
kita ketahui adalah bahawa bumi terbelah dan ia menelan Qarun. Bumi
menenggelamkan istana-istana Qarun, hewan-hewan ternaknya,
emasnya, peraknya dan semua kekayaannya serta orang dekatnya.
Sebahagian dongeng mengatakan bahawa itu terjadi di Fuyum, dan danau
Qarun adalah yang dikenal orang-orang Mesir dengan nama ini. Ia adalah
tempat yang dihuni oleh Qarun dan menjadi tempat istananya dan
tempat menyimpan hartanya. Alhasil, Al-Quran al-Karim tidak
menentukan tempat datangnya azab ini dan tidak juga menyebut kapan
itu terjadi. Al-Quran hanya menceritakan apa yang terjadi. Tentu
penentuan tempat dan waktu bukan sesuatu yang penting tetapi yang
penting adalah pelajaran yang terjadi itu.
Allah s.w.t berfirman dalam surah al-Qhashash:
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku
aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat
dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika
kaumnya berkata kepadanya: 'Janganlah kamu terlalu bangga;
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri.' Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerosakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerosakan. Qarun berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu,
kerana ilmu yang ada padaku.' Dan apakah ia tidak mengetahui,
bahawasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidakkah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun
kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: 'Moga-moga kiranya kita mempunyai
seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu: 'Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-
orang yang sabar.' Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya
ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-
orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang
kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata: "Aduhai
benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-
orang yang mengingkari (nikmat Allah).' Negeri akhirat itu. Kami
jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan
berbuat kerosakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa. " (QS. al-Qashash: 76-83)
Orang-orang dahulu banyak membicarakan ilmu ini yang Qarun
mengklaim bahawa ia diberi ilmu itu. Sebahagian mereka mengatakan
bahawa itu adalah ilmu kimia yang dengannya Qarun mampu mengubah
tembaga menjadi emas. Sebahagian lagi mereka mengatakan bahawa
Qarun mengetahui ismullah al-A'zham (nama Allah yang agung) lalu ia
menggunakannya untuk mengubah bahan-bahan itu menjadi emas. Tetapi
orang-orang yang berakal dari kalangan orang-orang dahulu membantah
hal itu. Menurut mereka, Qarun tidak mengetahui ismullah al-A'zham.
Qarun adalah seorang munafik. Mereka juga tidak percaya bahawa Qarun
dapat membuat racikan kimia.
Kami kira, ini semua adalah dongengan semata yang tidak layak untuk
menjelaskan sebab-sebab kekayaannya. Menurut hemat kami, Qarun
adalah seorang yang lalim di mana ia melakukan pekerjaan yang tidak
sehat. Dan boleh jadi ia memanfaatkan persahabatan dengan Fir'aun
untuk mendapatkan fasiliti-fasiliti dari Fir'aun. Dan kerana persahabatan
itu, ia berani menentang Musa. Qarun melakukan kejahatan di sana-sini
dan kerananya ia mengatakan bahawa harta yang diperolehnya adalah
hasil dari kerja kerasnya dan ilmunya. Qarun telah membuat kebohongan
dan kelaliman dan ia mendapatkan kekayaan dengan cara-cara yang tidak
sehat.
Penyimpangan dari keimanan kepada Allah s.w.t meskipun sehujung
rambut pada akhirnya menyeret manusia kepada sikap kesombongan.
Manusia itu akan menentang kebenaran dan ia tidak mampu lagi
mengikuti kebenaran sehingga pada gilirannya sesuatu yang bohong pun
akan menjadi laksana sesuatu yang realistik dan tidak perlu lagi
dipersoalkan. Belum lama Qarun mendapatkan seksa sehingga orang-
orang mukmin yang mengikuti Nabi Musa merasakan kelapangan yang
sebelumnya mereka merasa tertindas. Orang-orang Mesir dan anak-anak
Israil menyaksikan mukjizat ini.
Akhirnya, pertentangan antara Fir'aun dan Nabi Musa mencapai
puncaknya. Fir'aun meyakini bahawa Musa sangat mengancam
kekuasaannya. Musa - sebagaimana nabi-nabi yang lain - membawa
ajarannya dengan penuh kelembutan tetapi ketika ia berhadapan dengan
puncak kejahatan dan sumber-sumber yang lalim maka ia tidak segan-
segan untuk menghancurkannya. Nabi Musa menantang sumber kejahatan
di zamannya, yaitu Fira'un. Kemudian Fir'aun melontarkan ide untuk
membunuh Musa. Fir'aun mengira bahawa membunuh Musa adalah cara
satu-satunya untuk menyelesaikan masalahnya:
"Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): 'Biarkanlah
aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya,
kerana sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agamamu atau
menimbulkan kerosakan di muka bumi.'" (QS. al-Mu'min: 26)
Kita perhatikan bahawa Fir'aun berusaha untuk mencegah orang-orang
yang menuju kebenaran; Fir'aun berusaha memberhentikan tugas para
nabi; ia berusaha menyesatkan manusia dengan mengatakan bahawa
justru Musa yang ingin menyesatkan mereka; ia mengusulkan kepada para
menterinya dan para pembesarnya untuk membiarkannya membunuh
Musa. Tentu ia tidak membunuh Musa dengan tangannya sendiri tetapi ia
hanya sekadar melontarkan fikiran untuk membunuhnya di depan mereka
dan yang melaksanakan hal tersebut adalah para pejabat istana. Kami
kira Haman sangat berperan dalam pelaksanaan ide ini. Kemudian
terbentuklah kelompok orang-orang munafik yang mendukung ide Fir'aun
ini.
Ide tersebut hampir segera dibenarkan kalau tidak ada seorang dari
keluarga Fir'aun. Ia adalah seorang lelaki dari kalangan pejabat negara
yang terpandang. Al-Quran tidak menyebutkan namanya kerana namanya
tidak begitu penting dan begitu juga ia tidak menyebutkan sifatnya
kerana sifatnya tidak begitu penting. Al-Quran hanya menceritakan
keadaan lelaki ini yang menyembunyikan keimanannya. Ia berbicara di
tengah-tengah perkumpulan yang di situ disampaikan ide untuk
membunuh Musa. Kemudian ia menghentikan ide gila itu dan berusaha
meruntuhkan ide itu. Ia berkata bahawa Musa hanya mengatakan bahawa
Allah s.w.t adalah Tuhannya, lalu untuk mendukung penyataannya itu ia
membekali dirinya dengan bukti-bukti yang jelas yang menunjukkan
bahawa ia benar-benar seorang rasul. Kemudian ada dua kemungkinan
dan tidak ada kemungkinan ketiga: pertama bahawa Musa adalah seorang
pembohong, kedua ia seorang yang benar. Jika ia seorang pembohong
maka kebohongannya itu akan kembali kepada dirinya sendiri dan ia
tidak melakukan sesuatu yang kerananya ia harus dibunuh. Namun jika ia
benar lalu kita membunuhnya maka gerangan apa yang akan menjamin
kita dari keselamatan terhadap azab yang dijanjikannya? Seorang
mukmin yang menyembunyikan keimanannya itu berkata kepada
kaumnya: "Sesungguhnya hari ini kita berada di tempat-tempat kekuatan
sebagaimana yang dialami oleh Qarun di mana ia memiliki kekayaan dan
kekuatan kemudian terjadilah apa yang terjadi padanya. Siapakah yang
akan menyelamatkan kita dari azab Allah s.w.t ketika datang? Siapakah
yang dapat menolong kita dari seksaan-Nya jika menimpa kita? Tindakan
melampaui batas kita dan usaha kita untuk membohongkan kebenaran
telah membuat kita rugi."
Perkataan lelaki mukmin itu memuaskan para hadirin. Orang lelaki itu
adalah seseorang yang tidak begitu menampakkan loyalitinya kepada
Fir'aun. Ia bukan dari kalangan pengikut Musa. Tampaknya ia berbicara
dengan motivasi untuk mempertahankan kekuasaan Fir'aun, dan
menurutnya tidak ada sesuatu yang dapat menjatuhkan kekuasaan Fir'aun
seperti kebohongan dan tindakan yang melampaui batas dan membunuh
jiwa-jiwa yang tidak berdosa.
Dari sinilah kata-kata lelaki mukmin itu memancarkan kekuatannya yang
cukup mempengaruhi Fir'aun, para menterinya, dan anak buahnya.
Meskipun ide Fir'aun untuk membunuh Musa digagalkan oleh lelaki
mukmin itu, namun Fir'aun mengatakan kata-kata bersejarahnya yang
kemudian menjadi contoh dari sikap orang-orang yang lalim:
"Fir'aun berkata: Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa
yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain
jalan yang benar.'" (QS. al-Mu'min: 29)
Demikianlah pernyataan para penguasa yang lalim ketika mereka
menghadapi masyarakat mereka. Aku tidak melihat pendapatku kecuali
sesuai dengan apa yang aku pertimbangkan. Ini adalah pendapat kami
yang khusus. Ia merupakan pendapat yang membimbing kalian menuju
jalan petunjuk, sedangkan pendapat lainnya salah. Oleh kerana itu, kita
harus tetap melawannya dan membinasakannya. Allah s.w.t
menceritakan sikap demikian ini dalam surah Ghafir:
"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut
Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: 'Apakah kamu akan
membunuh seorang laki-laki kerana dia menyatakan: 'Tuhanku ialah
Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa
keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta
maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia
seorang yang benar nescaya sebahagian (bencana) yang
diancamkannya kepadamu akan menimpamu.' Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
(Musa berkata): 'Hai kaumku, untukmu lah kerajaan pada hari ini
dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita
dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!' Fir'aun berkata: 'Aku
tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa saja yang aku
pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan
yang benar.'" (QS. al-Mu'min 28-29)
Perdebatan tersebut tidak berhenti pada batas ini. Fir'aun mengutarakan
kata-katanya tetapi seorang mukmin itu tetap tidak puas dengannya,
kemudian lelaki mukmin itu kembali berbicara:
"Dan orang yang beriman itu berkata: 'Hai kaumku, sesungguhnya aku
khuatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti kehancuran golongan
yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, Ad Tsamud dan
orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak akan
menghendaki berbuat kelaliman terhadap hamba-hamba-Nya. Hai
kaumku, sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari
panggil-memanggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke
belakang, tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan dirimu
dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, nescaya tidak ada
baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk. Dan sesungguhnya
telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-
keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang
dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata:
'Allah tidak akan mengirimkan seorang (rasul pun) sesudahnya.
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas
dan ragu-ragu. (Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat
Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar
kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang
beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong
dan sewenang-wenang." (QS. al-Mu'min: 30-35)
Kita perhatikan dalam pembicaraan tersebut terdapat perbezaan dengan
pembicaraan sebelumnya. Lelaki mukmin itu berusaha menguraikan pada
pembicaraan akhirnya tentang bukti-bukti sejarah. Ia menyampaikan
kepada Firaun dan kaumnya argumentasi-argumentasi yang cukup untuk
menunjukkan kebenaran Musa. Ia memperingatkan mereka agar jangan
sampai mengganggu Musa. Sebelum masa mereka, terdapat umat-umat
yang menentang rasul-rasul yang dikirim oleh Allah s.w.t, lalu Allah s.w.t
menghancurkan mereka. Mereka adalah kaum Nuh, kaum 'Ad, dan kaum
Tsamud. Zaman mereka tidak terlalu jauh dengan zaman sekarang.
Sejarah Mesir menunjukkan bukti kebenaran ucapannya di mana Nabi
Yusuf datang dengan membawa bukti yang jelas kemudian terdapat
orang-orang yang merugikan dakwahnya lalu mereka beriman padanya
setelah keselamatan hampir saja tercabut dari mereka. Lalu apa
keanehan di balik pengutusan para rasul dari Allah s.w.t? Sejarah masa
lalu harus menjadi bahan renungan. Bukankah kelompok minoriti orang-
orang mukmin memperoleh kemenangan ketika mereka benar-benar
beriman atas kelompok majoriti yang kafir? Bukankah Allah s.w.t telah
menghancurkan orang- orang kafir? Allah s.w.t menenggelamkan mereka
dengan taufan dan Allah s.w.t menghancurkan mereka dengan kilat atau
Allah s.w.t menenggelamkan mereka dalam bumi. Apa yang kita tunggu
sekarang dan dari mana kita tahu bahawa usaha kita membela Fir'aun
mati-matian akan membawa keuntungan bagi kita semua?
Pembicaraan lelaki mukmin yang intelektual itu mengandung beberapa
peringatan yang mengerikan. Tampaknya ia berhasil memuaskan para
hadirin bahawa ide membunuh Musa adalah ide yang tidak aman. Atau
dengan kata lain, itu adalah ide yang tidak menjamin keselamatan
mereka. Oleh kerana itu, ide tersebut hendaklah ditinggalkan. Setelah
itu, lelaki mukmin itu berusaha untuk menunjukkan kepada mereka
kebenaran yang dibawa oleh Musa. Ia yang semula menggunakan bahasa
isyarat, kini berusaha untuk menggunakan bahasa yang terang dan
gamblang. Ia telah berani menampakkan kebenaran:
"Orang yang beriman itu berkata: 'Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku,
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barang siapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan
sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal
yang saleh baik laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam
keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi
rezeki di dalamnya tanpa hisab.'" (QS. al-Mu'min: 38-40)
Akhirnya, keimanan lelaki mukmin itu pun tersingkap. Ia diketahui
sebagai seorang mukmin yang tidak lagi menyembunyikan keimanannya.
Pada akhir pembicaraannya, ia menegaskan:
"Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Mengapa) kamu
menyeruku kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa
yang tidak aku ketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada
Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahawa apa yang
kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat
memperkenankan seruan apa pun baik di dunia mahupun di akhirat. Dan
sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang
yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan
mengingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku
menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya." (QS. al-Mu'min: 41-44)
Lelaki mukmin itu mengakhiri pembicaraan dengan kata-kata yang berani
ini. Kami kira, Allah s.w.t telah mengirim lelaki mukmin ini dari kalangan
Fir'aun agar Fir'aun melupakan Musa. Konteks Al-Quran menyingkap
bahawa lelaki ini merupakan salah seorang intelektual Mesir yang
mengetahui sejarah dan mampu menganalisis serta memiliki kemampuan
untuk menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sehingga
ia mengetahui sebab-sebab dan akhir dari suatu peristiwa.
Orang yang beriman itu mampu menggiring akal mereka menuju
kebenaran. Fir'aun tersibukkan dengan lelaki mukmin ini hingga beberapa
saat ia lupa untuk memikirkan Musa. Lelaki mukmin itu berasal dari
keluarga Fir'aun. Ia adalah kerabat dekatnya dan salah seorang pejabat
negaranya. Keimanannya terhadap kebenaran menjadikan istana Fir'aun
terbagi menjadi dua kubu: kubu pro Musa dan kubu anti Musa. Ini bererti
kemenangan yang besar bagi Musa. kerana itu, membunuh lelaki mukmin
itu akan mengganggu atau menggoyangkan keberadaan cendekiawan
Mesir di mana ia adalah salah seorang dari mereka.
Demikianlah, Fir'aun menghadapi masalah yang rasa-rasanya sulit atau
mustahil untuk terpecahkan. Membunuh lelaki mukmin itu tidak akan
memberikan dampak yang baik, begitu juga membiarkannya hidup juga
tidak memberikan dampak yang baik. Akhirnya, mereka membikin suatu
konspirasi untuk menyingkirkannya. Kemudian di sinilah bimbingan Allah
s.w.t diturunkan:
"Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan
Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." (QS.
al-Mu'min: 45)
Untuk beberapa saat, Fir'aun disibukkan dengan masalah baru ini, tetapi
Fir'aun adalah Fir'aun. Ia tetap memakai busana kesombongannya; ia
tetap menyeksa Bani Israil, menghina mereka dan menodai kehormatan
wanita-wanita serta membunuh anak-anak. Akhirnya, tibalah waktunya
bagi Allah s.w.t untuk bersikap keras kepada keluarga Fir'aun. Allah s.w.t
menurunkan bencana kepada mereka dan menakut-nakuti mereka dengan
azab sehingga mereka mengurungkan niat untuk menghancurkan Musa
dan laki-laki mukmin itu, dan sebagai pembuktian atas kebenaran
kenabian Musa. Allah s.w.t menurunkan tahun-tahun yang kering dan
tandus kepada orang-orang Mesir di mana bumi tampak kering kontang
dan sungai Nil pun mengering hingga buah-buahan jarang sekali
ditemukan dan harga semakin mencekik leher. Akibatnya, kelaparan
melanda di sana-sini. Dalam keadaan demikian, orang-orang Mesir
menganggap bahawa kehidupan mereka terancam. Adalah hal yang
maklum bahawa seksa yang seperti ini akan selalu menimpa manusia
ketika mereka berpaling dari keimanan dan takwa.
Allah s.w.t berfirman:
"Jikalau sekitarnya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami seksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. al-A'raf: 96)
Hukum yang lama diperlakukan atas penduduk Mesir kerana dua sebab:
pertama, sikap dingin mereka terhadap pembunuhan yang dilakukan
Fir'aun kepada para tukang sihir, kedua, sikap dingin mereka terhadap
kelaliman penguasa mereka. Aneh sekali ketika kaum Fir'aun
mengembalikan masa paceklik ini dan musibah kelaparan ini pada suatu
sebab yang sangat menghairankan. Mereka mengatakan bahawa apa yang
menimpa mereka kerana kesialan yang dibawa oleh Musa. Kelaparan yang
melanda mereka, kefakiran, dan kekurangan buah-buahan yang mereka
rasakan saat ini adalah disebabkan oleh adanya Musa di tengah-tengah
mereka.
Kemudian kefakiran mereka semakin meningkat dan mereka semakin
menjauh dari kebenaran. Mereka meyakini bahawa sihir Musa adalah yang
bertanggungjawab terhadap apa yang menimpa mereka pada musim
paceklik ini. Mereka mengira dengan kebodohan mereka bahawa
kekeringan yang melanda negeri mereka adalah sebagai alat atau
kekuatan yang digunakan oleh Musa untuk menyihir mereka. Namun perlu
diperhatikan bahawa pemikiran demikian tidak mewakili pemikiran
umumnya masyarakat saat itu, tetapi pemikiran ini datang dan
dihembuskan oleh kelompok-kelompok yang berkuasa. Akhirnya, Allah
s.w.t menurunkan azab yang lebih keras kepada mereka. Allah s.w.t
berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya
dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan
kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka
berkata: 'Ini adalah kerana (usaha) kami.' Dan jika mereka ditimpa
kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan
mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan
neraka tidak mengetahuinya. Mereka berkata: 'Bagaimanapun kamu
mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan
keterangan itu maka, kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu.'
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan
diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. al-A'raf: 130-133)
Allah s.w.t mengirimkan berbagai macam azab dengan harapan agar
mereka kembali kepada Allah s.w.t dan melepaskan Bani Israil serta
membiarkan mereka pergi bersama Musa. Allah s.w.t mengirim taufan
kepada mereka. Setelah masa paceklik, datanglah tahun yang penuh
dengan air sehingga bumi pun tenggelam dengan air sehingga mereka
tidak dapat bercucuk tanam. Setelah mereka diseksa dengan sedikitnya
air maka kali ini mereka mendapatkan limpahan air yang luar biasa.
Mereka segera datang kepada Nabi Musa sambil berkata:
"Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka
pun berkata: 'Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu
dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu.
Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami,
pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil
pergi bersamamu.'" (QS. al-A'raf: 134)
Kemudian Nabi Musa berdoa kepada Tuhannya sehingga azab disingkirkan
dari mereka. Air yang memancar dengan dahsyat itu berhenti dan bumi
kembali mengambil air yang cukup sehingga layak untuk dibuat bercucuk
tanam. Nabi Musa meminta kepada mereka untuk mewujudkan janji
mereka, yaitu melepaskan tawanan Bani Israil. Tapi mereka tidak
memenuhinya. Kemudian datanglah tanda kebesaran yang lain yaitu
dalam bentuk turunnya belalang. Allah s.w.t mengirim sekawanan
belalang yang memenuhi tanaman dan buah-buahan. Ketika belalang-
belalang itu terbang maka tanaman-tanaman mereka dan buah-buahan
mereka tersembunyi dari pandangan kerana saking banyaknya belalang-
belalang itu. Belalang itu memakan makanan orang-orang Mesir.
Melihat keadaan demikian, mereka pun pergi ke Musa dan meminta
kepadanya agar berdoa kepada Tuhannya agar menyingkirkan seksaan ini
dari mereka dan mereka berjanji untuk melepaskan padanya Bani Israil.
Nabi Musa pun lagi-lagi berdoa kepada Tuhannya sehingga Allah s.w.t
menyingkirkan azab itu dari mereka. Dan belalang-belalang itu kembali
ke tempat asalnya. Mereka dapat menanami kembali bumi dengan baik.
Lalu Nabi Musa meminta kepada mereka untuk melepaskan Bani Israil
namun mereka menunda-nundanya sehingga Nabi Musa mengetahui
bahawa sebenarnya mereka tidak serius untuk memenuhi janji mereka.
Kemudian datanglah seksaan Allah s.w.t yang lain, yaitu dikirim-Nya
berbagai macam hama. Tersebarlah hama yang membawa penyakit. Lagi-
lagi mereka datang kepada Nabi Musa dan mengulangi janji mereka dan
Nabi Musa pun berdoa kepada Allah s.w.t. Kali ini mereka pun tetap
mengingkari janji mereka. Lalu datanglah seksaan Allah s.w.t yang lain
dalam bentuk dikirim-Nya katak di mana bumi dipenuhi dengan katak.
Katak itu melompat-lompat ke sana-sini dan memenuhi makanan orang-
orang Mesir serta berada di rumah mereka sehingga mereka sangat
terganggu dengan kehadiran katak-katak liar itu. Lagi-lagi mereka
menemui Nabi Musa dan kembali mengulangi janji mereka dan meminta
padanya agar ia berdoa kepada Tuhannya agar Allah s.w.t menyingkirkan
azab dari mereka. Tetapi mereka pun tetap mengingkari janji mereka.
Selanjutnya, Allah s.w.t menurunkan azab yang lain yaitu darah di mana
sungai Nil berubah menjadi darah sehingga tidak seorang pun dapat
meminumnya. Kita ketahui bahawa mukjizat-mukjizat pertama berupa
sesuatu yang biasa terjadi pada tanaman. Berkurangnya air Nil atau
bertambahnya air tersebut atau serangan belalang atau hama dan katak,
semua ini adalah bukan hal baru bagi orang-orang Mesir. Yang baru
adalah kejadian ini terjadi dengan sangat tiba-tiba dan sangat
mencekam. Sedangkan mukjizat atau azab yang lain adalah azab yang
tidak biasa terjadi di daerah Mesir, yaitu azab yang belum pernah terjadi
sebelumnya di mana air sungai Nil berubah menjadi darah.
Perubahan sungai itu menjadi darah hanya terjadi di kalangan orang-
orang Mesir sedangkan Musa dan kaumnya dapat meminum airnya seperti
biasanya. Namun ketika seorang Mesir memenuhi tempat gelasnya
dengan air maka ia akan mendapati bahawa gelasnya penuh dengan
darah. Melihat peristiwa tersebut, orang-orang Mesir tergoncang
sebagaimana istana Fir'aun juga tergoncang melihat seksa yang
mengerikan dan baru ini. Lagi-lagi mereka menuju ke Nabi Musa dan
meminta kepadanya agar berdoa kepada Tuhannya dan mereka berjanji
pada kali ini untuk membebaskan orang-orang Bani Israil. Nabi Musa pun
berdoa kepada Tuhannya sehingga azab itu disingkirkan dari orang-orang
Mesir. Meski demikian. istana Fir'aun tidak mengizinkan Musa untuk
menemui kaumnya dan pergi bersama mereka. Lalu bagaimana sikap
Fir'aun sendiri? Fir'aun tetap menunjukkan pembangkangnya dan
kesombongannya. Fir'aun mengumumkan di tengah-tengah kaumnya
bahawa dia tuhan. Bukankah - kata Fir'aun - dia memiliki kerajaan Mesir
dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasaannya? Fir'aun
memberitahu bahawa Musa adalah tukang sihir yang bohong dan ia hanya
seorang fakir yang tidak mampu menggunakan satu kalung emas dan satu
gelang emas.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa
mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka
kaumnya. Maka Musa berkata: 'Sesungguhnya aku adalah dari utusan
Tuhan seru sekalian alam. Maka tatkala dia datang kepada mereka
dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta
mereka mengetawakannya. Dan tidakkah Kami perlihatkan kepada
mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari
mukjizat-mukjizat sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka
azab supaya mereka kembali (kejalan yang benar). Dan mereka
berkata: 'Hai ahli sihir berdoalah kepada Tuhanmu untuk
(melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya
kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar
akan menjadi orang yang mendapat petunjuk. Maka tatkala Kami
menghilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka
memungkiri (janjinya). Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya)
berkata: 'Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan
(bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah
kamu tidak melihat(nya)?' Bukankah aku lebih baik dari orang yang
hina ini dan yang hampir tidak dapat dijelaskan (perkataannya)?
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat
datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya.' Maka Fir'aun
mempengaruhi kaumnya dengan (perkataannya itu) lalu mereka
patuh kepadanya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik."
(QS. az-Zukhruf: 46-54)
Perhatikanlah ungkapkan Al-Quran: Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya
dengan (perkataannya itu) lalu mereka patuh kepadanya. Fir'aun
memenjara akal mereka, membelenggu kebebasan mereka, dan menutup
masa depan mereka yang cerah. Fir'aun menodai kemanusiaan mereka
sehingga mereka mentaatinya. Bukankah ketaatan ini aneh? Namun
keanehan ini hilang ketika kita mengetahui bahawa mereka adalah orang-
orang yang fasik. Kefasikan menjadikan seseorang tidak peduli dengan
masa depannya dan kepentingannya serta urusannya. Pada akhirnya, ia
akan mendapati kehancuran. Demikianlah yang terjadi pada kaum
Fir'aun.
Allah s.w.t berfirman:
"Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum
mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami
jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang
kemudian." (QS. az-Zukhruf: 55-56)
Tampak jelas bahawa Fir'aun tidak beriman kepada Musa. Fir'aun tidak
menghentikan usaha untuk menyeksa Bani Israil dan ia tetap
merendahkan kaumnya. Maka melihat kenyataan yang demikian, Musa
dan Harun berdoa buruk untuk Fir'aun:
"Musa berkata: 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi
kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya dengan perhiasan dan
harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya
mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang
pedih.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada
jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali mengikuti jalan orang-orang
yang tidak mengetahui.'" (QS. Yunus: 88-89)
Kemudian datanglah izin kepada Nabi Musa untuk meninggalkan Mesir
dengan disertai oleh kaumnya yang mengikutinya. Sikap kaum Nabi Musa
sangat aneh. Tidak semua kaumnya beriman kepadanya. Allah s.w.t
berfirman:
"Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-
pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahawa Fir'aun
dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyeksa mereka. Sesungguhnya
Fir'aun itu sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia
termasuk orang-orang yang melampaui batas." (QS. Yunus: 83)
Selesailah urusan. Allah s.w.t telah menetapkan untuk membuat suatu
keputusan hukum terhadap Fir'aun. Allah s.w.t memerintahkan kepada
Musa untuk keluar dan mengizinkan Bani Israil untuk pergi. Mereka
bersiap-bersiap untuk keluar dan pergi bersama Musa. Mereka membawa
perhiasan-perhiasan mereka lalu datanglah malam kepada mereka. Nabi
Musa berjalan bersama mereka dan menyeberangi Laut Merah dan
menuju ke negeri Syam. Sementara itu, utusan Fir'aun dan intelejennya
bergerak. Sampailah berita kepada Fir'aun bahawa Musa telah pergi
beserta kaumnya. Fir'aun mengeluarkan perintahnya di segenap penjuru
kota agar pasukan yang besar berkumpul. Fir'aun menyampaikan alasan
yang aneh di balik pengumpulan tentera itu sebagaimana disampaikan
oleh Al-Quran:
"Dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan
amarah kita. " (QS. asy-Syu'ara': 55)
Fir'aun telah naik pitam melihat aksi Musa. "Secara peribadi aku telah
marah padanya. Jumlah mereka sedikit namun kemarahan kita terhadap
mereka sungguh banyak. Kalau demikian, ini adalah peperangan." Fir'aun
benar-benar seorang penjahat kelas kakap. Ia tidak berusaha
menyembunyikan niatnya di balik kata-kata besarnya. Misalnya, secara
diplomasi ia dapat mengatakan bahawa keamanan kerajaan terancam
atau sistem ekonomi akan hancur jika para pekerja ini yang digaji dengan
sangat murah ini akan keluar. Fir'aun tidak mengatakan semua itu tetapi
ia hanya menyatakan bahawa ia sedang emosi. Nabi Musa membuatnya
naik pitam dan ini sudah cukup untuk mengeluarkan perintah agar para
tentera dikumpulkan. Manusia membenarkan tindakan Fir'aun untuk
seribu kalinya setelah membohongkannya. Tiada seorang pun yang
menentangnya dan tidak ada seorang pun yang mempersoalkan sebab
kenapa di balik pengumpulan tentera itu.
Akhirnya, bergeraklah tentera Fir'aun dengan membawa persenjataan
yang lengkap dan mereka berusaha mengejar Nabi Musa. Fir'aun duduk di
atas kenderaan perangnya dan mengawasi tentera di sekitamya sambil
tersenyum. Barangkali ia membayangkan, jika sejak semula ia melakukan
itu maka gerak-geri Musa akan dapat dipatahkannya dan ia dapat
membunuhnya. Alhasil, ia sekarang berada di jalan untuk menangkap
Musa dan membunuhnya dan menyelesaikan masalah seluruhnya.
Nabi Musa berdiri di depan Laut Merah. Tampak dari kejauhan bahawa
debu yang ditebarkan oleh tentera Fir'aun mulai mendekat. Lalu setelah
itu tampak panji-panji tentera. Melihat hal itu, kaum Nabi Musa
merasakan ketakutan. Mereka menghadapi situasi sangat sulit dan
berbahaya: di depan mereka ada laut sementara di belakang mereka ada
musuh. Mereka tidak memiliki kesempatan sedikit pun untuk berperang
dengan pasukan Fir'aun kerana mereka hanya terdiri dari wanita-wanita,
anak-anak kecil, dan orang-orang lelaki yang tidak bersenjata. Fir'aun
akan menyembelih mereka semuanya.
Tiba-tiba terdengarlah teriakan dari kaum Nabi Musa: "Fir'aun akan
menyusul kita dan menangkap kita." Nabi Musa berusaha menenangkan
mereka sambil berkata: "Tidak. Sesungguhnya Tuhanku bersamaku dan
Dia pun akan membimbingiku." Kita tidak mengetahui bagaimana
perasaan Nabi Musa saat itu atau apa yang difikirkannya. Yang jelas, ia
tidak mendapat kepercayaan seperti ini kecuali setelah Allah s.w.t
mewahyukan kepadanya agar ia memukulkan tongkatnya ke lautan itu.
Kemudian Nabi Musa pun memukulkan tongkat yang dibawanya kepada
lautan itu.
Demikianlah bahawa kehendak Allah s.w.t pasti terlaksana meskipun
harus bertentangan dengan logik manusia. Allah s.w.t ingin menunjukkan
mukjizat, kemudian Allah s.w.t mewahyukan kepada Musa untuk
memukulkan tongkatnya kepada lautan. Pemukulan tongkat terhadap
lautan hanya sekadar sebab yang kemudian diikuti dengan terbelahnya
lautan. Belum sampai Nabi Musa mengangkat tongkatnya sehingga
malaikat Jibril turun ke bumi lalu Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke
lautan. Tiba-tiba laut itu terbelah menjadi dua bahagian: satu bahagian
menjadi kering kontang di mana di sebelah kanannya terdapat ombak
dan di sebelah kirinya juga terdapat ombak. Nabi Musa bersama kaumnya
berjalan sehingga mereka dapat melewati lautan. Ini adalah mukjizat
yang sangat besar. Ombak bergelombang: meninggi dan menurun
sehingga tampak ada tangan tersembunyi yang mencegahnya agar jangan
sampai menenggelamkan Nabi Musa atau bahkan membasahinya
sekalipun.
Demikianlah Nabi Musa dan kaumnya berhasil melewati lautan.
Sementara itu, Fir'aun sampai ke lautan. Ia menyaksikan mukjizat ini. Ia
melihat lautan terdapat jalan kering yang terbelah menjadi dua. Fir'aun
saat itu merasakan ketakutan tetapi lagi-lagi keras kepalanya dan
pembangkangnya tetap menyalakan api peperangan sehingga ia
menyuruh pasukannya untuk maju. Ketika Musa selesai menyeberangi
lautan, ia menoleh ke lautan dan ia ingin memukulkan dengan
tongkatnya sehingga kembali sebagaimana mestinya, tetapi Allah s.w.t
mewahyukan kepadanya agar ia membiarkan lautan seperti semula.
Seandainya ia memukulkan tongkatnya kepada lautan dan laut itu
kembali seperti semula nescaya Nabi Musa akan selamat dan Fir'aun pun
akan selamat, sedangkan Allah s.w.t telah berkehendak untuk
menenggelamkan Fir'aun. Oleh kerana itu, Musa diperintahkan untuk
membiarkan lautan seperti semula. Allah s.w.t mewahyukan kepadanya:
"Dan biarlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah
tentera yang akan ditenggelamkan." (QS. ad-Dukhan: 24)
Fir'aun bersama tenteranya sampai di tengah lautan. Ia sudah melewati
separuhnya dan ia akan sampai ke tepi yang lain. Kemudian Allah s.w.t
memerintahkan kepada Jibril. Lalu Jibril menggerakkan ombak sehingga
ombak itu menerpa Fir'aun dan menenggelamkannya beserta tenteranya.
Fir'aun dan tenteranya tenggelam. Pembangkang telah tenggelam
sedangkan keimanan kepada Allah s.w.t telah selamat.
Ketika tenggelam, Fir'aun melihat tempatnya di neraka. Kini. ia sedar
dan tabir telah terkuak di depannya. Fir'aun telah menjemput sakaratul
maut. Ia telah menyedari bahawa Musa adalah seorang yang benar dan ia
telah menyia-nyiakan dirinya dengan menentangnya dan berusaha
memeranginya. Fir'aun berusaha menunjukkan keimanannya.
"Hingga bila Fir'aun itu hampir tenggelam berkatalah dia: 'Saya
percaya bahawa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai
oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah).'" (QS. Yunus: 90)
Taubat Fir'aun tidak berguna dan tidak diterima; taubat yang justru
disampaikan ketika ia menyaksikan azab dan akan memasuki pintu
kematian. Jibril berkata kepadanya:
"Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu
telah derhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang
berbuat kerosakan." (QS. Yunus: 91)
Yakni, tidak ada taubat bagimu. Sungguh telah selesai waktu taubat
bagimu dan engkau telah binasa. Selesailah urusan ini dan tiadalah
keselamatan bagimu. Yang selamat hanyalah tubuhmu dan engkau akan
dilemparkan oleh ombak ke tepi sehingga tubuhmu sebagai bukti
kebesaran Allah s.w.t bagi orang-orang yang hidup sesudahmu:
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi peringatan bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami." (QS. Yunus: 92)
Apa yang terjadi pada Fir'aun merupakan sunatullah yang abadi yang
terjadi sebagai pelajaran bagi hamba-hamba Allah s.w.t.