Maka oleh orang-orang Quraisy, Zaid diseret menuju Tan'im, salah satu tempat untuk
miqat umrah. DI sanalah Zaid akan dijalani hukuman pancung, buatkan sesuatu yang ia
tidak pernah melakukannya, iaitu terbunuhnya Umayyah bin Khalaf, ayahanda Shafwan.
Menjelang algojo menetak parangnya, pemimpin kaum Musyrikin Abu Sufyan bertanya
garang, "Zaid bedebah, apakah engkau senang seandainya di tempatmu ini
Muhammad, sedangkan engkau hidup tenteram bersama keluargamu di rumah ?"
"Janganlah begitu," bantah Zaid dengan keras. "Dalam keadaan begini pun aku
tidak rela Rasulullah tertusuk duri kecil di rumahnya."
Abu Sufyan menjadi marah. "Bereskan," teriaknya kepada algojo. Dalam sekelip mata,
sebilah parang berkilat di tengah terik matahari dan darah segar menyembur keluar.
Zaid bin Abdutsunah gugur setelah kepalanya dipotong, menambah jumlah penghuni
syurga dengan seorang syuhada' lagi. Di hati Abu Sufyan dan orang-orang Quraisy
lainnya timbul kehairanan akan kesetiaan para sahabat kepada Muhammad. Sampai
tergamam di bibir Abu Sufyan ucapan kagum, "Aku tidak pernah menemukan
seorang yang begitu dicintai para sahabat seperti Muhammad."
Sesudah selesai pemancungan Zaid, datang pula rombongan lain yang menyeret
Khubaib bin Adi. Sesuai dengan hukum yang berlaku di seluruh Tanah Arab, kepada
pesalah yang dijatuhi qisas mati diberikan hak untuk menyampaikan permintaan
terakhir. Demikian juga Khubaib. Juru dakwah yang bestari ini meminta izin untuk solat
sunnah dua rakaat. Permohonan tersebut dikabulkan. Dengan khusyuk dan tenang,
seolah-olah dalam suasana aman tenteram tanpa ancaman kematian, Khubaib
melaksanakan ibadahnya sampai selesai. Setelah salam dan mengangkat dua tangan,
ia berkata, "Demi Allah. Andaikata bukan kerana takut disangka aku gentar
menghadapi maut, maka solatku akan kulakukan lebih panjang."
Khubaib disalib dahulu lalu dihabisi sepertimana dilaksanakan ke atas Zaid bin
Abdutsunah. Jasadnya telah lebur sebagaimana jenazah lima sahabatnya yang lain.
Namun semangat dakwah mereka yang dilandasi keikhlasan untuk menyebarkan ajaran
kebenaran takkan pernah padam dari permukaan bumi. Semangat itu terus bergema
sehingga makin banyak jumlah pendakwah yang dengan kekuatan sendiri, atas biaya
peribadi, menyelusup keluar-masuk pedalaman berbatu-batu karang atau berhutan-
hutan belantara buat menyampaikan firman Tuhan menuju keselamatan