Jalan Terindah Sebuah Perjalanan Menuju Allah melalui Shalat Imam Sutrisno Ebook ini saya persembahkan kepada Almarhumah Ibunda Satimah binti Mukheri yang telah mendidik ananda dengan penuh kasih sayang Selasa Pahing, 27 Rabiul Tsani 1428 H 15 Mei 2007 Perjalanan Terindah i Ebook “Perjalanan Terindah” merupakan ebook versi ke – 2 dari versi ke – 1 berjudul “Perjalanan Menuju Allah” segala kritik, saran dan masukan silahkan kirim ke assholat@yahoo.com mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt Perjalanan Terindah ii Ucapan Terima Kasih Sujud syukur kehadirat Allah SWT. dengan sifat “rahman dan rakhim-Nya” masih memberi kesempatan kepada “hamba yang hina ini” untuk menarik nafas dalam setiap ujung kehidupan dunia ini. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita “Kanjeng Nabi Muhammad SAW” beserta sahabatsahabatnya. Ebook ini, saya beri judul “Perjalanan Terindah” merupakan refleksi dari perjalanan ruhani ketika seorang hamba melakukan persiapan, menuju dan proses dalam shalat. Harapan saya ditengah berbagai terpaan ujian dan himpitan kehidupan duniawi, ebook ini bisa menjadi salah satu bahan inspirasi, motivasi, serta “pengantar” untuk meraih dambaan muslim sejati yakini “bertemu dengan Allah”. ebook ini, hanyalah “referensi”, ketika seorang akan menapaki perjalanan yang sesungguhnya diperlukan bimbingan seorang guru yang sempurna (baca mursyid mukammil). Pada kesempatan kali ini, saya haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :  Bapak Makhduri, Kutawis Bukateja Purbalingga.  Bapak KH. Abdul Kholiq, Pengasuh Pondok Pesantren As Syafi’iyyah ; Situwangi Rakit Banjarnegara.  Bapak Kyai Abdul Rosyid, Imam Masjid Besar Kutawis Bukateja Purbalingga.  Habib Yusuf bin Habib Ahmad, Rakit Banjarnegara.  Ustadz Ahmad Munfasih, Kutawis Bukateja Purbalingga.  Ustadz Syarif Ibrahim, Kutawis Bukateja Purbalingga.  Bapak James Irawan, Direktur Utama PT Parpelin Mitra Transportasi Bandung  Chusnul Chotimah, Pamotan Rembang.  Sahabat – sahabat Jama’ah Pengajian “Al Hikam” IAIN Sunan Gunung Jati Bandung.  Sahabat-sahabat di PT Parpelin Mitra Transportasi, PT Daya Mitra Sejahtera Bandung.  Sahabat – sahabat di milis motivasi-islami,patrapmania,mencintai islam serta scrid.com baik di Indonesia maupun di luar negeri.  Semua pihak yang telah mensupport, mempublikasikan, mengkritik, hingga ebook ini berada di tangan anda. Harapan saya semoga ebook ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Perjalanan Terindah iii Daftar Isi Daftar Isi Mukadimah Isra’ Mi’raj Kejadian Sebelum Isra’ Mi’raj Peristiwa Isra’ Mi’raj Penafsiran Isra’ Mi’ raj Memahami Isra’ Mi’raj Wudhu Kewajiban Wudhu Keutamaan Wudhu Menuju Wudhu Bacaan & Gerakan Wudhu Hikmah Wudhu Pendahuluan Shalat Pengertian Shalat Keutamaan Shalat Kehadiran Hati Makna Batin dalam Shalat Adzan & Iqomah Menutup Aurat Tempat Orang Shalat Menghadap Kiblat Bacaan & Gerakan Shalat Berdiri Niat Takbiratul Ihram & Mengangkat Kedua Tangan Do’a Iftitah Perjalanan Terindah iv Membaca Ta’awwudz Membaca Surat Al Fatikhah Membaca beberapa ayat dari Al Qur’an Ruku’ Iti’dal ( Berdiri dari Ruku ) Sujud Dufuk Iftirasy ( Duduk diantara 2 Sujud ) Tasyahud Awal dan Akhir Salam Penutup Daftar Pustaka Sekilas Penulis Perjalanan Terindah 1 Mukadimah “Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya bertasbih kepada Allah siapa pun yang ada di langit dan bumi, dan burung dengan mengembangkan sayapnya. Sungguh setiap sesuatu mengetahui cara shalatnya dan cara tasbihnya masing-masing. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka kerjakan.” ( QS. An Nuur : 41 ) Beberapa waktu-waktu terakhir kita bisa bersyukur, karena telah banyak bukubuku yang beredar di masyarakat yang membahas mengenai shalat, termasuk didalamnya pelatihan shalat “khusyu’” yang diadakan oleh beberapa pihak. Penegakkan shalat harus diawali dengan sebuah pengetahuan tentang hal – hal yang menyertainya. Karena amal sedikit dibarengi ilmu pengetahuan, adalah lebih baik daripada amal banyak penuh kebodohan, sehingga pengetahuan mendalam tentang syarat, rukun termasuk adab lahir maupun batin menjadi hal mutlak, bila ingin menapaki “perjalanan dalam shalat”. Wudhu merupakan tahap pendahuluan dalam proses “penyucian yang agung” dengan menggunakan “air yang merupakan rahasia kehidupan dan hidup itu sendiri” laksana proses penyucian yang dilakukan Jibril kepada Rasulullah dengan menggunakan air suci “zamzam” dengan membelah dada hingga hilang segala hasud dan dengki, bahkan terisi dengan berbagai ilmu, iman dan hikmah, sehingga bisa diperjalankan dalam “Isra’ dan Mi’raj” sebuah perjalanan spiritual yang menjadi titik balik kemenangan, setelah diterpa berbagai ujian dalam kehidupan Rasulullah beserta kaumnya pada saat itu. Proses penyucian dalam wudhu tak sekedar siraman air yang tanpa makna, namun hakikatnya melebihi dari ritualnya itu sendiri, karena wudhu yang Perjalanan Terindah 2 sebenarnya merupakan proses pembersihan jiwa dari segala noda dan cela yang dilakukan oleh nafsu – nafsu dunia yang telah memperalat tangan, wajah, kepala dan kaki. Setelah terbersihkan dari segala noda baru si hamba diperbolehkan mulai memasuki halaman – halaman untuk menghadiri “pertemuan agung dari segala keagungan bahkan jauh – jauh melebihi batas keagungan yang terbersit oleh fikiran dan akal manusia itu sendiri”. Kemudian saat undangan suci “menuju kemenangan” diperdengarkan, maka sang hatipun begitu bergejolak untuk mendatanginya, sekalipun dengan “merangkak” karena begitu menggelora keinginan rindunya, untuk mendatangi pertemuan dengan Sang Kekasih. Dengan berpakaian “tawadhu” dan membuang pakaian-pakaian “kesombongan” si hambapun tertatih – tatih melangkah ke halaman “tempat pertemuan” dengan penuh kegelisahan “akan tertolaknya penghadapannya” dan rasa malu yang begitu tinggi, atas ditutupinya keburukan – keburukan perangai dan tindak lakunya, dengan pakaian “hijab malakut” oleh Sang Kekasih, sehingga orang lain tidak mengetahui kejelekannya. Kemudian, ditengah keputusasaan dan harapan akan rakhmat dan kasih sayang yang begitu agung dari Sang Kekasih, si hamba mulai berdiri dengan lurus, menghadapkan wajahnya kepada Sang Kekasih dan menutup semua kekerdilan – kekerdilan di belakangnya, hanya satu menatap Sang Maha Agung dari Segala Keagungan Yang Ada, hingga terbukalah pintu pertama saat lisan terbata – bata berucap, “Allahu Akbar ( Allah Maha Besar )”, kemudian si hambapun melangkah dengan penuh rasa malu, dan tawadhu karena melihat keagungan yang belum pernah tergambarkan oleh dirinya. Perjalanan Terindah 3 Iapun terus menerus memuji – muji Sang Kekasih, karena telah memberi “perkenan-Nya” untuk masuk, karena sesungguhnya “tanpa perkenan-Nya” ia termasuk golongan setan yang terkutuk. Iapun tersungkur jatuh tak tersadarkan diri, karena begitu ngeri yang tanpa batas melihat kengerian di hari “yaumid diin”, kemudian Sang Kekasihpun melimpahkan “limpahan rakhmat-Nya” hingga si hamba diberi kemampuan untuk memohon supaya digolongkan ke dalam “orangorang yang beruntung dan bukan golongan orang – orang yang sesat” Demikianlah, si hamba terus melangkah dan melangkah sampai “mendengar dan menyaksikan” semua sujud dan tasbihnya semua makhluk di langit dan bumi hingga iapun terjatuh dan terjatuh lagi karena tidak sanggup melihat keagungan dan keluasan yang ia saksikan. Ini adalah sekelumit lintasan yang tergambar melalui tulisan ini, dan sebenarnya tulisan inipun tidak akan menampung begitu maha luas dan mendalamnya “keindahan perjalanan dalam shalat”. Yang tertulis disinipun hanya kata dan ungkapan dari penulis, karena saya sendiripun belum sampai pada tahap anugerah seperti itu. Namun ingatlah, bahwa perjalanan itu sungguh bukan merupakan perjalanan yang mudah, dibutuhkan bimbingan “sang mursyid mukammil” untuk bisa berjalan dengan benar. Karena godaan di kiri kanan perjalanan itu sendiri banyak jumlah dan variasinya. Tulisan berikut saya mulai dari peristiwa agung yang mengawali lahirnya perintah “shalat” dari Allah SWT. Pemaparan tersebut saya kutip dari berbagai sumber yang layak dipercaya, termasuk didalamnya “bagaimana cara terbaik untuk bisa memahami peristiwa isra’ mi’raj”. Perjalanan Terindah 4 Kemudian dilanjutkan dengan apa yang disebut proses “pembersihan diri” yaitu wudhu dari adab batin menuju wudhu sampai proses wudhu itu sendiri, dengan lebih menitikberatkan kepada proses penyucian dari noda-noda batin manusia. Setelah tahap penyucian kemudian mulailah tahap persiapan menuju pertemuan agung itu sendiri, dimulai berbagai persiapan menuju shalat seperti saat adzan dan iqomah, pakaian dalam shalat sebagai penutup aurat batin dan lahir, tempat pelaksanaan shalat serta kiblat dalam shalat. Setelah hal tersebut terpenuhi, barulah mulai menuju tahap – tahap dalam perjalanan terindah menuju Allah yaitu shalat. Diawali dengan “qiyam” yang merupakan simbol lurus sesuai syari’ah dan tetap istiqomah tidak terganggu godaan kanan kiri, sampai peristiwa salam, yakni ketika kita kembali setelah melalui berbagai tahapan perjalanan. “Ya Allah jauhkan dari diri kami sum’ah dan mahbubiyyah, jadikanlah setiap hembusan tarikan nafas kami adalah nafas untuk mengingat nama-Mu…. Jadikanlah setiap lintasan fikiran kami adalah anugrah untuk bertafakur kepada- Mu…. Jadikanlah setiap tetesan keringat kami adalah tetesan upaya untuk menggapai jalan-Mu….” “Ya Allah jadikalan akhir segala urusan kami sebagai kebaikan.”. Amiin. Bandung, 29 Desember 2006 Imam Sutrisno Perjalanan Terindah 5 Isra’ & Mi’raj Kejadian Sebelum Isra’ Mi’raj Sebelum terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasululloh SAW mengalami tahun – tahun yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Pertama, pemboikotan total yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Pemboikotan ini, yang hampir membuat kaum Muslimin mati kelaparan, berlangsung selama tiga tahun. Kedua meninggalnya isteri beliau Siti Khadijjah yang sangat mensupport perjuangan beliau, bersama dalam suka maupun duka, juga sempat mengalami berbagai tekanan dari Kaum Kafir. Siti Khadijah menjadi isteri sejak beliau belum diangkat menjadi Rasul. Ketiga meninggalnya paman beliau yang aman dicintai Abu Thalib. Seorang paman yang selalu memberikan perlindungan terhadap Rasul dari tekanan dan serangan Kaum Qurays. Kesedihan semakin mendera ketika melihat, bahwa paman yang beliau cintai meninggal “tidak dalam keadaan islam”. Rangkaian kejadian yang menyedihkan tersebut, ada yang memaknai sebagai tercabutnya simbol harta, tahta dan wanita. Harta tergambarkan oleh “pemboikotan kaum kafir hingga kelaparan (unsur ekonomi)”, tahta tergambarkan dari “meninggalnya Abu Thalib” yang selalu melindungi Rasul dari tekanan kaum kafir Quraisy, serta wanita tergambarkan dari “meninggalnya isteri beliau Siti Khadijah”. Hal ini yang dimaknai pula sebagai “upaya hamba untuk mencabut 3 hal tersebut dari hati, tatkala akan menuju sebagai “mi’rajnya orangorang beriman”. Perjalanan Terindah 6 Peristiwa Isra’ Mi’raj Di dalam QS. Al-Isra':1 Allah menjelaskan tentang Isra' : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tandatanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Dan tentang Mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm :13 – 18 : "Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." Perjalanan Terindah 7 Sidratul muntaha secara harfiah berarti 'tumbuhan sidrah yang tak terlampaui', suatu perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur'an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana Sidratul Muntaha itu. Kejadian-kejadian sekitar Isra’ dan mi'raj dijelaskan di dalam hadits - hadits nabi. Berikut rangkaian kisah Isra’ & Mi’raj Rasulullah SAW (dikumpulkan dari berbagai sumber): Suatu malam datanglah malaikat Jibril, seraya berkata : “Hai Muhammad berdirilah”. Maka sayapun berdiri, kiranya Jibril bersama dengan Mikail. Kata Jibril kepada Mikail “Berikanlah kepada saya sebuah bejana penuh dengan air zamzam, karena saya akan membersihkan hati Muhammad dan melapangkan dadanya. Maka Jibril membedah perut saya dan mencucinya tiga kali dan sungguh Mikail telah memberikan kepada Jibril tiga bejana penuh dengan air berturut-turut, maka dia melapangkan dada saya dan mencabut bersih rasa dengki, bahkan memenuhinya dengan hikmah, ilmu dan iman dan memberikan stempel kenabian diantara dua pundak saya. Kemudian Jibril membimbing tangan saya sampai kesiraman, lau berkata kepada Mikail, “ Berikan kepadaku satu bejana air zamzam atau air telaga kautsar” dan Jibril berkata kepada saya, “Ambillah air wudhu, hai Muhammad !”.Sayapun mengambil air wudhu. Kemudian Jibril berkata :”Pergilah hai Muhammad !”, “Kemana ?”, kata saya. “Kepada Tuhanmu dan Tuhan Segala Sesuatu.” Kemudian didatangkan buraq, 'binatang' berwarna putih yang mempunyai dua sayap untuk berjalan bagaikan kilat dan langkahnya sejauh pandangan mata. “Dia (buraq) itu milik Nabi Ibrahim as. Yang dia kendarai sewaktu berkunjung ke Baitul Haram” Kata Jibril. “Naiklah Muhammad !”, Kata Malaikat Jibril. Kemudian Perjalanan Terindah 8 sayapun naik buraq. Kemudian buraqpun berjalan dan bersamanya Malaikat Jibril. “Turunlah engkau Muhammad dan kerjakan !”, kata Jibril kepada saya. Sayapun turun dan mengerjakan . “Tahukah engkau dimana engkau ?” tanya Jibril. “Tidak”, jawab saya. “Engkau telah di Thaibah, dan Insya Allah engkau akan hijrah ke kota itu”. Kemudian kamipun melanjutkan perjalanan, hingga Jibril berkata, “Turunlah Engkau Muhammad dan kerjakan ”, sayapun turun dan mengerjakan . “Tahukah engkau, dimana engkau ?”, tanya Jibril. “Tidak” jawab saya. “Engkau telah di Tursina dimana Allah berbicara dengan Musa.” Kemudian perjalanan dilanjutkan, hingga Jibril berkata, “Turunlah engkau Muhammad, dan kerjakan !” sayapun turun dan mengerjakan . “Tahukah engkau, dimana engkau ?”, tanya Jibril. “Tidak” jawab saya. “Engkau telah di Baiti Lahmin/Betlehem, dimana Isa as. dilahirkan.” Kemudian perjalanan dilanjutkan hingga sampai di Baitil Maqdis dan setelah selesai perjalanan, maka disitu saya bersama-sama Malaikat yang turun dari langit yang menyambut saya dengan gembira dan hormat dari Allah Ta’ala, seraya berkata :”Assalamu ‘alaika ya awwalu, yaa aakhiru, yaa haasyiru” (Semoga keselamatan tetap untuk engkau wahai yang pertama dan yang terakhir dan yang menghimpun). “Hai Jibril apakah maksud penghormatan / salam mereka kepada saya itu ?” tanya saya kepada Jibril. Jibrilpun menjawab, “Sesungguhnya dari sebab engkaulah yang pertama kali bumi ini menjadi ada / pecah belah dan dari sebab umat engkau, engkau sebagai penolong yang pertama kali, dan yang pertama kali pula memberikan pertolongan, dan sesungguhnya engkau itu pungkasan dari para nabi serta penghimpunanpun dengan sebab engkau dan umat engkau.” Kemudian kamipun terus lewat sehingga sampai di pintu masjid, kemudian Malaikat Jibril menurunkan saya dari buroq. Tatkala saya masuk pintu ternyata di situ saya bersama-sama dengan para nabi dan para utusan. Merekapun Perjalanan Terindah 9 bersalaman kepada saya dan menghormati saya sebagaimana penghormatannya para Malaikat. Kemudian sayapun bersama mereka. “Hai Jibril, siapakah mereka?”, tanyaku kepada Jibril. Jibrilpun menjawab, “Mereka adalah saudara saudara engkau para nabi ‘alaihimush shalaatu wassalam”. Dalam perjalanan sebelum sampai di Baitil Maqdis, saya mendengar panggilan dari arah kanan, “Hai Muhammad pelan pelanlah !”, maka saya terus saja dan tidak menghiraukan kepada suara itu. Kemudian saya dengar pula syara dari arah kiri dan sayapun tidak berpaling kepada suara itu. Lalu saya dijumpai oleh seorang perempuan sedang dia memakai segala macam perhiasan serta melambai lambaian tangannya dan berkata, “Hai Muhammad, pelan-pelan !”, maka sayapun terus saja dan tidak berpaling kepadanya. Setelah di Baitil Maqdis, sayapun bertanya kepada Jibril, “Hai Jibril, saya mendengar suara dari arah kanan (suara siapakah itu) ?”, “Itu adalah suara propagandis agama Yahudi, maka ketahuilah sesungguhnya kalau kamu berhenti, niscaya umatmu menjadi orang-orang yahudi”. Kemudian sayapun bertanya, “Sayapun mendengar suara dari arah kiri, (suara siapakah itu) ?”. “Itu adalah suara provokasi agama Nasrani, maka ketahuilah sesungguhnya kalau kamu berhenti, niscaya umatmu menjadi orang-orang nasrani ; dan adapun orang perempuan yang menjumpai kamu ialah dunia ini yang telah berhias untuk kamu, maka sesungguhnya kalau sekiranya kamu berhenti, niscaya umatmu akan lebih memilih duniawi daripada akhirat.” Kemudian Jibril membawa Nabi ke sebuah batu besar, maka mulailah Nabi dan Jibril mendakinya. “Maka disitu terdapat sebuah tangga menghubungkan ke langit, yang saya belum pernah melihatnya baik dan indahnya, dan belum pernah orang melihat sesuatu yang lebih indah dari padanya sama sekali. Dan dari tangga itu para malaikat naik. Pangkal tangga itu diatas batu Baitil Maqdis dan ujungnya sampai melekat pada langit, satu kaki tangga itu dari permata intan merah dan kaki yang satunya dari permata intan hijau, sedang anak tangganya Perjalanan Terindah 10 satu tingkat dari perak dan tingkat yang lain dari zamrud dan diberi rangkaian hiasan dari permata dan intan merah. Tangga itupun dipergunakan turun oleh Malaikat Pencabut Jiwa. Kalau kamu sekalian melihat dari antaramu yang mati pandangannya menengadah ke atas, maka sesungguhnya daya penglihatannya terputus ketika melihat keindahan tangga tadi. Kemudian perjalanan memasuki langit dunia. Di langit ini dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Di langit ini pula melihat para malaikat yang berdzikir kepada Allah, semenjak mereka dicipta oleh Allah SWT. Kemudian perjalanan dilanjutkan, memasuki langit kedua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit kedua saya melihat para malaikat beruku’ kepada Allah SWT semenjak mereka diciptakan, mereka tidak mengangkat kepala mereka. Perjalanan dilanjutkan menuju langit ketiga bertemu Nabi Yusuf. Di langit ketiga saya melihat para malaikat bersujud kepada Allah semenjak mereka diciptkan dan merekapun tidak mengangkat kepala mereka, kecuali saat saya memberikan salam kepada mereka, dan merekapun mengangkat kepala dan membalas salam dari Rasulullah, kemudian sujud kembali sampai yaumil qiyamah. Perjalanan diteruskan ke langit keempat, dijumpai Nabi Idris. Di langit ini, saya melihat para malaikat duduk tasyahud. Lalu saya bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, di langit kelima ini saya melihat para malaikat membaca tasbih. Kemudian perjalanan di lanjutkan ke langit keenam bertemu Nabi Musa, di langit keenam ini, saya melihat para malaikat bertakbir dan bertahlil. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju langit ketujuh dan berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Di langit ini saya melihat para malaikat tunduk berserah kepada Allah, semenjak dicipta oleh Allah SWT. Di langit ke tujuh dilihatnya Baitul Perjalanan Terindah 11 Ma'mur, tempat 70.000 malaikat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi. Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam ('pena'). Dari Sidratul Muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun berkomentar, "Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat engkau." Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-Qur'an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya. Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah wajib. Mulanya diwajibkan shalat lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh- sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi, "Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan menyerah." Maka Allah berfirman, "Itulah fardlu-Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku." Penafsiran Isra’ Mi’raj Peristiwa Isra’ Miraj telah menimbulkan berbagai penafsiran sampai dengan saat ini. Perbedaan penafsiran mengenai hal ini terjadi, disebabkan oleh perbedaan dalil masing-masing dan terutama berasal dari perbedaan persepsi dan pemahaman mereka terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis, yang dalam hal ini mengenai Isra' Mi'raj. Dan dalil-dalil yang kuat yang berlawanan pun lalu ditakwil dengan hujah atau argumentasi masing-masing secara aqli. Perjalanan Terindah 12 Menurut KH. Mustofa Bisri, ada 3 perbedaan pendapat mengenai hal ini yaitu : 1. Pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw ber-Isra'-Mi'raj hanya dengan roh beliau saja. Sayyidatina Aisyah r.a. misalnya, berkata: 'Demi Allah, jasad Rasulullah Saw. tidak meninggalkan tempat, tapi beliau dinaikkan dengan rohnya (saja).' Sementara al-Hasan mengatakan: 'Pengalaman Isra' Mi'raj itu terjadi waktu tidur, merupakan mimpi Rasulullah Saw.' 2. Kebanyakan ulama salaf dan khalaf berpendapat, peristiwa besar itu dialami Rasulullah dengan roh dan jasad beliau. 3. Ada pula kelompok yang berpendapat bahwa Isra' Nabi Saw. dengan jasad beliau dan roh (berdasarkan firman Allah di awal surah Al-Israa). Sedangkan Mi'rajnya dengan roh saja. Seperti biasa, perbedaan itu semua terjadi disebabkan oleh perbedaan dalil masing-masing dan terutama berasal dari perbedaan persepsi dan pemahaman mereka terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis, yang dalam hal ini mengenai Isra' Mi'raj. Dan dalil-dalil yang kuat yang berlawanan pun lalu ditakwil dengan hujah atau argumentasi masing-masing secara aqli. Pendapat pertama (a), misalnya mengatakan bahwa dalam hadis-hadis tentang peristiwa Isra' Mi'raj itu ada disebut-sebut mengenai malaikat Jibril dan Mikail yang membelah dada Rasulullah Saw. sebelum di-Isra'-Mi'raj-kan, lalu isi dada dicuci dengan air Zamzam, kemudian diisi dengan sifat-sifat alhilm (lembahmanah = pesantun), ilmu, dan hikmah. Nah, hal ini memperkuat bahwa peristiwa itu hanya dialami Rasulullah dengan rohnya saja. Masak Jibril dan Mikail yang malaikat membedah jisim Nabi Saw., membersihkan memakai air Zamzam dan isi dada beliau dengan alhilm, ilmu, dan hikmah ? Itu semua hanya bisa dibayangkan terjadi secara ruhi atau mimpi saja tidak dengan jasad. Perjalanan Terindah 13 Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa peristiwa itu dialami Nabi Saw. dengan roh dan jasad (b), di sampinng berdalil dengan beberapa hadis Isra' Mi'raj yang sudah populer itu, mengatakan bahwa kata "abdihi" dalam awal surah Al-Israa, itu merupakah penegasan bahwa Nabi Saw. di-Isra'-kan dengan roh dan jasad. Di samping itu, seandainya peristiwa itu hanya dialami Nabi Saw. dengan roh beliau saja atau hanya terjadi dalam mimpi beliau saja, lalu apa anehnya? Orang kebanyakan pun bisa bermimpi yang mungkin lebih tidak masuk akal lagi. Padahal seperti diketahui, peristiwa Isra' Mi'raj itu ketika diceritakan oleh Nabi Saw. banyak yang menertawakannya tidak percaya, bahkan tidak sedikit orang-orang Islam sendiri yang menjadi murtad mendengarnya. Seandainya itu hanya mimpi, tentu tidak terjadi reaksi yang begitu menggemparkan. Memahami Isra’ Mi’raj Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan Al Qur’an” mencoba memahami Peristiwa Isra’ Mi’raj yang kita percayai kebenarannya berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang dikemukakan oleh Al-Quran, menerangkan bahwa ada dua hal berkaitan dengan hal ini : Pertama, kenyataan ilmiah menunjukkan bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem gerak yang lain. Benda padat membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan suara. Suara pun membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan cahaya. Hal ini mengantarkan para ilmuwan, filosof, dan agamawan untuk berkesimpulan bahwa, pada akhirnya, ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran apa pun yang dikehendaki-Nya. Sesuatu itulah yang kita namakan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Perjalanan Terindah 14 Kedua, segala sesuatu, menurut ilmuwan, juga menurut Al-Quran, mempunyai sebab-sebab. Tetapi, apakah sebab-sebab tersebut yang mewujudkan sesuatu itu? Menurut ilmuwan, tidak. Demikian juga menurut Al-Quran. Apa yang diketahui oleh ilmuwan secara pasti hanyalah sebab yang mendahului atau berbarengan dengan terjadinya sesuatu. Bila dinyatakan bahwa sebab itulah yang mewujudkan dan menciptakan sesuatu, muncul sederet keberatan ilmiah dan filosofis. Bahwa sebab mendahului sesuatu, itu benar. Namun kedahuluan ini tidaklah dapat dijadikan dasar bahwa ialah yang mewujudkannya. "Cahaya yang terlihat sebelum terdengar suatu dentuman meriam bukanlah penyebab suara tersebut dan bukan pula penyebab telontarnya peluru," kata David Hume. "Ayam yang selalu berkokok sebelum terbit fajar bukanlah penyebab terbitnya fajar," kata Al- Ghazali jauh sebelum David Hume lahir. "Bergeraknya sesuatu dari A ke B, kemudian dari B ke C, dan dari C ke D, tidaklah dapat dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa pergerakannya dari B ke C adalah akibat pergerakannya dari A ke B," demikian kata Isaac Newton, sang penemu gaya gravitasi. Kalau demikian, apa yang dinamakan hukum-hukum alam tiada lain kecuali "a summary o f statistical averages" (ikhtisar dari rerata statistik). Sehingga, sebagaimana dinyatakan oleh Pierce, ahli ilmu alam, apa yang kita namakan "kebetulan" dewasa ini, adalah mungkin merupakan suatu proses terjadinya suatu kebiasaan atau hukum alam. Bahkan Einstein, lebih tegas lagi, menyatakan bahwa semua apa yang terjadi diwujudkan oleh "superior reasoning power" (kekuatan nalar yang superior). Atau, menurut bahasa Al-Quran, "Al-'Aziz Al-'Alim", Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Inilah yang ditegaskan oleh Tuhan dalam surat pengantar peristiwa Isra' dan Mi'raj itu dengan firman-Nya: Perjalanan Terindah 15 t5èù$sƒs† 3å8®5u‘ Ïi ó9Î&Ï%ösù t5è=y ); ) t5!ãt ÷:ム$t èø.tƒu! Kepada Allah saja tunduk segala apa yang di langit dan di bumi, termasuk binatang-binatang melata, juga malaikat, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan mereka melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) (QS 16:49-50). Pengantar berikutnya yang Tuhan berikan adalah: Janganlah meminta untuk tergesa-gesa. Sayangnya, manusia bertabiat tergesa-gesa, seperti ditegaskan Tuhan ketika menceritakan peristiwa Isra' ini, Adalah  Z4àftã ß|¡M}$# t5%x.u! (…….. manusia bertabiat tergesa-gesa (QS 17:11). Ketergesa-gesaan inilah yang antara lain menjadikannya tidak dapat membedakan antara: (a) yang mustahil menurut akal dengan yang mustahil menurut kebiasaan, (b) yang bertentangan dengan akal dengan yang tidak atau belum dimengerti oleh akal, dan (c) yang rasional dan irasional dengan yang suprarasional. Dari segi lain, dalam kumpulan ayat-ayat yang mengantarkan uraian Al-Quran tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj ini, dalam surat Isra' sendiri, berulang kali ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut. Simaklah ayat-ayat berikut: ……. 4 ß,è=øƒs†u! $t Ÿ4 t5ß n . =÷ès? Dia (Allah) menciptakan apa-apa (makhluk) yang kamu tidak mengetahuinya (QS 16:8); Perjalanan Terindah 16 ……. ¨5Î) Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS 16:74); dan Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit (QS 17:85); dan banyak lagi lainnya. Itulah sebabnya, ditegaskan oleh Allah dengan firman-Nya : Dan janganlah kamu mengambil satu sikap (baik berupa ucapan maupun tindakan) yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut; karena sesungguhnya pendengaran, mata, dan hati, kesemuanya itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban (QS 17:36). Apa yang ditegaskan oleh Al-Quran tentang keterbatasan pengetahuan manusia ini diakui oleh para ilmuwan pada abad ke-20. Schwart, seorang pakar matematika kenamaan Prancis, menyatakan: "Fisika abad ke-19 berbangga diri dengan kemampuannya menghakimi segenap problem kehidupan, bahkan sampai kepada sajak pun. Sedangkan fisika abad ke-20 ini yakin benar bahwa ia tidak sepenuhnya tahu segalanya, walaupun yang disebut materi sekalipun." Sementara itu, teori Black Holes menyatakan bahwa "pengetahuan manusia tentang alam hanyalah mencapai 3% saja, sedang 97 % selebihnya di luar kemampuan manusia." Kalau demikian, seandainya, sekali lagi seandainya, pengetahuan seseorang belum atau tidak sampai pada pemahaman secara ilmiah atas peristiwa Isra' dan Mi'raj ini; kalau betul demikian adanya dan sampai saat ini masih juga demikian, maka tentunya usaha atau tuntutan untuk membuktikannya secara "ilmiah" Perjalanan Terindah 17 menjadi tidak ilmiah lagi. Ini tampak semakin jelas jika diingat bahwa asas filosofis dari ilmu pengetahuan adalah trial and error, yakni observasi dan eksperimentasi terhadap fenomena-fenomena alam yang berlaku di setiap tempat dan waktu, oleh siapa saja. Padahal, peristiwa Isra' dan Mi'raj hanya terjadi sekali saja. Artinya, terhadapnya tidak dapat dicoba, diamati dan dilakukan eksperimentasi. Itulah sebabnya mengapa Kierkegaard, tokoh eksistensialisme, menyatakan: "Seseorang harus percaya bukan karena ia tahu, tetapi karena ia tidak tahu." Dan itu pula sebabnya, mengapa Immanuel Kant berkata: "Saya terpaksa menghentikan penyelidikan ilmiah demi menyediakan waktu bagi hatiku untuk percaya." Dan itu pulalah sebabnya mengapa "oleh-oleh" yang dibawa Rasul dari perjalanan Isra' dan Mi'raj ini adalah kewajiban ; sebab merupakan sarana terpenting guna menyucikan jiwa dan memelihara ruhani. Kita percaya kepada Isra' dan Mi'raj, karena tiada perbedaan antara peristiwa yang terjadi sekali dan peristiwa yang terjadi berulang kali selama semua itu diciptakan serta berada di bawah kekuasaan dan pengaturan Tuhan Yang Mahaesa. Oleh karena itu, pendekatan yang paling tepat untuk memahaminya adalah pendekatan imaniy. Inilah yang ditempuh oleh Abu Bakar As Shiddiq, seperti tergambar dalam ucapannya: "Apabila Muhammad yang memberitakannya, pasti benarlah adanya”. Perjalanan Terindah 18 Wudhu Kewajiban Wudhu Pengertian Wudhu Wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang boleh ditetapkan dari anggota badan dengan air sebagai persiapan bagi seorang muslim untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala ( Fiqih Wanita hal. 41). Ketentuan Wudhu Firman Allah SWT : "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat , maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu Perjalanan Terindah 19 junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (Al Maidah : 6). Dari Abu Hurairah, dimana Nabi SAW pernah bersabda :"Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian apabila berhadats, sehingga ia berWudhu" (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At Tirmidzi ; Fiqih Wanita hal. 41). Keutamaan Wudhu Sabda Rasululloh SAW : "Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa kalian dan meninggikan derajat kalian ? Para sahabat menjawab : Mau, ya Rasululloh. Kemudian beliaupun berkata : Yaitu, dengan cara menyempurnakan Wudhu dari hal-hal yang bersifat makruh, banyak melangkahkan menuju masjid dan menunggu waktu setelah (tahiyatul masjid). Yang demikian itu adalah ikatan (perjanjian )" (HR. Muslim ; Fiqih Wanita hal. 42). Dari Abdullah Ash Shanaji RodhiyAllahu Anhu, bahwa Rasululloh telah bersabda : "Apabila seorang hamba berWudhu, lalu berkumur,maka dikeluarkanlah (dihapuskan) kesalahan-kesalahan itu dari mulutnya. Apabila memasukkan air ke rongga hidung, maka keluarlah kesalahan-kesalahan itu dari hidungnya. Apabila ia membasuh wajahnya, maka keluarlah kesalahan-kesalahan yang pernah ia perbuat dari wajahnya,sehingga kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi keluar dari bawah tempat tumbuhnya rambut dari kedua matanya. Apabila Perjalanan Terindah 20 ia membasuh dari kedua tangannya , maka keluarlah kesalahan-kesalahan itu dari kedua tangannya , sehingga kesalahan yang pernah terjadi keluar dari bawah (celah) kukunya. Apabila ia mengusap kepalanya, maka keluarlah kesalahan-kesalahan itu dari kepalanya, sehingga kesalahan-kesalahan tersebut keluar dari kedua telinganya. Apabila membasuh kedua kakinya, maka keluarlah kesalahan-kesalahan tersebut dari kedua kakinya, sehingga kesalahan yang pernah ia lakukan keluar dari bawah kuku-kuku kedua kakinya. Kemudian perjalanannya ke masjid dan nya merupakan nilai ibadah yang tersendiri baginya." (HR. Imam Malik, An Nasai, Ibnu Majah dan Al Hakim ; Fiqih Wanita hal. 44). Menuju Wudhu Hayatilah "Wudhu Merupakan Proses Penyucian Agung" Hayati bahwa, Wudhu diposisikan sebagai amaliah yang benar-benar menghantar kita semua, untuk hidup dan bangkit dari kegelapan jiwa. Dalam Wudhulah segala masalah dunia hingga akhirat disucikan, diselesaikan dan dibangkitkan kembali menjadi hamba-hamba yang siap menghadap kepada Allah SWT. Bahkan dari titik-titik gerakan dan posisi yang dibasuh air, ada titik-titik sentral kehambaan yang luar biasa. Itulah, mengapa para Sufi senantiasa memiliki Wudhu secara abadi, menjaganya dalam kondisi dan situasi apa pun, ketika mereka batal Wudhu, langsung mengambil Wudhu seketika. (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Perjalanan Terindah 21 Wudhu merupakan sebuah ritual yang tidak hanya aspek dzohir namun sebuah proses ritual penyucian batin yang agung, karena Wudhu merupakan proses penyucian untuk menghadap Allah Yang Maha Awal, Yang Maha Akhir, Yang Maha Dzohir, Yang Maha Batin. Sadarilah, pahamilah, serta hayati secara mendalam bahwa kita akan menghadap kepada Yang Serba Maha, Dialah Allah Azza wa Jalla. Hayatilah "Air Merupakan Rahasia Kehidupan" Dalam kitab Asrar al ibadat wa Haqiqah ash Shalah, hal 16 ; Seorang ahlli makrifat berkata, " Bersuci, bisa menggunakan air yang merupakan rahasia kehidupan, yang merupakan pangkal ilmu untuk menyaksikan Tuhan Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri. Allah berfirman : …….4 $u#ø9t“r '6 ……… ϵÎ/ }‘ÅPósã#Ïj9 '. #Y‘ß&sÛ [!$t Ï!$y ¡¡9$# zÏ &u! "... dan kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu."(Al Furqan : 48 - 49). Dan Allah Azza wa Jalla berfirman : ãQÍi”tãƒu!…… 3ä3ø‹n =t æ zÏi Ï!$y ¡¡9$# [!$t 3ä.tÎd&sÜã‹Ïj9 ϵÎ/ |=Ïõ‹ãƒu! ö/ä3#tã t“ô_Í‘ Çs t……. Üø‹¤±9$# "... dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk menyucikan kalian dengan hujan itu dan menghilangkan dari kalian gangguan-gangguan setan". (Al Anfaal : 11) Bisa juga menggunakan tanah yang merupakan asal kejadian manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman : * $p8÷]Ï ö3ä3oø)n=y ) ……… z Perjalanan Terindah 22 "Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian" (Thaha : 55), …….. ö3n=sù (#!߉ÅgrB [!$t (#ß £ u '" …….. (#ßs|¡ø $$sù $Y7ÍhŠsÛ #Y‰‹Ïè|¹ ‹tFsù "Lalu, jika kalian tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang bersih" (An Nisa : 43) Agar engkau merenung tentang dirimu dan engkau tahu siapa yang menciptkanmu, dari apa Dia menciptakanmu, dan mengapa Dia menciptakanmu. Dengan demikian, engkau bisa menghilangkan kesombongan dari kepalamu, karena tanah merupakan asal bagi kehinaan dan kerendahan. ( Shalat Ahli Makrifat hal. 126-127) Sambutlah Air Laksana Menyambut Rahmat Allah SWT. Imam Ash Shadiq a.s. berkata, "Jika engkau hendak bersuci dan berWudhu, sambutlah air seperti engkau menyambut rahmat Allah". Sungguh Allah SWT telah menjadikan air sebagai kunci bagi kedekatan diri dan munajat kepada Nya serta penunjuk ke dalam pengkhidmatan kepada Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman : "Dan kami jadikan dari air setiap sesuatu yang hidup" (Al Anbiyaa' : 30). Sebagaimana Dia menghidupkan setiap sesuatu nikmat dunia, demikian pula dengan karunia dan rahmatNya Dia menjadikan kehidupan hati dengan ketaatan. Renungkanlah kejernihan, kelembutan, kebersihan, dan keberkahan air serta kelembutan percampurannya dengan setiap sesuatu dan didalam setiap sesuatu, pergunakanlah dalam menyucikan anggota-anggota tubuh yang diperintahkan Perjalanan Terindah 23 oleh Allah untuk kau sucikan, penuhilah dengan adab-adabnya, baik yang fardhu maupun yang sunnah, karena didalam setiap adab itu terdapat faedah yang banyak. Jika engkau menggunakannya dengan penghormatan, maka mata air faedah-faedahnya akan terpancar bagimu dari dekat. Kemudian bergaullah dengan makhluk Allah Ta'ala seperti percampuran air dengan segala sesuatu, seraya memberikan hak segala sesuatu, jangan berubah dari maknanya, dengan meyakini sabda Rosululloh SAW : "Perumpamaan orang Mukmin yang khusus adalah seperti air". Jadikanlah kejernihanmu bersama Allah di dalam semua ketaatanmu seperti kejernihan air ketika diturunkan dari langit, dan dinamai "yang bersih (thohuran)". Sucikanlah hatimu dengan takwa dan yakin saat menyucikan anggota-anggota tubuhmu dengan air. ( Shalat Ahli Makrifat hal. 131). Sebuah penemuan terbaru tentang rahasia air oleh Masaru Emoto, membuktikan bahwa air memiliki "kesadaran". Ia mampu merespon kata-kata bahkan pikiran kita, baik positif maupun negatif. Ini membuktikan bahwa adanya keterkaitan yang begitu erat antara alam dan jiwa kita. Manusia itu sendiri sebenarnya air. Pada konsep terbentukmya manusia, telur yang dibuahi 96 % nya adalah air. Setelah lahir 80 % tubuh seorang bayi adalah air. Semakin tubuh manusia berkembang, prosentase air berkurang dan menetap sampai batas 70 % ketika manusia mencapai usia dewasa. Dengan kata lain, selama ini kita hidup sebagai air. Jadi sebenarnya manusia adalah air. ( True Power of Water hal. 17 ) Sadarilah bahwa air yang begitu agung rahasianya diciptakan Allah Azza wa Jalla sebagai wasilah melalui perenungan, "menghidupkan" kejernihan, kelembutan, kesucian, keberkahan dan kelembutan percampurannya. Perjalanan Terindah 24 Hidupkanlah lahir dengan kesucian, dengan berkahnya dijauhkan dari kemalasan, kelemahan dan rasa kantuk dalam diri. Hidupkanlah batin dengan perenungan tentang tempat bermula (mabda'), tempat berakhir (muntaha'), tempat kejadian (mansya') dan tempat kembali (marja'). Sebuah alinea yang begitu agung dan indah merupakan tujuan puncak dari harapan para 'arif terdapat dalam Al Munajat asy Sya'baniyyah, "Illahi, berilah aku keterputusan yang sempurna (dari segala sesuatu agar dapat menghadap) kepada-Mu ; terangilah mata hati kami dengan kilau pandangannya kepada-Mu hingga mata hati itu dapat membakar tabirtabir cahaya, lalu ia sampai pada mutiara keagungan, dan ruh kami menjadi terikat pada kemuliaan kudus-Mu”. Bacaan & Gerakan dalam Wudhu Niat Niat merupakan salah satu fardlu dalam Wudhu, dan Wudhu tidak akan sah apabila tidak disertai dengan niat. Niat adalah kemauan dan keinginan hati untuk berWudhu,sebagai wujud mentaati perintah Allah SWT. Rasululloh SAW, bersabda : "Sesungguhnya amal perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan masing-masing orang bergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu bernilai karena Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia dan karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu bernilai karena apa yang ditujunya". (HR. Jamaah ; Fiqih Wanita hal. 44) Perjalanan Terindah 25 Membaca Basmallah Membaca basmallah merupakan sunnah dalam Wudhu. Sabda Rasulloh SAW : "Tidak sah orang yang tidak berWudhu dan tidak sempurna Wudhu sesorang yang tidak menyebut nama Allah (dalam berWudhu)" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Hadits ini dha'if (lemah), dan karena banyaknya jalur periwayatan dari hadits ini, sebagian ulama berpendapat untuk mengamalkannya (fadlail amal). (Fiqih Wanita hal. 50) Membasuh Kedua Pergelangan Tangan Membasuh kedua pergelangan tangan sebanyak tiga kali merupakan sunnah dalam Wudhu. Hal ini berdasarkan Sabda Rasululloh SAW : "Aku pernah melihat Rasululloh berWudhu , beliau mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali". (HR. Ahmad dan An Nasa'i). Sebelum membasuh pergelangan tangan, bermunajatlah kepada Allah, "Ya Allah, kami mohon anugerah dan barokah, dan kami berlindung kepadaMu dari keburukan dan kehancuran" Membasuh pergelangan tangan, merupakan upaya pembersihan dari segala dosa-dosa yang telah dilakukan oleh tangan-tangan kita. Sadarilah dari pergelangan tangan kita pernah tergores tinta - tinta syetan yang menghasilkan nyanyian-nyanyian "syahwat", atau mungkin "pahatan-pahatan analisa manipulatif dalam penyusunan strategi keangkaramurkaan". Sadarilah, sudah berapa banyak korban-koran dari esensi "tidak bersyukur" kita atas anugerah Allah berupa "telapak tangan". Andaikan kita sekarang berumur Perjalanan Terindah 26 30 tahun, sudah berapa lama kita "tidak mensyukuri" anugerah Allah ini. Padahal 30 tahun itu artinya 30 X 365 hari sama dengan 10.950 hari. Yakinkah kita ada hari-hari yang bersih dari kejahatan kita lewat "telapak tangan" ini ? Renungkanlah. Ini belum kita hitung-hitung dosa yang kita perbuat lewat jarijemari kita. Berkumur Tiga Kali Berkumur sebanyak tiga kali merupakan sunnah dalam Wudhu. Rasululloh pernah bersabda : "Apabila engkau berWudhu maka berkumurlah" (HR. Abu Dawud dengan Isnad shahih). Mulut adalah alat dari mulut hati kita. Mulut kita banyak kotoran kata-kata, banyak ucapan-ucapan berbusakan hawa nafsu dan syahwat kita, lalu mulut kita adalah mulut syetan. Mulut kita lebih banyak menjadi lobang besar bagi lorong-lorong yang beronggakan semesta duniawi. Yang keluar dan masuknya hanyalah hembusan panasnya nafsu dan dinginnya hati yang membeku. Betapa banyak dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits, betapa berlimpah ruahnya fatwa amar ma'ruf nahi mungkar, tetapi karena keluar dari mulut yang kotor, hanyalah berbau anyir dalam sengak hidung jiwa kita. Karena yang mendorong amar ma'ruf nahi mungkarnya bukan Alllah, tetapi hasrat hawa nafsunya, lalu ketika keluar dari jendela bibirnya, kata-kata indah hanyalah bau anyir najis dalam hatinya. Sesungguhnya mulut-mulut itu sudah membisu, karena yang berkata adalah hawa nafsu. Bermunajatlah kepada Allah, ketika berkumur, "Oh, Tuhan, masukkanlah padaku tempat masuk yang benar, dan keluarkanlah diriku di tempat keluar yang benar, Perjalanan Terindah 27 dan jadikanlah diriku dari DiriMu, bahwa Engkau adalah Kuasa Yang Menolongku". (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Memasukkan dan Mengeluarkan Air dari Lobang Hidung Dari Abu Huraira, bahwa Nabi SAW pernah bersabda : "Apabila salah seorang diantara kalian berWudhu, maka hendaknya ia memasukkan air ke dalam rongga hidungnya dan kemudian mengeluarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim ; Fiqih Wanita hal. 53). Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya, karena di-khawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda: "Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa". [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud 629 ; Tata Cara Wudhu dalam www.akmaliah.com) Sadarilah, Hidung yang suka mencium aroma wewangian syahwat dunia, lalu jauh dari aroma syurga. Hidung yang menafaskan ciuman mesra, tetapi tersirnakan dari kemesraan ciuman hakiki di SinggasanaNya. Oh, Tuhan, aromakan wewangian syurgaMu dan Engkau melimpahkan ridloMu… Semburkan air itu dari hidungmu, sembari munajatkan, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari aroma busuknya neraka, dan bau busuknya". (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Perjalanan Terindah 28 Membasuh Muka Membasuh muka sekali merupakan fardlu, sedangkan tiga kali merupakan sunnah. Batas membasuh muka adalah dari dahi tempat tumbuh rambut hingga dagu, dan dari antara dua anak telinga kanan dan kiri menurut lebarnya. Air Wudhu harus mengalir pada wajah, karena membasuh disini berarti mengalirkan. Firman Allah SWT : "Wahai orang - orang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan , maka basuhlah muka" (Al Maidah : 6) Dengan menyucikan hatimu dengan air pengetahuan yang manfaat yang suci dan menyucikan, baik itu bersifat pengetahuan syariat, maupun pengetahuan hakikat, serta pengetahuan yang bisa menghapus seluruh penghalangpenghalang, hijab, antara dirinya dan Allah. Faktanya setiap hari kita Wudhu' membasuh muka kita, tetapi wajah-wajah kita tidak hadir menghadap Allah, tidak "Fa ainamaa tuwalluu fatsamma wajhullah…" (kemana pun engkau menghadap, wajah hatimu menghadap arah Allah). Kenapa wajah dunia, wajah makhluk, wajah-wajah kepentingan nafsu kita, wajah-wajah semesta, wajah dunia dan akhirat, masih terus menghalangi tatapmuka hati anda kepada Allah Ta'ala? Ini semua karena kebatilan demi kebatilan, baik kebatilan dibalik wajah batil maupun kebatilan dengan selimut wajah kebenaran, telah membatalkan Wudhu jiwa kita, dan sama sekali tidak kita sucikan dengan air pengetahuan ma'rifatullah dan pengetahuan yang menyelamatkan dunia akhirat kita. Hijab-hijab yang menutupi wajah jiwa kita untuk melihat Allah, sudah terlalu tua untuk menjadi topeng hidup kita. Kita bertopeng kebusukan, bertopeng rekayasa, bertopeng kedudukan dan ambisi kita, bertopeng fasilitas duniawi kita, bertopeng Perjalanan Terindah 29 hawa nafsu kita sendiri, bahkan bertopeng ilmu pengetahuan kita serta imajinasiimajinasi kita atau jubah-jubah agama sekali pun. Lalu wajah kita bopeng, wajah ummat kita penuh dengan cakar-cakar nafsu kita, torehan-torehan noda kita, flek-flek hitam nafsu kita, dan alangkah bangganya kita dengan wajah-wajah kita yang dijadikan landasan syetan, yang begitu bebas menarikan tangan-tangannya untuk melukis hati kita dengan tinta hitam yang dipanggang di atas jahanam. Karena wajah kita lebih senang berpaling, berselingkuh dengan dunia, berpesta dalam mabuk syetan, bergincu dunia, berparas dengan olesan-olesan kesemuan hidup, lalu memakai cadar-cadar hitam kegelapan semesta kemakhlukan. Banyak orang yang mata kepalanya terbuka, tetapi matahatinya tertutup. Banyak orang yang mata kepalanya tertutup, matahatinya terbuka. Banyak orang yang matahatinya terbuka tetapi bertabur debu-debu kemunafikan duniawinya. Banyak orang yang sudah tidak lagi membuka matahatinya, dan ia kehilangan Cahaya Ilahi, lalu menikmati kepejaman matahatinya dalam kegelapan, yang menyangka ia dalam kebenaran dan kenikmatan. "Oh, Allah, bersihkan wajahkku dengan cahayaMu, sebagaimana di hari Engkau putihkan wajah-wajah KekasihMu. Ya Allah janganlah Engkau hitamkan wajahku dengan kegelapanMu, di hari, dimana Engkau gelapkan wajah-wajah musuhMu". "Tuhan, sibakkan cadar hitamku dari tirai yang membugkus hatiku untuk memandangMu, sebagaimana Engkau buka cadar para KekasihMu…" (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Perjalanan Terindah 30 Membasuh Kedua Tangan, dari Ujung Jari hingga Siku Membasuh kedua tangan satu kali wajib hukumnya, sedangkan tiga kali merupakan sunnah. Firman Allah SWT : "Kemudian tangan kalian sampai ke siku" (Al Maidah : 6) Kedua tangan kita yang sering menggapai hasrat nafsu syahwat kita, berkiprah di lembah kotor dan najis jiwa kita, sampai pada tahap siku-siku hakikat kita dan manfaat agung yang ada di sana. Tangan kita telah mencuri hati kita, lalu ruang jiwa kita kehilangan khazanah hakikat Cahaya hati. Tangan nafsu kita telah mengkorupsi amanah-amanah Ilahi dalam jiwa, lalu kita mendapatkan pundi-pundi duniawi penuh kealpaan dan kemunafikan. Tangan-tangan kita telah merampas makanan-makanan kefakiran kita, kebutuhan hati kita, memaksa dan memperkosa hati kita untuk dijadikan tunggangan liar nafsu kita. Tangan-tangan kita telah memukul dan menampar wajah hati yang menghadap Allah, menuding muka-muka jiwa yang menghadap Allah, merobek-robek pakaian pengantin yang bermahkotakan riasan indah para Sufi. Maka basuhlah tanganmu dengan air kecintaan, dengan beningnya cermin ma'rifat, dari mata air dari bengawan syurga. Basuhlah tangan kananmu, sembari munajat: "Oh, Allah..berikanlah Kitabku melalui tangan kananku, dan hitanglah amalku dengan hitungan yang seringan-ringannya". Perjalanan Terindah 31 Basuhlah tangan kirimu dengan munajat: "Oh, Allah, aku berlindung kepadaMu, dari pemberian kitabku dari tangan kiriku atau dari belakang punggungku…"(Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Mengusap Kepala Pengertian mengusap disini adalah membasahi kepala dengan air. Firman Allah : "Dan usaplah kepala kalian" (Al Maidah : 6) Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu diriwayatkan mengenai sifat Wudhu Nabi SAW, dimana ia mengatakan :"Beliau mengusap kepalanya satu kali". (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasai dengan isnad shahih) (Fiqih Wanita ; 45) Kepala kita telah bertabur debu-debu yang mengotori hati kita, memaksa hati kita mengikuti selera pikiran kira, sampai hati kita bukan lagi menghadap kepadaNya, tetapi menghadap seperti cara menghadap wajah di kepala kita, yaitu menghadap dunia yang hina dan rendah ini. Pada kepala kita yang sering menunduk pada dunia, pada wujud semesta, tunduk dalam pemberhalaan dan perbudakan makhluk, tanpa hati kita menunduk kepada Allah Ta'ala, kepada Asma-asmaNya yang tersembunyi dibalik semesta lahir dan batin kita, lalu kepala kita memalingkan wajah hati kita untuk berpindah ke lain wajah hati yang hakiki. Mari kita usap dengan air Cahaya, agar wajah hati kita bersinar kembali, tidak menghadap ke arah remang-remang yang menuju gelap yang berlapis gulita, tidak lagi menengok pada rimba duniawi yang dipenuhi kebuasan dan liar kebinatangannya. Perjalanan Terindah 32 Kepala-kepala kita sering menunduk pada berhala-berhala yang mengitari hati kita. Padahal hati kita adalah Baitullah, Rumah Ilahi. Betapa kita sangat tidak beradab dan bahkan membangun kemusyrikan, mengatasnamakan Rumah Tuhan, tetapi demi kepentingan berhala-berhala yang kita bangun dari tonggaktonggak nafsu kita, lalu kita sembah dengan ritual-ritual syetan, imajinasiimajinasi, kebanggaan-kebanggan, lalu begitu sombongnya kepala kita terangkat dan mendongak. Mari kita usap kepala kita dengan usapan Kasih Sayang Ilahi. Karena kepala kita telah terpanggang panasnya neraka duniawi, terpanaskan oleh ambisi amarah dan emosi nafsu syahwati, terjemur di hamparan mahsyar duniawi. Sembari kita mengusap, mesti munajat: "Oh Allah, payungi kepalaku dengan Payung RahmatMu, turunkan padaku berkah-berkahMu, dan lindungi diriku dengan perlindungan payung ArasyMu, dihari ketika tidak ada lagi payung kecuali payungMu. Oh, Tuhan….jauhkan rambutku dan kulitku dari neraka " (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Mengusap Daun Telinga Disunnahkan dalam berWudhu mengusap telinga, baik bagian dalam maupun luar. Rasululloh SAW bersabda : "Didalam Wudhunya, Rasululloh mengusap kepala dan kedua telinganya, yaitu bagian luar dan dalamnya. Beliau memasukkan kedua jari (tangan kanan dan kiri) ke dalam lubang kedua telinganya." (HR. Abu Dawud) Telinga yang sering mendengarkan paraunya dunia, yang anda kira sebagai kemerduan musik para bidadari syurga. Telinga yang berbisik kebusukan dan kedustaan, telinga yang menikmati gunjingan demi gunjingan. Perjalanan Terindah 33 Telinga yang fantastik dengan mendengarkan indahnya musik duniawi, lalu menutup telinga ketika suara-suara kebenaran bersautan. Amboi, kenapa telingamu seperti telinga orang-orang munafik ? Apakah anda lebih senang menjadi orang-orang yang tuli telinga hatinya? Munajatlah: "Oh Tuhan, jadikan diriku tergolong orang-orang yang mendengarkan ucapan yang benar dan mengikuti yang paling baik. Tuhan, perdengarkan telingaku panggilan-panggilan syurga di dalam syurga bersama hamba-hambaMu yang baik." (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Membasuh Kedua Kaki Membasuh kaki dilakukan hingga mencapai kedua mata kaki. Firman Allah: "Basuhlah kaki kalian sampai kedua mata kaki" (Al Maidah : 6) Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, dimana ia menceritakan : "Rasulullah pernah tertinggal di belakang kami dalam suatu perjalanan. Pada saat itu kami telah mengetahui datangnya waktu Ashar. Kemudian kami berWudhu dan membasuh kedua kaki kami. Sembari melihat ke arah kami beliau berseru dengan suara keras mengatakan, dua atau tiga kali ! Celaka bagi tumit-tumit (yang tidak kena air) dari siksaan api neraka" (HR. Muttafaqun "Alaih dalam Fiqih Wanita hal. 47) Kaki-kaki yang melangkahkan pijakannya ke alam dunia semesta, yang berlari mengejar syahwat dan kehinaan, yang bergegas dalam pijakan kenikmatan dan kelezatan pesonanya. Kaki-kaki yang sering terpeleset ke jurang kemunafikan dan kezaliman, terluka oleh syahwat dan emosinya, oleh dendam, iri dan dengkinya, haruslah segera Perjalanan Terindah 34 dibasuh dengan air akhlaq, air yang berumber dari adab, dan bermuara ke samudera Ilahiyah. Basuhlah kedua kakimu sampai kedua matakakimu. Agar langkah-langkahmu menjadi semangat baru untuk bangkit menuju Allah, menapak tilas Jalan Allah, secepat kilat melesat menuju Allah. Basuhlah dengan air salsabila, yang mengaliri wajah semesta menjadi jalan lurus lempang menuju Tuhan. (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com) Tertib (Bersusun) Artinya mendahulukan yang dahulu dan mengakhirkan yang akhir. Firman Allah : "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan , maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai ke siku. Kemudian sapulah kepala kalian serta basuhlah kaki kalian sampai kedua mata kaki" (Al Maidah : 6 ) Wudhu merupakan sebuah proses pembersihan lahir dan batin, penyucian jiwa di lembah Istighfar. Lihat Alur Proses Pembersihan dalam Wudhu Perjalanan Terindah 35 Perjalanan Terindah 36 Hikmah Wudhu Wudhu dan Kesehatan Kalau diperhatikan, anggota badan yang dibasuh ketika berWudhu adalah anggota-anggota badan yang sering terbuka. Anggota badan kita yang terbuka sangat rentan didatangi kuman, selain memang kulit kita dihuni oleh kumankuman yang normal keberadaannya, kuman-kuman yang bersifat simbiotik mutualisme (keberadaannya membantu kulit misalnya dalam sistem pertahannan tubuh) juga kuman-kuman simbiotik komensalisme (keberadaanya tidak menimbulkan kerugian/penyakit) juga yang patogen potensial (opportunistic) (kuman yang akan menimbulkan penyakit), kuman-kuman ini yang dikenal dengan flora normal kulit. Menurut ilmu bacteria (mikrobakteriology), 1 cm meter persegi dari kulit kita yang terbuka bisa dihinggapi lebih 5 juta bakteri yang bermacam-macam. Bakteri ini perkembangannya sangat cepat dan salah satu faktor yang paling mempengaruhi perkembangannya adalah keseimbangan asam-basa (pH). PH permukaan kulit sangat berperan dalam memproteksi tubuh dan membatasi perkembangan kuman yang akan menimbulkan penyakit. Ketika membasuh kulit dengan air, maka keseimbangan pH dan kelembaban itu akan terkoreksi kembali dan diharapkan kembali normal. Kulit kita terdiri atas beberapa lapisan, salah satunya adalah epidermis pada lapisan terluar (yang mengadakan kontak langsung dengan lingkungan luar). Pada lapisan ini terdapat lapisan sel tanduk (stratum corneum) yang selalu mengalami deskuamasi (penggantian dan pembuangan sel-sel kulit mati pada stratum korneum) dan kadang sel-sel kulit yang mati dan mengelupas itu akan menyumbat pori-pori yang juga bermuara pada lapisan epidermis, hal inilah yg dapat menimbulkan penyakit pada kulit. Ketika berWudhu, maka air akan membantu membuang Perjalanan Terindah 37 kotoran-kotoran, sisa-sisa sel kulit mati tadi dan meminimalisir jumlah kuman pada permukaan kulit kita. Menurut para ahli pada lembaga riset trombosis di London (Inggris), jika seseorang selalu mandi atau membasuh anggota tubuhnya, maka akan memperbaiki dan melancarkan sistem peredaran darah, air yang mengandung elektrolit-elektrolit akan membuat pembuluh-pembuluh darah mengalami vasodilatasi (pelebaran) sehinggga memperlancar peredarannya. Juga yang lebih penting adalah efek air pada tubuh kita, yaitu meningkatkan produksi sel-sel darah putih (leukosit) yang sangat berperan penting dalam system pertahanan tubuh (immunitas). Bahkan dari bunyi gemericik air dan kesejukannya, saraf-saraf tubuh yang mengalami ketegangan akibat aktifitas sebelumnya akan mengalami relaksasi juga mengembalikan kemampuan kerja otot-otot tubuh kita. Ketika berwudhu, kita juga dianjurkan berkumur, bersiwak (gosok gigi), membersihkan hidung, dan membersihkan sela-sela jari tangan dan kaki. Rasulullah s.a.w. pernah mengingatkan kepada umatnya :"Alangkah baiknya orang-orang yang mau menyela-nyela? Mereka bertanya: Siapa mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab : Mereka adalah yang mau menyela-nyela dalam wudhu dan dari makanan, dalam wudhu adalah dengan berkumur, menghisap air hidung dan menyela-nyela jari-jemari mereka pada saat berwudhu, sedangkan menyela-nyela gigi adalah membersihkannya dari bekas makanan. Sesungguhnya yang paling menjengkelkan kedua malaikat (pencatat) adalah ketika mereka melihat bekas makanan di sela-sela gigi mereka sedangkan mereka mendirikan Shalat" (H.R. Ahmad dari Abu Ayub). Perjalanan Terindah 38 Kalau kita tahu, mulut dan hidung kita ini merupakan sarang bakteri berbahaya. Bila kita tidak rajin membersihkannya bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Bakteri-bakteri tersebut semakin subur oleh bekas-bekas makanan yang ada di sela-sela gigi yang tidak kita bersihkan. Penelitian pernah membuktikan bahwa 90% dari mereka yang menderita kerusakan gigi, adalah karena keteledoran dalam melakukan kebersihan mulut. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri yang ada di mulut kita tidak hanya mengancam gigi dan gusi, tetapi juga mengancam sistem pencernaan kita, ini karena air liur yang kita telan berasal dari mulut. Ada beberapa penyakit yang dapat disebabkan kurang diperhatikannya kesehatan gigi dan mulut dan efeknya adalah timbul penyakit pada organ lain, misalnya sinusitis causa kerusakan gigi (geraham atas). Akhirnya, marilah kita senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan badan kita dengan rajin berwudhu dengan air yang suci dan bersih, dan dengan tata cara yang benar. (Dewan Asatidz dalam www.pesantrenvirtual.com) Wudhu dan Titik Biologis Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Dr. Magomedov, asisten pada lembaga General Hygiene and Ecology (Kesehatan Umum dan Ekologi) di Daghestan State Medical Academy' dijelaskan bagaimana wudhu dapat menstimulasi/merangsang irama tubuh alami. Rangsangan ini muncul pada seluruh tubuh, khususnya pada area yang disebut Biological Active Spots (BASes) atau titik-titik aktif biologis. Menurut riset ini, BASes mirip dengan titiktitik refleksologi Cina. Bedanya, terang Dr. Magomedov, untuk menguasai titik-titik refleksi Cina dengan tuntas paling tidak dibutuhkan waktu 15-20 tahun. Bandingkan dengan praktek Perjalanan Terindah 39 wudhu yang sangat sederhana. Keutamaan lainnya, refleksologi hanya berfungsi menyembuhkan sedangkan wudhu sangat efektif mencegah masuknya bibit penyakit. Menurut peneliti yang juga menguasai ilmu refleksologi Cina ini, 61 dari 65 titik refleks Cina adalah bagian tubuh yang dibasuh air wudhu. Lima lainnya terletak antara tumit dan lutut, di mana bagian ini juga, merupakan area wudhu yang tidak diwajibkan. Sistem metabolisme tubuh manusia terhubung dengan jutaan syaraf yang ujungnya tersebar di sepanjang kulit. Guyuran air wudhu dalam konsep pengobatan modern adalah hidromassage alias pijat dengan memanfaatkan air sebagai media penyembuhan. Membasuh area wajah misalnya, pijatan air akan memberi efek positif pada usus, ginjal, dan sistem saraf maupun reproduksi. Membasuh kaki kiri berefek positif pada kelenjar pituitari, otak yang mengatur fungsi-fungsi kelenjar endokrin (kelenjar yang bertugas mengatur pengeluaran hormon dan mengendalikan pertumbuhan). Di telinga terdapat ratusan titik biologis yang akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi sakit. Wudhu dan Pengobatan Medis Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers: a Sport for the Body and Soul (Olahraga untuk jasmani dan Rohani) menjelaskan bahwa wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Cara paling efektif mengenyahkan risiko ini adalah membersihkannya secara rutin. Berwudhu lima kali sehari adalah antisipasi yang lebih dari cukup. Perjalanan Terindah 40 Menurut Salem, membasuh wajah meremajakan sel-sel kulit muka dan membantu mencegah munculnya keriput. Selain kulit, wudhu juga meremajakan selaput lendir yang menjadi gugus depan pertahanan tubuh. Peremajaan menjadi penting karena salah satu tugas utama lendir ibarat membawa contoh benda asing yang masuk kepada dua senjata pamungkas yang sudah dimiliki, manusia secara alami, yaitu limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B). Keduanya bersiaga di jaringan limfoid dan sistem getah bening dan mampu menghancurkan penyusup yang berniat buruk terhadap tubuh. Bayangkan jika fungsi mereka terganggu. Sebaliknya, wudhu meningkatkan daya kerja mereka. Pintu masuk lain yang tak kalah penting adalah lubang hidung. Dalam wudhu disunatkan menghirup air dari hidung dan dikeluarkan lewat mulut. Cara ini adalah penangkal efektif ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), TBC, dan kanker secara dini. (www.bisnis-syariah.com) Perjalanan Terindah 41 Pendahuluan Shalat Pengertian Shalat Secara etimologis, shalat berarti do’a seperti difirmankan Allah : õ‹è{ ôÏ ö3ÏSÎ;0uø r& Z(s%y‰|¹ ö3èãÎd&sÜè? 3Í8UÏj.t“è?u! $p8Í5 ÈeC|¹u! ö3Î&ø‹n=tæ ( ¨5Î) y7s?4n=| ¹ Ös3y ª!$#u! 3 ö3çS°; ™ ìì‹Ï y™ í9ŠÎ=tæ “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan Berdo’alah untuk mereka. Karena sesunggunya do’a kalian itu menjadikan ketentraman bagi jiwa mereka “. ( At Taubah : 103). Sedangkan menurut syara’ shalat adalah menyembah Allah Ta’ala dengan beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dan wajib melakukannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Rasululloh SAW bersabda : “Islam ditegakkan dia atas lima dasar, syahadah (menyaksikan) bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasululloh, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menunaikannya.” (HR. Bukhari ). Keutamaan Shalat Sesungguhnya Shalat yang diperintahkan Allah Ta’ala memiliki banyak sekali keutamaan, diantaranya adalah : ( Abdullah Gymnastiar : Best of The Best ) Perjalanan Terindah 42 1. Shalat merupakan sarana khusus pertemuan hamba dengan Sang Khaliq. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah untuk mengingatku”. (Thaahaa : 14). Sabda Rasululloh SAW : “ Shalat adalah mi’rajnya seorang mukmin” (al Hadits) 2. Shalat menjadi sarana pencarian atas problema kehidupan. Firman Allah SWT : Firman Allah Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu,sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( Al Baqarah : 153) 3. Membina Kedisiplinan Firman Allah : “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang beriman.” (An Nisa : 103) 4. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Rasululloh SAW bersabda : “Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai dekat pintu rumah seseorang yang airnya mengalir dan melimpah, dan Perjalanan Terindah 43 ia mandi di sungai itu lima kali setiap harinya, maka tidaklah kamu melihat lagi kotorannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 5. Mendapat Keunggulan Mental Firman Allah SWT : “ (Yaitu) Orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” ( Ar Ra’d : 28) 6. Mempermudah Rezeki Berkah Firman Allah SWT : “… Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” ( Ath Thalaq :2-3). Rasululloh SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman : “Wahai Anak Adam ! Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada ) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim). 7. Bukti Rasa Syukur Firman Allah SWT : Perjalanan Terindah 44 “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membecimu dialah yang terputus.” (Al Kautsar : 1-3). Sabda Rasulullah SAW : “Dari Aisyah ra, ia berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam hingga kedua kakinya bengkak.” Aisyah ra bertanya, “Wahai Rasululloh, mengapa engkau berbuat demikian sedangkan Allah telah mengampuni semua dosamu, baik yang telah lampau maupun yang akan datang ?” Beliau menjawab, “Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang selalu bersyukur ?” (HR. Bukhari dan Muslim). Kehadiran Hati Rasululloh SAW bersabda : “Sesungguhnya di dalam jasad ada suatu gumpalan, bila gumpalan ini baik maka baik pula seluruh jasad dan apabila rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa gumpalan itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim) Menurut Imam Ghazali, Kehadiran Hati dalam Shalat adalah Mengosongkan hati dari hal – hal yang tidak boleh mencampuri dan mengajaknya berbicara, sehingga pengetahuan tentang perbuatan senantiasa menyertainya dan pikiran tidak berkeliaran kepada selainnya. Selagi pikiran tidak terpalingkan dari apa yang tengah ditekuninya sedangkan hatinya masih tetap mengingat apa yang tengah dihadapinya dan tidak ada kelalaian di dalamnya maka berarti telah tercapai kehadiran hati. Kehadiran hati merupakan ruh shalat. Batas minimal keberadaan ruh ini ialah kehadiran hati pada saat takbiratul ihram. Bila kurang dari batas minimal ini berarti kebinasaan. Perjalanan Terindah 45 Fakta menyatakan, bahwa shalat yang khusyu’ ( kehadiran hati ) merupakan hal yang tidak mudah, dan termasuk barang langka di jaman ini, padahal “kelalaian dari mengingat Allah” sebagai manifestasi ketidakhadiran hati, hanya akan mendapatkan, apa yang disebut Rasul sebagai “letih dan payah”. Rasululloh SAW, bersabda : “Betapa banyak orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah” (HR. Nasai). Allah SWT berfirman : “… dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaahaa : 14), lahiriah perintah shalat adalah wajib, sedangkan lalai adalah lawan ingat. Siapa yang lalai dalam semua nya maka bagaimana mungkin dia bisa mendirikan shalat untuk mengingat-Nya ? Orang yang sedang adalah orang yang tengah bermunajat kepada Tuhannya, sedangkan pembicaraan dengan orang yang lalai tidak bisa disebut munajat. Demikian keterangan dari Imam Ghazali (Sa’id Hawwa dalam Mensucikan Jiwa). Makna Batin dalam Shalat Menurut Imam Ghazali, makna batin dalam Shalat memiliki banyak ungkapan, namun terangkum dalam enam perkara, yaitu kehadiran hati, taffahum (kefahaman), ta’dzim (rasa hormat), haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat), raja’ (pengharapan), dan haya (rasa malu). Kehadiran hati , Maksudnya mengosongkan dan menjaga dialog hati, dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan amalan yang sedang dikerjakan. Juga pikirannya tidak boleh memantau dari selain perbuatan dan hati, yang sedang terkait dengan amalan . Perjalanan Terindah 46 Faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah atau perhatian utama. Dengan lain perkataan hati bisa hadir, bila ada undangan kepada “perhatian utama”. Kehadiran hati dalam terwujud bila perhatian utama diarahkan kepada setiap perilaku . Himmah bisa terarah bila, mengetahui secara jelas tujuan yang akan dicarinya, yakni Allah Azza Wa Jalla, dan merupakan sarana menuju kepadaNya. Akal sehatpun akan mengatakan “bagaimana mungkin, hati tidak hadir sedangkan yang dihadapan adalah Raja Diraja, yang di tanganNya segala kerajaan, kekuasaan, manfaat dan bahaya”. Hadirnya hati bukan sebuah “keterpaksaan” bahkan bukan sesuatu yang “diusahakan”, karena hati akan hadir kepada “perhatian utama”. Ketidakhadiran hati dalam perilaku karena “perhatian utama” tidak tertuju kepada itu sendiri. Bila demikian maka hati akan menuju perhatian- perhatian nafsu duniawi. Inilah yang disebut “kelalaian”, karena bagaimana mungkin kita sedang bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan hati kita tidak “menghadap- Nya”. Perjalanan Terindah 47 Perjalanan Terindah 48 Taffahum ( Kefahaman ) berarti Peliputan hati terhadap pengetahuan lafadz dan gerak dalam Shalat. Pengetahuan terhadap setiap ucapan, gerak dalam yang terbenam dalam lubuk hati akan memancarkan sebuah hikmah akhlaqul karimah dalam kehidupan. Dalam lafadz dan gerak yang terkontrol oleh kehadiran hati akan dapat mengendalikan fikiran dan akal dalam setiap ucapan dan gerak itu sendiri. Terapi untuk taffahum adalah menghadirkan hati disertai konsentrasi berfikir dan kesiagaan untuk menolak berbagai lintasan pikiran ( yang liar ). Sedangkan untuk menolak lintasan fikiran yang menyibukkan adalah dengan membebasan diri dari sebab – sebab yang membuat fikiran tertarik kepadanya. Siapa yang mencintai sesuatu pasti banyak mengingatnya, sehingga dengan demikian ingatan kepada yang dicintai pasti melanda hati. Ta’dzim ( Rasa Hormat ) Rasa hormat akan hadir dari ma’rifah kepada keagungan dan kemuliaan Allah. Siapa yang tidak diyakini keagunganNya maka jiwa tidak akan mau mengagungkanNya. Buah dari ma’rifah ini akan menghasilkan khusyu’ (tunduk) kepada Allah. Selain ma’rifah tersebut, penyebab timbul rasa hormat juga disebabkan oleh ma’rifah akan kehinaan dirinya, karena tidak mempunyai kuasa apa – apa. Buah dari ma’rifah ini menghasilkan rasa pasrah dan tidak berdaya. Rasa pasrah dan tidak berdaya akan menghasilkan rasa hormat. Haibah ( Rasa Takut dari Rasa Hormat ) Rasa Takut merupakan keadaan jiwa yang lahir dari ma’rifat akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, pengaruh kehendakNya padanya. Allahpun seandainya menghancurkan orang-orang terdahulu dan kemudian, tidak akan berpengaruh Perjalanan Terindah 49 terhadap kerajanNya. Semakin dalam pengetahuan terhadap Allah menjadikan semakin takut kepadaNya. Raja’ ( Harap ) Harap akan muncul karena telah adanya keyakinan terhadap janji – janji Allah dan pengetahuan tentang kelembutanNya, keindahan ciptaannya, keluasan nikmatNya. Haya’ ( Rasa Malu ) Rasa malu akan muncul melalui perasaan serba kekurangan dalam beribadah dan pengetahuannya akan ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak Allah. Rasa malu tersebut semakin kuat dengan mengetahui cacat dirinya, kurang ikhlas dalam beribadah, keburukan batinnya serta kecenderungan terhadap duniawi dalam perbuatan ibadatnya. Selain itu rasa malu muncul juga disebabkan oleh pengetahuan bahwa Allah Maha Mengetahui segala rahasia dan lintasan hati sampai yang sekecil-kecilnya. Adzan & Iqomah Rasululloh SAW bersabda, “Apabila seseorang pergi menuju masjid sebelum adzan berkumandang, maka orang tersebut bersinar bagaikan matahari. Apabila datang memenuhi panggilan ketika adzan berkumandang, maka orang tersebut seperti cahaya bulan. Dan apabila dia datang segera setelah selesi adzan, maka dia bercahaya seperti bintang-bintang.” ( Al Hadits ) Perjalanan Terindah 50 Imam Al Ghazali, menasehati, “Ketika mendengar seruan mu’adzin maka hadirkanlah di dalam hati tentang dahsyatnya seruan hari kiamat dan bersegeralah dengan lahir dan batin untuk segera memenuhinya, karena orangorang yang bersegera memenuhi seruan ini adalah orang-orang yang dipanggil dengan penuh lemah lembut pada hari “pagelaran akbar”. Arahkan hati kepada seruan ini. Jika kita mendapatkannya penuh kegembiraan dan kesenangan, penuh dengan keinginan untuk memulainya maka ketahuilah bahwa akan datang kepadamu seruan berita gembira dan kemenangan pada hari pengadilan.” ( Sa’id Hawwa dalam Mensucikan Jiwa ) Ketika berjalan menuju tempat , disunnahkan berdo’a : “Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hati, lidah, pendengaran dan pandanganku, serta jadikanlah cahaya di belakang, depan, atas dan bawahku. Berikanlah cahaya itu padaku” (HR. Muslim) Bacaan-bacaan dalam adzan menggambarkan, sebuah pemberitaan atas keagungan Allah, segala puji hanya milik Allah yang Agung (takbir), melalui wasilah risalah Rasul kita menuju kepada-Nya. Apabila segala persiapan batin telah terpenuhi, bersegeralah menuju perjumpaan (hayya ‘ala shalah), marilah menuju kemenangan yang hakiki (hayya ‘ala al falah). Kemudian kembali ke ruh Illahi bahwa segalanya hanya karena keagungan Allah (takbir) semata, karena manusia tidak punya keberdayaan diri. Dialah Allah Yang Maha Awal dan Maha Akhir (tahlil). Dalam Iqomah, sekali lagi melalui pengulangan-pengulangan atas keagungan Allah, serta memperkuat permintaan syafaat dan tawasul, ketika sampai disini, maka Qad qomatish shalah ( telah ditegakkan). Proses ini dilalui dengan mengumpulkan semua kekuatan yang tersebar di berbagai arah dan menjadikannya sebagai penyempurna untuk menuju Allah. Perjalanan Terindah 51 Menutup Aurat Menutup aurat merupakan salah satu syarat syahnya seseorang, tidak bisa dikatakan sah, bila aurat tidak tertutup. Firman Allah SWT : * û*Í_t6tƒ t_yŠ#u (#!ä‹è{ ö/ä3t 7‰Éfó¡t ÈeCä. y‰#Ïã Gt`ƒÎ— “Hai Anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid” ( Al A’raf : 31 ) Perjalanan Terindah 52 Dzhohir kita dalam menutupi aurat mempergunakan pakaian yang memenuhi kriteria suci dari hadats dan suci dari status kepemilikan, artinya pakaian yang dipakai halal adanya. Apabila dua kriteria tersebut tidak terpenuhi maka secara hukum Shalat kita tidak sah. Pahamilah, pakaian lahir adalah nikmat dari Allah yang menutup aurat anak Adam. Pakaian merupakan kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan hamba-hambaNya, keturunan Adam a.s (kemuliaan) yang tidak pernah diberikan-Nya kepada yang lain. Pakaian juga merupakan alat bagi kaum mukmin untuk menunaikan kewajiban mereka yang telah dilekatkan oleh Allah kepada mereka. Renungkanlah secara mendalam, bahwa Allah memulikan manusia dengan menutup aib lahiriah badani dengan berbagai jenis pakaian. Allah pula menutup aib-aib perbuatan dengan tabir malakut. Seandainya tidak ada “tabir malakut”, maka perilaku, akhlak kita akan nampak bentuknya dan “al fadhilah” serta kehinaan pun akan melekat pada kita di dunia ini. Tetapi Allah SWT menutupi dari pandangan seluruh penghuni alam ini dengan penutup milik-Nya. Allah menutupi keburukan akhlak kita dengan “bentuk malakut”, serta membentuk raga kita, dengan bentuk yang seimbang dan simetris. Renungkan dengan bentuk makhluk lain di dunia ini. Tatkala kita hendak menghadap-Nya, tutuplah aib – aib ruhani kita dengan berbagai terapi. Hadirkan keburukan – keburukan akhlak kita, kemudian tutupi dengan penyesalan, rasa malu dan takut terhadap Allah SWT. Bangkitkan berjuta – juta tentara rasa takut dan malu, taklukan jiwamu untuk bersiap-siap berdiri menghadap Allah sebagai hamba yang berdosa, berbuat jahat dan lalai yang menyesal kemudian kembali kepada pelindung-Nya. Pakaian terindah bagi kaum mukmin adalah taqwa, sedangkan pakaian ternikmat adalah iman. Sedangkan yang terbaik adalah yang tidak membuat lalai dari Allah Perjalanan Terindah 53 Azza wa Jalla, bahkan mendekatkan kepada syukur, dzikir dan ketaatan kepada- Nya, bukan pakaian yang membuat bangga diri, riya, terlebih lagi sombong. Imam Ash Shadiq a.s. berkata : “ Apabila engkau mengenakan pakaianmu, maka ingatlah tabir Allah Ta’ala yang menutupi dosa-dosamu dengan rakhmatNya. Tutuplah batinmu dengan kebenaran, sebagaimana engkau menutup lahirmu dengan pakaian. Jadikanlah batinmu berada dalam tabir ketakutan dan lahirmu dalam tabir ketaatan”. “Pikirkanlah karunia Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan bahanbahan pakaian untuk menutupi aurat lahiriah, yang membuka pintu-pintu tobat untuk menutupi aurat batin dari dosa-dosa dan akhlak buruk. Jangan membuka aib siapapun, karena Allah telah menutup aibmu, itu lebih baik.” “Sibukkanlah dirimu dengan mencari aib diri sendiri, berpalinglah dari sesuatu yang tidak berguna bagimu. Waspadalah agar engkau tidak menyia-nyiakan usiamu untuk pekerjaan orang lain, dan orang lain mengembangkan modalmu, sementara engkau membinasakan dirimu sendiri. Sungguh, lupa pada dosa merupakan hukuman terbesar dari Allah di dunia ini dan sebab tercepat yang mendatangkan siksa di akhirat.” “Selama hamba sibuk dalam ketaatan kepada Alloah SWT, mengenali aib dirinya dan meninggalkan sesuatu yang mendatangkan keburukan pada agama Allah, maka ia berada di tempat yang terhindar dari segala penyakit dan tenggelam di samudera rahmat Allah Azza wa Jalla serta memperoleh bermacam-macam mutiara faedah hikmah dan bayan. Dan sebaliknya selama ia lupa pada dosa-dosanya, tidak mengenal aib-aib dirinya, dan masih bersandar pada kekuatannya sendiri, maka ia tidak akan pernah beruntung untuk selamanya.” Perjalanan Terindah 54 Tempat Orang Shalat Sabda Rasululloh SAW : “Aku telah diberi lima perkara yang belum diberikan kepada seorangpun sebelumku. “Beliau menuturkan, “Dan bumi itu telah dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan alat bersuci, sehingga dimanapun (waktu) itu sampai padaku, maka shalatlah aku.” ( Al Hadits ). Mengenai tempat-tempat yang boleh dipergunakan untuk mengerjakan shalat, sebagian ulama ada yang memperbolehkan di segala tempat yang bersih dari najis. Diantara mereka ada yang mengecualikan tujuh tempat diantara tempattempat tersebut, yaitu tempat pembuangan kotoran, tempat pemotongan hewan, kuburan, di tengah jalan, kamar mandi, tempat-tempat menderum unta ( di sekitar air), dan diatas atap Baitullah. ( Ibnu Rusyid ; Terjemah Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid hal. 197 ) Dalam Mishbah asy Syariah, Imam Ash Shadiq a.s. berkata : “Jika engkau sampai di pintu masjid, ketahuilah bahwa engkau bermaksud memasuki pintu Raja Yang Maha Agung yang hamparan-Nya hanya bisa dipijak oleh orang-orang yang disucikan, tidak ada yang diizinkan duduk bersama-Nya selain orang-orang yang benar (shidiqun). Oleh karena itu, jadikanlah kedatanganmu ke hamparan pengkhidmatan-Nya dengan penuh hormat sebagaimana engkau menghormati Raja. Jika engkau lalai, engkau sungguh berada dalam bahaya yang sangat besar.” “Ketahuilah bahwa Dia Maha Kuasa untuk mengadili atau mengutamakanmu, sesuai kehendak-Nya. Jika Dia menaruh kasihan kepadamu, maka dengan keutamaan dan rahmat-Nya Dia akan menerima ketaatan yang sedikit darimu, dan dengan keduanya Dia melimpahkan pahala yang banyak. Jika Dia meminta hak-Nya untuk mendapatkan ketulusan dan keikhlasan darimu, sebagai keadilan-Nya untukmu, maka Perjalanan Terindah 55 Dia akan menabirimu dan menolak ketaatanmu, sekalipun amal ketaatanmu itu banyak. Dia Maha Kuasa untuk melaksanakan apapun yang dikehendaki-Nya.” “Akuilah kelemahan, ketakberdayaan, dan kefakiranmu di hadapan-Nya, karena engkau telah menghadapkan diri untuk beribadah dan bersikap ramah kepada-Nya. Tampakkanlah rahasia-rahasiamu. Ketahuilah bahwa Dia mengetahui segala hal yang dirahasiakan dan yang ditampakkan oleh seluruh makhluk.” “Jadikanlah dihadapan-Nya sebagai hamba-Nya yang paling fakir. Kosongkan hatimu dari segala kesibukan yang menghalangimu dari Tuhanmu, karena Dia hanya menerima hati yang paling suci dan paling ikhlas.” “Jika engkau telah merasakan manis bermunajat kepada-Nya, lezat berdialog dengan-Nya, dan telah minum dengan cawan rahmat dan karamah-Nya kepadamu , berarti engkau telah layak untuk berkhidmat kepada-Nya. Maka masuklah, karena engkau telah mendapatkan izin dan keamanan. Jika tidak, maka diamlah sebagai orang yang amat butuh dan telah kehabisan akal, kehilangan harapan, dan telah mendapat ketetapan ajal.” “Apabila Allah mengetahui bahwa dalam hatimu ada ketulusan untuk berlindung kepada-Nya, Dia akan memandangmu dengan tatapan kasih, sayang, dan kelembutan. Dia akan menunjukkanmu pada sesuatu yang Dia cintai dan ridhai, karena Dia adalah Yang Maha Mulia, Yang mencintai kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya yang sangat membutuhkan-Nya, yang terbakar di pintu-Nya untuk mencari ridha-Nya. Allah Ta’ala berfirman : Perjalanan Terindah 56 “Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi” (An Naml : 62). ( Ahli Makrifah hal. 157 – 158) Menghadap Kiblat Firman Allah SWT : “Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.” (QS. Al Baqarah : 149). Menghadap ke arah kiblat menjadi salah satu syarat sahnya shalat kita. Apabila tidak mengetahui arah kiblat, maka harus bertanya kepada orang yang mengetahuinya. Jika tidak ada orang yang dapat menunjukkan, maka dibolehkan untuk melakukan ijtihad menentukan arah kiblat tersebut dan mengerjakan shalat dengan menghadap ke arah yang dianggap sebagai kiblat. Dalam keadaan seperti ini nya tetap sah. (Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah ; Fiqih Wanita hal. 117) Secara lahiriah menghadap kiblat ialah memalingkan lahiriah wajah dari seluruh arah ke arah Baitullah. Gerakah lahiriah, pengendalian anggota badan seharusnya merupakan pantulan dari memalingkan hati dari semua perkara dan hanya mengarahkan kepada Allah. Sadarilah bahwa wajah tidak akan dapat menghadap ke arah Baitullah kecuali berpaling dari selainnya, begitu pula hati tidak bisa menghadap ke Allah kecuali mengosongkan dari selain-Nya. Perjalanan Terindah 57 Penetapan arah tertentu (kiblat) merupakan bentuk penampakkan sirr kesatuan (sirr al wahdah). Ini mengandung makna yang mendalam tentang konsep menjaga persatuan dan kesatuan umat muslim. Makna menghadap Allah sebenarnya tidak dibatasi oleh tabir ruang dan waktu karena sesungguhnya seluruh hamparan di muka bumi ini adalah tempat menghadap Allah. ¬!u! ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#u! 4 $y u 4 «!$# çµô_u! §3sVsù (#—9uè? #÷ƒr'sù “Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap, di situlah wajah Allah” ( Al Baqarah : 115). Segala Puji bagi Allah Yang Awal, Yang Terakhir, Yang Lahir dan Yang Batin. Perjalanan Terindah 58 Bacaan & Gerakan dalam Shalat 1. Berdiri Allah SWT telah berfirman : (#ÝàÏ.ym ’n?tã ÏN0un=¢Á9$# Í$4n=¢Á9$#u! 4‘sÜó™âø9$# (#ã è%u [". tIJÏFÏs% ¬! ! “Peliharalah semua shalat dan shalat wustha dan berdirilah dengan tenang karena Allah." ( Al Baqarah : 238) Hal pertama yang kita lakukan adalah berdiri, dengan posisi tegak, lurus dan kokoh laksana kokohnya sebuah pohon. Biarkan kaki kita sampai merasakan sentuhan yang nyata dengan bumi, tangan kita kendurkan, lepaskan anggota badan kita dari segala kekakuan ( rileks ). Kemudian bernafaslah secara alami tanpa keterpaksaan apapun. Kemudian tundukanlah kepala kita menghadap ke tempat sujud dengan melepaskan segala fikiran – fikiran duniawi kita. Kemudian sadarkanlah dalam diri ini, sadarkan lagi….bahwa kita sebenarnya bukanlah tubuh ini…, kita bukan kepala ini…, kita bukan mulut ini, dan bukan pula fikiran dan perasaan ini. Kita sebenarnya adalah diatas semua itu, kita yang mengendalikan instrumen ragawi ini… kita lepaskan, laksana melepas baju dari tubuh kita. Lepaskan… kemudian hayati, sadarilah, bahwa kita akan menghadap Allah Azza wa Jalla, Sang Penguasa Alam Semesta, dimana tidak ada setetes air Perjalanan Terindah 59 yang jatuh di pepohonan tanpa kuasa-Nya dan tiada lintasan fikiran sekecil apapun tanpa pengetahuanNya. Sadarilah bahwa, begitu banyak anugerah telah tercurah kepada kita berupa badan ini, jari ini, tangan ini, wajah ini…. namun kita sering lalai kepadaNya, bagaimana kita sanggup menghadapi persidangan di Padang Mahsar ? Sadarilah bahwa tubuh kita berasal dari sesuatu yang hina….. menunduklah pandanglah bumi tempat sujud, hilangkan kesombongan, karena kesombongan milik Allah semata. Saat ruh kita menghayati itu semua, bangkitkan kepada “harapan ampunan” dari Allah sangat luas tiada terkira. Berdirilah selurus-lurusnya “diantara keputus-asaan dan harapan, diantara kegelisahan dan kesabaran”. 2. Niat Niat secara umum berarti ketetapan hati untuk melaksanakan ketaatan, baik karena pengharapan ataupun karena ketakutan. Dalam niat berarti kesengajaan untuk mengerjakan , menghambakan diri kepada Allah serta menguatkannya di dalam hati. Tempat niat berada di dalam hati bukan terdapat di ucapan. Tanpa niat maka nya dianggap tidak sah. Sabda Rasulullah SAW : "Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhari, Muslim) Ketetapan hati dalam melaksanakan ketaatan selain karena pengharapan dan rasa takut, juga karena peng-agungan akan kekuasaan Allah, Perjalanan Terindah 60 “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, Dia sungguh melihatmu”. Ketetapan hati dalam melaksanakan niat, juga harus dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas dalam niat merupakan hal yang amat penting. Bentuk keikhlasan tersebut yakni terbebasnya niat dari berbagai bentuk syirik, baik yang tampak maupun yang tersembunyi seperti riya, ujub, sombong. Oleh karena itu, ketika tubuh kita telah berdiri dan ruh kitapun telah berdiri, tekadkan hati untuk melaksanakan perintah Allah berupa hanya karena mencari ridha Allah, takut akan siksa-Nya dan berharap terhadap ampunan dan pahala-Nya. 3. Takbiratul Ihram & Mengangkat Kedua Tangan Setelah niat kita lakukan, kita akan melakukan “takbiratul ihram”. Takbiratul Ihram harus dengan diucapkan, yakni “Allahu Akbar “. Saat mengucapkan takbiratul ihram dibarengi dengan mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga. Inilah pembuka dari kita. Sabda Rasulullah SAW : “"Sesungguhnya shalat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu' dan melakukan wudhu' sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan Allahu Akbar." (HR. Thabrani), juga sabda Rasulullah SAW : “"Apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'mu terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom." (Muttafaqun 'alaihi). Dalam hadis lain, “"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai shalat, setiap kali Perjalanan Terindah 61 bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya." (Muttafaqun 'alaihi). Ketika lisan kita mengucapkan “Allahu Akbar”( Allah Maha Besar), maka hati kita kita tuntun dan yakinkan seyakin-yakinnya untuk menutup segala hal selain Allah. Ketika kita mengucapkan “Allahu Akbar” itu berarti tidak ada keagungan apapun selain Allah. Ketika hati kita tidak berkata “Allahu Akbar” berhati-hatilah, karena bisa dikategorikan kita “berdusta”, padahal yang “didustai” adalah Allah Azza wa Jalla, bagaimana mungkin kita bisa melanjutkan perjalanan, sedangkan awal perjalanan dilalui dengan dusta ?. Segera iringi dengan istighfar, taubat, dan berprasangka baik akan pemurah dan pema’afan-Nya. Ketahuilah, bahwa keutamaan “takbir” dalam takbiratul ihram tujuh kali lipat dibanding takbir di luar . Dalam ‘Ilal asy Syara’i diriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Hisyam bin al Hakam, dari Abu al Hasan Musa a.s : (Hisyam berkata, “Aku bertanya (kepada Abu al Hasan),’Karena alasan apa takbir pada pembukaan (takbiratul ihram) tujuh kali lipat lebih utama dari takbir (biasa) ? Imam a.s. menjawab, “Wahai Hisyam, Allah telah menciptkan langit tujuh lapis, bumi tujuh lapis, dan hijab tujuh lapis. Ketika Dia meng-israkan Nabi SAW, dan (jarak) beliau dari Tuhannya sangat dekat, untuknya Dia mengangkat satu hijab dari hijab yang tujuh itu. Lalu, Rasulullah SAW pun bertakbir dan mulai mengucapkan kata-kata yang terdapat dalam pembukaan (iftitah). Ketika hijab yang kedua dihilangkan, beliau juga bertakbir. Demikian seterusnya hingga melewati tujuh hijab, sehingga beliau bertakbir tujuh kali.” ( Shalat Ahli Makrifat ; Terjemah Sirr as Shalah : Mi’raj as Salikin wa Shalah al ‘Arifin). Perjalanan Terindah 62 Imam Ash Shadiq a.s. berkata : “Jika engkau bertakbir, maka anggaplah semua yang ada di antara langit dan bumi sebagai remeh, kecuali kebesaran-Nya. Karena, Jika Allah melihat hati hamba yang sedang bertakbir, sementara di dalamnya terdapat sesuatu yang memalingkannya dari hakikat takbir, maka Dia berkata : “Wahai pendusta, apakah engkau akan menipuku ? Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku haramkan bagimu manis berzikir kepada-Ku, Kutabiri engkau dari kedekatan kepada-Ku, dan dari munajat kepada-Ku.“ Oleh karena itu, ujilah hatimu ketika . Jika engkau mendapati rasa manis , di dalam dirimu terdapat kebahagiaan dan keindahan, dan hatimu dibahagiaakan dengan munajat kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa engkau telah benar dalam bertakbir kepada-Nya. Jika tidak maka engkau tahu bahwa dicabutnya kelezatan bermunajat dan tidak didapatnya manis beribadat menunjukkan bahwa Allah mendustakanmu dan mengusirmu dari pintu-Nya…..” 4. Do’a Iftitah Setelah kita melewati “takbiratul ihram”, tangan kita sedekapkan dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri, seperti sabda Rasululloh SAW : “Rasulullah SAW pernah berjalan melewati seseorang yang sedang . Orang tersebut meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanan. Lalu beliau melepaskan tangan tersebut dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya .” (HR. Ahmad dengan isnad shahih). Kemudian dengan hati penuh tawadhu, cemas dan harap mulailah membaca do’a iftitah. Perjalanan Terindah 63 Rasulullah SAW bersabda : “"Tidak sempurna shalat seseorang sebelum ia bertakbir, mengucapkan pujian, mengucapkan kalimat keagungan (doa iftiftah), dan membaca ayat-ayat al Qur-an yang dihafalnya…" (HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim, disetujui oleh Dzahabi). Salah satu do’a iftitah adalah : “Allaahu akbar kabiiraa walhamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi bukrataw wa ashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardha haniifam muslimaw wa maa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil’aalamiin. Laa syariikalahu wa bi dzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.” Artinya : “Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan memberi keselamatan dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya ku, ibadatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin.” Tatkala lisan kita mengucapkan, “Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardha (kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi)”, wajah lahir kita menghadap ke kiblat, namun wajah hati kita harus dengan kesadaran penuh dihadapkan ke Allah Azza wa Jalla, Pencipta Alam Semesta dengan segala kekuasaannya. Berusahalah untuk memalingkan semua angan, fikiran dari selain penghadapan wajah ke Allah, ingat kita berkata “kuhadapkan muka hatiku kepada Allah”. Perjalanan Terindah 64 Jika hati kita tidak menghadap, padahal kita mengucap demikian, maka kita telah “berdusta”, segera berjuanglah dengan sekeras-kerasnya karena yang kita hadapi adalah Allah Azza wa Jalla. Menurut Imam Ghazali, apabila engkau tidak mampu melakukannya terus menerus maka hendaklah ucapanmu jujur dan benar adanya. Ketika lisan kita mengucapkan,”… hanifan musliman (berlaku lurus dan memberi keselamatan)” hendaklah hati kita beritikad bahwa kaum muslimin adalah saudara, dan memberi keselamatan dari segala gangguan tangan dan lidah kita…. Sadarilah bahwa bila kita telah melakukan gangguan tersebut bertaubatlah, dan perbaiki di masa yang akan datang. Bila kita tidak menyadari akan hal ini, berarti kita telah “berdusta”. Saat lisan kita berucap, “wa maa ana minal musyrikiin (dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik)”. Hati-hatilah ketika mengucapkan ini, karena kita berkata di depan Allah, bahwa “aku tidak termasuk orang-orang musyrik”, sadarilah kemusyrikan yang telah kita lakukan, terutama yang tersembunyi. Bertobatlah dari dosa-dosa pen-Tuhanan atas “jabatan”, “harta” dan instrumen lainnya. Belum lagi kesombongan yang menyertainya. Ingatlah bahwa kita bisa melakukan “takbir” pun bukan karena kemampuan fisik kita, tenaga kita, fikiran kita, namun karena limpahan “anugerah Allah semata”. Ketika kita menyatakan,”wa maa ana minal musyrikkin” padahal kita masih banyak syirik-syirik tersembunyi yang kita lakukan, segeralah malu dan bertobat kepada Allah SWT. Ketika kita mengucapkan, “….wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil’aalamiin (hidup dan matiku untuk Allah)”, maka hayatilah ini sebuah pernyataan akan ketiadaan “kekuasaan” atas dirinya sendiri, karena Perjalanan Terindah 65 sesungguhnya diri kita ini tidak punya apa – apa, termasuk ibadah kita sendiri merupakan limpahan “rahmat-Nya”. Apabila lisan kita mengucap, “hidup dan mati untuk Allah”, sedangkan rukuk, sujud dan hidup kita sendiri karena hal – hal duniawi, maka kita termasuk orang yang “berdusta’ kepada Allah. Segera bersihkan, buang jauh-jauh berbagai tabir duniawi yang akan menabiri kita menghadap Allah Azza wa Jalla. 5. Membaca Ta’awwudz Firman Allah SWT, #sOEÎ*sù |Nù&ts% t5#uöà)ø9$# õ‹ÏètGó™$$sù «!$$Î/ zÏ Çs 6. É9ŠÅ_§9$# Üø‹¤±9$# “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk” ( An Nahl : 98 ) Rasulullah SAW biasa membaca ta’awwudz yang berbunyi, “A’uudzubillahi minasy syaithaanir rajiim min hamazihi wa nafkhihi wa naftsihi” artinya “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya (yang menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq)." (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi). Syetan merupakan musuh yang sangat nyata bagi kita, mereka selalu berupaya untuk memalingkan hati kita dari Allah. Mereka mendengki terhadap ruku’ dan sujud serta munajat kita kepada Allah Azza wa Jalla. Tatkala hati kita berpaling dari Allah maka sesungguhnya syetan telah Perjalanan Terindah 66 mencuri hati kita. Hakikat permohonan perlindungan dari syetan yang terkutuk, adalah dengan meninggalkan apa-apa yang disenangi syetan itu sendiri. 6. Membaca Surat Al Fatikhah Membaca Surat Al Fatikhah merupakan salah satu rukun , sehingga seseorang tidak sah apabila tidak membaca Surat Al Fatikhah. Dari Ubadah bin Shamit ia bercerita, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak ada artinya orang yang tidak membaca Al Fatikhah.” (HR. Daruquthni, dan beliau mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih). Ketika kita mengucapkan, “Bismillahirrahmaanirrahiim” niatkan tabarruk untuk memulai bacaan Kalamullah. Fahamilah “Dengan menyebut nama Allah”, dengan menyebut “Yang Maha Kuasa”, dengan menyebut “Pencipta Alam Perjalanan Terindah 67 Semesta”. Sadarilah bahwa “Wujud muncul dengan “bismillahirrahmanirahim”. Alam semesta dan seluruh isinya, termasuk kita karena Allah jualah yang menciptakan. Jagalah hati kita, arahkan dan selalu arahkan. Jangan sampai lisan kita menyebut, “Dengan menyebut nama Allah”, tapi hati kita “menyebut selain Allah, menyebut nafsu dunia, menyebut aroma duniawi”. Karena segala yang ada karena Allah semata, maka sudah semestinya “Alhamdulillah (segala puji milik Allah).” “Alhamdulillah” merupakan pujian sebagai bentuk rasa syukur atas segala anugerah yang telah dilimpahkan kepada kita. Yakinkanlah, bahwa kenikmatan yang kita terima mutlak berasal dari Allah semata. Sadarilah akan hal ini. Tatkala mengucapkan “ar-Rahmanirrahim” hadirkan kelembutan kasih sayang-Nya dalam relung hati yang terdalam, sehingga jelas bagi kita untuk melihat begitu luas rakhmat-Nya. Kesadaran ini akan menumbuhkan harapan yang besar kepada-Nya. Hati kitapun akan merasakan begitu kerdil melihat keagungan Allah Azza wa Jalla, rasa takutpun hadir karena dahsyatnya hari pembalasan ada ditangan- Nya, saat itulah lisan kita berkata “Maaliki yaumiddiin”. Kemudian hati kita sadar diri akan ketidak berdayaan dirinya, ketidakmampuan dirinya, sadar diri akan segala hal hanya karena Allah semata, sadar diri bahwa yang mutlak disembah hanyalah Allah semata, “Iyyaaka na’budu”. Kemudian “Iyyaaka nasta’iin” karena melalui pertolongan-Nya maka kita diberi kemauan dan kemampuan untuk beribadah, untuk berada dalam “ketaatan”. Sadarilah bahwa ketaatan kita terwujud mutlak karena perkenan- Nya. Karena perkenan-Nya meminta kita untuk beribadah, bermunajat Perjalanan Terindah 68 kepada-Nya. Seandainya Allah tidak mem”perkenankan” kita, niscaya kita terseret dalam godaan syetan yang terkutuk. Renungilah. Kemudian hati kita memohon kepada Allah, “Ihdinash shiraatal mustaqiim (tunjukilah kami jalan yang lurus)”. Jalan yang menuju ridha Allah. Yakni jalan yang telah Allah limpahkan ni’mat hidayahnya kepada para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, bukan jalan mereka yang telah Allah murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Lisanpun terucap “shirathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin”. Kemudian mohonlah jawaban seraya mengucapkan “Aamiin”. Rasulullah SAW bersabda,“ dibagi antara Aku dan hamba-Ku. Jika hamba-Ku mengucap, “Bismillahirrahmaanirrahiim”, maka Allah SWT berfirman,”Hamba- Ku telah menyebut-Ku.” Jika ia berucap,”Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin”, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Jika hamba tersebut mengucapkan, “Arrahmaanirrahiim”, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah mengagungan-Ku.” Jika ia mengucap, “Maaliki yaumiddiin”, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuliakan-Ku”. Jika ia berkata, “Iyyaaka na’budu’”, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah beribadah kepada-Ku”. Apabila ia mengucap, “waiyyaka nasta’iin”, Allah berfirman, “Hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku”…. dalam riwayat lain Jika ia berkata, “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin”, Allah berfirman, “Ini adalah bagian untuk-Ku dan hamba-Ku”, Dan jika ia mengucapkan, “Ihdinash shiraatal mustaqiim”, Allah berfirman, “Ini adalah untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang diminta.” (HR. Muslim). Perjalanan Terindah 69 7. Membaca Beberapa Ayat Al Qur’an Rasululloh SAW bersabda : "Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wasallam ketika dzuhur membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat pertama, dan beliau membaca Ummul Kitab saja pada dua rakaat berikutnya dan terkadang beliau perdengar-kan ayat (yang dibacanya) kepada para sahabat." (Muttafaq 'alaih). Contohnya, kita membaca surat Al Ikhlas 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Saat lisan membaca ayat dari Al Qur’an, sudah seharusnya hati kita memamahi dan selalu mengarahkan hati kepada Allah. Hayati maknanya, resapi kandungannya, dan selalu dalam sadar bahwa ayat yang dibaca adalah Kalam Allah. 8. Ruku’ Setelah selesai membaca beberapa ayat Al Qur’an, kemudian mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga seraya membaca “takbir”, kemudian ruku’ Perjalanan Terindah 70 yakni membungkukkan badan, serta kedua tangannya memegang lutut, antara punggung dan kepala ditekankan supaya rata. Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdiri dalam shalat mengangkat kedua tangannya sampai setentang kedua bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku' …." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari, Muslim dan Malik) Dalam sebuah lokakarya “Shalat sebagai Mi’rajnya Orang-orang Beriman, 6 Oktober 2004, di Jakarta Islamic Center, Zamzam A. Jamaluddin dan Kuswandani Yahdin, menggambarkan bahwa posisi seseorang ketika sedang ruku’ terlihat seperti gambar berikut : Dalam ‘Ilal asy Syara’i’ disebutkan, peristiwa Rasulullah ketika mi’raj. “Setelah disuruh ruku’, Rasulullah disuruh memandang Arasy-Nya. Rasulullah bersabda, “….Maka, aku pun memandang ke keagungan hingga nafs-ku lenyap dan aku pingsan. Kemudian, aku diilhami untuk mengucapkan : “Subhaana rabbiyal ‘adhiimii wa bi hamdih” ( Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya), demi keagungan yang aku lihat. Setelah aku mengucapkan kata-kata itu, aku siuman sampai aku Warna merah melambangkan akal / rasio, sedangkan warna biru melambangkan qalb. Posisisi Ruku’ menggambarkan posisi seseorang dimana akal sejajar dengan qalb. Pemikiran dan Petunjuk Allah saling membantu, dan bekerjasama secara sejajar. (Herry ; Shalat dan Transformasi Fitrah Diri, dalam http : // suluk .blogsome.com) Perjalanan Terindah 71 mengucapkannya tujuh kali. Kata-kata itu telah diilhamkan kepadaku, dan kesadarankupun pulih kembali seperti sedia kala….” Dalam Mishbah asy Syari’ah, terdapat petikan ungkapan Imam Ja’far Ash Shadiq as., ”Ruku’ adalah yang pertama dan sujud adalah yang kedua. Barangsiapa memenuhi makna pertama, maka yang kedua menjadi benar. Di dalam ruku’ terdapat adab dan di dalam sujud terdapat kedekatan. Barangsiapa tidak membaguskan adab, ia tidak layak untuk dekat. Maka, ruku’lah dengan ruku’ orang yang tunduk kepada Allah, dengan hati yang merasa hina dan malu dibawah kuasa-Nya, dan merendah kepada-Nya, dengan seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana orang yang takut dan berduka karena luput mendapat faedah orang-orang yang ruku’” (Shalat Ahli Makrifat hal. 227). Ketika ruku’ perbaguslah adab-adabnya, sebagai berikut : Pertama, hati harus takut dan khusu’ selama dalam ruku’. Rendahkanlah diri dan batin, karena sedang ruku’ di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Takutlah akan kebesaran dan keagungan-Nya. Kedua, meluruskan punggung ketika ruku’. Bersihkan hati dari kebengkokan – kebengkokan kuasa nafsu ke-akuan dan keiginan. Selama diri kita “masih merasa mampu melaksanakan perintah dan menganggap dirinya berjalan diatas ‘keinginannya’, maka kita masih terhalang menikmati hasil dari ruku”. Ketika “nafsu atas ke-aku-an dan keiginan telah binasa dan sirna”, maka kita bisa masuk kedalam naungan “pertolongan Ilahi”. Ingatlah, “Dan tiada daya serta kekuatan selain dengan Allah.” Ketiga, menjaga hati dari bisikan dan tipu daya setan. Oleh karena itu, setelah selesai dari membaca beberapa ayat dari Al Qur’an, selalu jagalah hati untuk mengingat akan kesombongan Allah, kebesaran Allah, keagungan Allah, seraya mengangkat kedua belah tangan saksikan kebesaran Allah …………… hingga lisanpun berkata, “Allahu Akbar” (Allah Perjalanan Terindah 72 Maha Besar), kemudian mulailah ruku’ dengan meluruskan punggung dan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Kemudian, hatipun menunduk….saksikan kehinaan dan kerendahan diri serta takutlah terhadap kekuasan Illahi Rabbi. Lenyapkan segala nafsu ego kita……nafsu keinginan……….hingga ruh kita menyaksikan,”tiada daya dan kekuatan selain dari Allah”. Saat kesadaran dari “tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata” muncul, maka lisanpun berucap, “Subhaana Rabbiyal ‘Adhiimii wa bi hamdih” ( Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya). Kemudian sadarkan lagi… sadarkan lagi….. , hati kita terhadap penyaksian keagungan Allah, Sang Pemilik dari Segala Keagungan, hingga lisanpun mengucapkan, “Subhaana Rabbiyal ‘Adhiimii wa bi hamdih” ( Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya). 9. I’tidal ( Berdiri dari Ruku’) Setelah selesai melakukan ruku’, kemudian melakukan I’tidal yakni mengangkat punggung dan kepala ke posisi semula ( berdiri ) dengan tegak. Sabda Rasulullah SAW, “Jika kepala diangkat, angkat pula tulang punggungmu, dan angkat pula kepalamu agar tulang-tulang atau sendi-sendi kembali pada posisi semula. Tidak sempurna shalat siapapun jika tidak melakukan itu.”( HR. Muttafaq ‘Alaih ) Ketika kesadaran yang muncul saat ruku’ bahwa “tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah” maka hati kita bisa melihat, sungguh seluruh gerakan, bacaan kita semata-mata anugerah Allah semata. Tanpa anugerah Allah kita tidak bisa melakukan shalat. Perjalanan Terindah 73 Penyaksian tersebut akan memperlihatkan kepada segala keagungan hanyalah milik Allah semata, segala puji hanyalah milik Allah semata, dan hatipun akan melihat bahwa segala makhluk yang berada langit dan bumi ini bersujud, “atas penyaksian tersebut” hingga tunduk atas keagungan Allah SWT, seperti tertuang dalam QS. An Nuur : 41 “Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya bertasbih kepada Allah siapa pun yang ada di petala langit dan bumi, dan burung dengan mengembangkan sayapnya. Sungguh setiap sesuatu mengetahui cara shalatnya dan cara tasbihnya masing-masing. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka kerjakan.” Kemudian, hati pun tertunduk dan hanya bisa berharap atas limpahan rakhmat Allah, ulangi – ulangi dan ulangi akan harapan atas limpahan rakhmat Allah. Saat hati telah “mendengar” pujian segala makhluk di langit dan di bumi, maka lisanpun terucap, “Sami’allahu liman hamidah” (Allah sungguh mendengar para pemuji-Nya). Kemudian punggung dan kepalapun terangkat, kembali ke posisi berdiri tegak lurus dan bertu’maninah, kemudian hatipun mengharap lagi akan limpahan rakhmat-Nya, hingga lisan berkata, “Rabbanaa lakal hamdu mil ‘us samaawaati wa mil ul ardhi wa mil ‘u maa syi’ta min syai’in ba’du” (Ya Allah Tuhan kami ! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu) Perjalanan Terindah 74 10. Sujud Setelah melakukan I’tidal kemudian kita melakukan sujud, yaitu meletakkan dahi dan hidung di atas tempat shalat setelah kedua telapak tangan, lutut serta ujung jari-jemari kaki dan bertuma’ninah. Rasulullah SAW bersabda, “Sedekat-dekatnya hamba dari Tuhannya adalah seseorang yang bersujud. Oleh karena itu, banyak-banyaklah berdo’a”(HR. Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i). Dalam sebuah hadis diceritakan, Dari Abu Wail bin Hujr, ia menceritakan, “Aku pernah menyaksikan Rasulullah, apabila bersujud beliau meletakkan kedua lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya, sedang apabila bangkit dari sujud beliau mengangkat kedua tangan sebelum kedua lututnya” (HR. Khamsah, kecuali Ahmad). Menurut Zamzam A. Jamaluddin dan Kuswandani Yahdin, posisi sujud dalam shalat menunjukan posisi qalb diatas rasio, seperti nampak dalam gambar berikut : Warna merah melambangkan akal / rasio, sedangkan warna biru melambangkan qalb. Posisisi Sujud menggambarkan posisi seseorang dimana qalb diatas rasio . Petunjuk Allah berkedudukan diatas pemikiran. Rasio menjadi instrumen untuk menjalankan petunjuk Allah (Herry ; Shalat dan Transformasi Fitrah Diri, dalam http : // suluk .blogsome.com) Perjalanan Terindah 75 Dalam ‘Ilal asy Syara’i’ disebutkan, peristiwa Rasulullah ketika Mi’raj,beliau bersabda, “ … lalu Dia berfirman, “Angkatlah kepalamu !” maka, aku mengangkat kepalaku hingga aku melihat sesuatu yang membuat nalarku lenyap. Lalu, aku menghadap ke tanah dengan wajah dan kedua tanganku. Kemudian, diilhamkan kepadaku agar aku mengucapkan, “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)” karena betapa luhur yang kulihat itu. Lalu, aku mengucapkannya tujuh kali. Setelah itu, aku tersadar. Setiap kali aku mengucapkannya, ketaksadaranku berangsur hilang. Lalu aku duduk. Jadilah dalam sujud itu “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih”. Dan duduk itu menjadi istirah dari ketenggelaman dan keluhuran yang kulihat. Tuhanku mengilhamkan kepadaku dan diriku menuntutku agar aku mengangkat kepala. Maka, aku pun mengangkatnya hingga kulihat keluhuran yang membuatku pingsan. Aku tersungkur dendan wajahku dan menghadapkan wajah dan kedua tanganku ke tanah sambil mengucapkan, “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih”. Aku mengucapkannya tujuh kali. Lalu, aku mengangkat kepala. Kemudian, aku duduk sejenak sebelum berdiri, menatap keluhuran itu untuk kedua kalinya. Karena itu, jadilah dua sujud dan satu rukuk. Dan karena itu, jadilah duduk sebelum berdiri itu sebagai duduk yang ringan…”(Shalat Ahli Makrifat hal. 242) Dalam Mishbah asy Syari’ah, Imam Ja’far Ash Shadiq a.s., berkata : “Orang yang mengalami hakikat sujud demi Allah, tidak akan merugi, meski hanya sekali seumur hidup. Orang yang khalwatnya bersama Allah dalam keadaan seperti ini mirip dengan khalwatnya bersama muslihatPerjalanan Terindah 76 muslihat nafsunya, serta lalai terhadap apa yang telah dijanjikan Allah bagi orang-orang yang sujud berupa keakraban di dunia dan ketenangan di akhirat, tentu tidak akan meraih kemenangan. Tidak ada jauh dari Allah bagi orang yang memperbaiki kedekatan diri kepada-Nya di dalam sujud. Tidak ada dekat dengan-Nya bagi orang yang beradab buruk dan menyia-nyiakan kemuliaannya dengan mengaitkan hati kepada selain Allah di dalam sujudya. Oleh karena itu, bersujudlah dengan sujud orang-orang yang tunduk dan menghinakan diri kepada Allah Ta’ala, karena tahu bahwa dirinya diciptakan dari tanah yang menjadi injakan makhluk, dan bahwa Dia mengambilmu dari nutfah yang dipandang kotor oleh siapapun, lalu menjadikannya dari ketiadaan. Allah telah menjadikan makna sujud sebagai sebab mendekat kepada- Nya dengan hati, sirr, dan ruh. Siapa yang dekat dengan-Nya, tentu jauh dari selain Dia. Tidakkah engkau lihat keadaan lahiriahnya, bahwa sujud dipandang sempurna hanya jika tertutup dari segala sesuatu dan tertabir dari setiap yang terlihat mata. Demikian pula masalah batin. Barangsiapa yang dalam shalat hatinya bergantung pada sesuatu selain Allah Ta’ala berarti ia dekat pada sesuatu itu dan jauh dari hakikat sesuatu yang dikehendaki Allah dalam shalatnya. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Allah tidak menjadikan dua hati bagi seseorang di dalam rongganya.” Rasulullah SAW, bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, “Apabila Aku melihat hati seorang hamba, lalu Aku tahu bahwa didalamnya ada cinta ikhlas untuk taat kepada-Ku, untuk Wajah-Ku, dan karena mengharap ridha-Ku, maka Aku menguasai diri dan siasatnya. Sebaliknya siapa yang sibuk dengan selain-Ku (sehingga lalai kepada- Ku), maka ia termasuk orang-orang yang memperolok-olok dirinya sendiri dan namanya tertulis pada daftar orang-orang yang merugi””(Shalat Ahli Makrifat hal. 244) Perjalanan Terindah 77 Bagi kita, yang paling layak dilakukan adalah mengarahkan segala pandangan terhadap kelemahan, kelalaian, kehinaan dan kerendahan diri kita, menyesali ketercegahan dan bersedih hati atas cara ketertabiran kita, berlindung kepada al Haqq dari kerugian serta kuasa nafsu dan setan. Mudah – mudahan kita berada dalam keadaan “keterpaksaan” hingga Allah mengabulkan doa orang dalam keterpaksaan. Seperti firman Allah : ¨ r& Ü=‹Ågä† §sÜôÒß ø9$# #sOEÎ) ç%tæyŠ ß#ϱõ3t …. uþI¡9$# ƒu! “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan” ( QS : An Naml : 62 ) Dengan melumuri kepala kita dalam keadaan gelisah dan sempit dan dalam hati yang berduka dan sedih, dengan tanah hina yang merupakan asal penciptaan kita. Dan mengingat asal kejadian kita yang hinda dina. Lalu dengan menunduk kepala berdo’a : “Ya Allah, kami telah jatuh dalam hijab gelap alam tabiat dan jaring besar penghambaan kepada nafsu dan cinta diri. Setan menguasai urat, kulit, dan darah kami hingga seluruh raga kami berada dalam kuasanya. Tidak ada jalan bagi kami untuk membebaskan diri dari musuh yang kuat ini selain berlindung kepada Dzat-Mu Yang Maha Kudus. Ya Allah, gengamlah tangan kami, tolonglah kami, dan jadikan hati kami menghadap kepada-Mu… Ya Tuhan kami, penghadapan kami kepada selain Engkau bukanlah untuk memperolok. Kami sama sekali tidak bermaksud menyombongkan diri dan bergurau di tempat kehadiran suci Sang Maha Raja. Namun, ketakberdayaan diri dan kekurangan – kekurangan kami telah memalingkan hati kami yang terhijab dari-Mu. Kalaulah bukan karena pemeliharaan dan perlindungan-Mu, tentu kami Perjalanan Terindah 78 akan abadi di dalam kesengsaraan kami hingga waktu yang tak berkesudahan, dan kami tidak memiliki jalan untuk menyelamatkan diri. Ya Allah, inilah keadaan kami, dan Dawud a.s. pernah berkata, “Andaikan tiada ada pemeliharaan-Mu, tentu aku telah membangkang kepada-Mu” Oleh karena itu, lakukan sujud dengan sesungguh-sungguhnya yaitu dengan meletakkan tujuh anggota badan (dahi dan hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan dua telapak kaki) ke tanah,yakni ke tempat dimana kita berasal ( dari tanah ) yang rendah dan hina, dan ke tempat itu pula tubuh kita akan dikembalikan. Sungguh ketika kita tersadar akan tempat asal dan tempat pengembalian kita maka, maka kesombongan dan kecongkakan akan terhindar dari kita. Hati akan tersadar bahwa kita hanya bisa berserah diri dalam kerendahan yang sungguh-sungguh rendah. Tanpa limpahan rakhmat dari Allah Azza wa Jalla, maka kita tidak punya daya apa-apa. Keagungan, Keluhuran, Ketinggian dari segala Yang Tinggi adalah milik Allah semata. Penuhilah hati untuk selalu dan selalu, mengulang-ulang permohonan atas limpahan rakmat Allah. Tatkala hati kita menatap kerendahan diri kita dan menyaksikan ke- Maha Luhur –an Allah Azza wa Jalla , maka lisanpun berucap, “ “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)”. Lisanpun terus mengulang – ulang atas pernyataan, “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)”. Perjalanan Terindah 79 11. Duduk Diantara Dua Sujud ( Duduk Iftirasy ) Duduk diantara dua sujud, dilakukan antara sujud yang pertama dengan sujud yang kedua pada roka’at yang pertama sampai roka’at yang terakhir. Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim) Menurut Syaikh Al-Albani, “duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai.” Dari Rifa'ah bin Rafi' - dalam haditsnya - dan berkata Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam : "Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri." (Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadz Abu Dawud) Saat kita melakukan duduk iftirasy, selalu hiasi hati dengan kerendahan hati, ketundukan jiwa dan kepasrahan total terhadap Allah Azza wa Jalla. Pada posisi ini, hati kita melakukan permohonan dalam sebuah do’a, melalui lisan mulailah dengan membaca : “Robighfirlii ……… ( Ya Allah, Ampunilah aku……….) warhamnii……….. ( Belas kasihanilah aku ………………. ) wajburnii ……………….. (Cukupkanlah segala kekuranganku …..……….. ) warfa’nii…………..( Angkatlah derajatku ……….… ) warzuqnii ………………. ( Berilah rezeki kepadaku …. ) wahdinii……………..…( Berilah petunjuk kepadaku …. ) wa’aafinii …………. ( Berilah kesehatan kepadaku … ) wa’fu ‘annii…….…( dan berilah ampunan kepadaku …. ) Perjalanan Terindah 80 12. Tasyahud Awal & Akhir Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : "Dahulu kami membaca di dalam shalat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud adalah : “Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.” Maka bersabdalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: “Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca: "Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hambahamba yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya." (HR. An-Nasai, Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih) Dan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: "Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia mengucapkan: 'Segala penghormatan, shalawat dan kalimat-kalimat yang baik bagi Allah'." (HR. Abu Daud, An-Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam "Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim") Abi Humaid As-Sa'idiy tentang sifat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berkata, “Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam dua roka'at (tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya dan bila duduk dalam roka'at yang akhir (tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll).” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud) Perjalanan Terindah 81 Dari Ibnu 'Umar berkata Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa sallam bila duduk didalam shalat meletakkan dua tangannya pada dua lututnya dan mengangkat telunjuk yang kanan lalu berdoa dengannya sedang tangannya yang kiri diatas lututnya yang kiri, beliau hamparkan padanya."(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Nasa-i). Dalam Kitab Durratun Nasihin, disebutkan tentang kisah mi’raj. Rasulullah SAW, berkata, “ Tatkala saya sampai di Arsy, maka saya dapatkan dia lebih luas dari segala sesuatu, dan Allah Ta’ala telah mendekatkan saya kepada tiang Arsy itu, maka setetes air dari Arsy terjatuh di mulut saya, tidak ada orang yang pernah merasakan lebih manis dari padanya, maka Allah memberitahu kepada saya berita orang - orang yang terdahulu dan yang kemudian. Dan menjadi lancarlah lisan saya sesudah keadaannya yang lemah dari sebab takut kepada Allah. Maka kata saya, “Attahiyyaatul lillaahi wash shalawaatu wath thoyyibaatu” ( Segala penghormatan itu hanya bagi Allah, dan begitu juga semua shalawat dan kebaikan). Maka Allah berfirman, “Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh” (Segala keselamatan tetap untuk engkau, hani Nabi, dan demikian juga rahmat Allah dan berkahNya), jawab saya, “Assalamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiina” (Mudah – mudahan keselamatan tetap untuk kami sekalian dan untuk para hamba Allah yang shalih-shalih). Tasyahud merupakan posisi, dimana kita mengakui dan menyatakan tentang kehambaan kita di depan Allah Azza wa Jalla Penguasa Alam Semesta. Sadarilah bahwa, karena Allah semata kita diciptakan sebagai seorang hamba, kemudian menyuruh kita untuk menghamba kepada-Nya dengan hati, Perjalanan Terindah 82 dengan lisan dan seluruh anggota tubuh kita dan merealisasikan kehambaan kepada-Nya. Kemudian diberi pengetahuan, “bahwa ubun – ubun seluruh makhluk berada di tangan – Nya”. Sungguh kita tidak memiliki kemampuan atas sedetik nafaspun tanpa kuasa – Nya, segalanya atas kehendak dan ijin dari Allah Azza wa Jalla. Saat hati kita tersadar atas penyaksian tersebut, maka lisan kita berkata, “ At tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatulillaah ( Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah )” Kemudian sadarilah bahwa, jika tidak ada ketersingkapan yang sempurna dari Rasulullah SAW, maka siapapun tidak akan memperoleh perjalanan penghambaan kepada Al Haqq. Demikian juga karena melalui wasilah hamba – hamba yang shaleh, kita bisa mengenal Allah. Dalam Kitab Sirr As Shalah, Imam Khumaini menyebutkan, “Nabi SAW dan para imam suci yang ma’shum adalah teman dalam perjalanan makrifat dan mi’raj hakiki di permulaan shalat, demikian pula di akhir safar ini. Seorang salik harus ingat bahwa mereka adalah para penguasa nikmat, wasilah para ahli makrifat untuk memperoleh wushul dan perantara turunnya berkah hadirat rububiyah dan manifestasimanifestasinya. “Kalau tidak ada mereka, maka ar Rahman tidak akan disembah dan ar Rahman tidak akan dikenal.”” Oleh karena itu, dalam tasyahud hadirkan pribadi nabi dengan segala kemuliaannya, kemudian berikan salam, “As salamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh” (Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai nabi (Muhammad)), dengan sungguh – sungguh memberi salam dan hati berharap do’a tersebut pasti sampai kepada-Nya, dan Allah akan membalas salam kita dengan balasan yang lebih baik. Perjalanan Terindah 83 Kemudian berilah salam kepada diri kita sendiri dan hamba – hamba yang shaleh, dengan ucapan, “As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin” (Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh), berharaplah dalam hati bahwa Allah akan membalas salam kita dengan sepenuh jumlah hamba-hamba-Nya yang shaleh-shaleh. Kemudian perbaharui kesaksian atas wahdaniyah-nya Allah dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dengan membaca dua kalimah syahadat, “ Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah” ( Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah). Kemudian bershalawatlah kepada Nabi, “Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad” (Ya Allah, Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad). Kemudian bila tasyahud akhir, lanjutkan dengan do’a – do’a berikut : “Wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad” ( Ya Allah, Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad), kemudian “Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahim” (Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya), “ Wa baarik ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad” ( Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya), “Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahiim” (Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya), kemudian, “Fil ‘aaalamiina innaka hamiidum majiid” (Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji dan Maha Mulia ). Perjalanan Terindah 84 13. Salam Rasulullah SAW bersabda, “"Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih ) Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah) Dari 'Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh." Dan kesebelah kiri: "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud) Dalam hadis shalat mi’raj, Rasulullah saw. bersabda, “ …. Kemudian, aku menoleh ke kanan. Tiba – tiba aku mendapati barisan-barisan para malaikat, para nabi, dan para rasul Allah menyuruhku, “Hai Muhammad, berilah salam !” maka aku berucap “ Assalam ‘alaikum warahmatullah wa barakatuh” (salam sejahtera serta rahmat dan keberkahan Allah atas kalian). Lalu Dia berfirman, “Ya Muhammad, Akulah as Salam, at Tahiyyah, dan ar Rahmah, sedangkan keberkahan adalah engkau dan keturunanmu. ….” Posisi salam, merupakan penutup dari seluruh rangkaian perjalanan dalam shalat kita. Lakukan salam dengan menengok ke kanan dengan tujuan memberi salam kepada para malaikat dan hamba –hamba yang shaleh, seraya berkata, “ Assalam ‘alaikum warahmatullah wa barakatuh” (salam Perjalanan Terindah 85 sejahtera serta rahmat dan keberkahan Allah atas kalian), kemudian menengok ke kiri dengan memberi salam dengan ucapan, “ Assalam ‘alaikum warahmatullah” (salam sejahtera serta rahmat atas kalian) Dalam Sirr As Sholah, mengutip perkataan Imam Ja’far Ash Shadiq as. dalam Mishbah asy Syari’ah, dikatakan, “ Makna salam di akhir setiap shalat adalah aman. Artinya barangsiapa melaksanakan perintah Allah dan sunnah Nabi-Nya saw. dengan hati yang khusuk, ia akan memperoleh aman dari bencana dunia dan bebas dari siksa akhirat. As Salam adalah salah satu nama Allah ta’ala yang dititipkan kepada makhluk-Nya agar mereka menggunakan maknanya dalam berbagai muamalah, amanat, hubungan, dan menegaskan persahabatan diantara mereka serta mengesahkan pergaulan mereka. Apabila engkau ingin meletakkan salam pada tempatnya dan menunaikan maknanya, maka takutlah kepada Allah agar Dia menyelamatkan agama, hati, dan akalmu. Jangan mengotorinya dengan gelap maksiat. Hendaklah engkau memberi salam kepada para penjagamu. Jangan membuat mereka bosan dan jemu, dan jangan menjadikan mereka berlepas diri darimu dengan perlakuanmu yang buruk terhadap mereka, lalu terhadap temanmu, lalu musuhmu. Karena orang yang tidak memberi salam kepada dia yang paling dekat dengannya, tidak akan memberi salam terhadap dia yang paling jauh darinya. Dan barangsiapa yang tidak meletakkan salam pada tempattempatnya ini, maka tidak ada salam dan taslim, dan ia telah berdusta dalam salamnya walaupun ia menyebarkannya kepada makhluk” Sebagaimana diketahui, shalat merupakan mi’rajul mukminin. Dalam shalat kita bisa berdialog, berkomunikasi dengan Allah Azza wa Jalla. Dalam shalatpun terdapat tangga – tangga perjalanan ruhani seseorang. Ketika Perjalanan Terindah 86 shalat akan berakhir, maka “permohonan akan aman” dari segala “hijab” terhadap penyaksian Allah adalah hal yang sangat didambakan. Inilah makna “aman yang sebenarnya”. Bagi yang menghayati shalat secara utuh, maka tempat shalat yang sesungguhnya tidak hanya di dalam “masjid”, namun di seluruh hamparan bumi ini. Ketika kita bekerja, berhubungan dengan orang lain, ketika kita melakukan aktivitas keduniaan, dipandang sebagai aktivitas berjalan memenuhi undangan Allah dan senantiasa menegakkan jalan yang lurus. Semua makhluk, kejadian yang ada di muka bumi adalah hamparan bukti – bukti terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Adanya segala makhluk justru menjadi wasilah untuk lebih mengenal Allah. Perjalanan Terindah 87 Penutup Demikianlah rangkaian perjalanan terindah dalam “shalat” telah terjalani, namun perjalanan yang sesungguhnya adalah perjalanan di setiap gerakan nafas sang hamba, karena hakikat waktu dalam hidup ini adalah “nafas kita saat ini”. Nafas yang telah kita hirup adalah masa lampau, nafas saat ini “adalah hidup kita”, nafas berikutnya “hanya berupa harapan”. Kita tidak mengetahui apakah Allah masih memberi kita “nafas berikutnya” karena sesungguhnya hidup kita terdiri dari dari nafas satu ke nafas yang lain, maka selalu memohon perlindungan Allah dalam setiap tarikan nafas adalah hal yang mutlak diperlukan, itulah mengapa para guru – guru kita senantiasa menjaga kesucian dzohir dan batin di setiap waktu karena setiap tarikan nafas adalah “sebuah perjalanan yang tiada akhir untuk bertemu Illahi Rabbi” “Ya Allah jadikanlah setiap hembusan nafas kami, adalah hembusan dzikir untuk mengingat nama – Mu” Amiin. Perjalanan Terindah 88 Daftar Pustaka Alfaqih Abu Laits Samarqandy. Tanbighul Ghafilin ( diterjemahkan dalam Tanbighul Ghafilin : Pembangunan Jiwa dan Moral Umat oleh Abu Imam Taqyuddin, BA). Surabaya : Mutiara Ilmu,tanpa tahun Abdullah Gymnastiar. KH. Shalat Best of The Best. Bandung : Khas MQ, 2005 Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Alhusain bin Atha’ Allah Al Iskandary. Al Hikam ( diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy ) Surabaya : Balai Buku, 1984 Ali Umar Badahdah. Sujud ( diterjemahkan oleh M. Thoha Anwar ) Jakarta : Studio Press, 2002 Abu Sangkan. Pelatihan Shalat Khusyu’. Jakarta : Baitul Ihsan, 2004 Imam Ruhullah al Musawi al Khumaini, Sirr as Shalah : Mi’raj as Salikin wa Shalah al ‘Arifin, ( diterjemahkan dalam Shalat Ahli Makrifat : Seputar Makna batiniah Gerakan & Bacaan dalam Shalat oleh Irwan Kurniawan ). Bandung : Pustaka Hidayah, 2006 Ibnu Rusydi. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid ( diterjemahkan oleh Drs. Mad ‘Ali ). Trigenda Karya, 1997 Lukman Hakim, MA, KH. Wudlu Kaum Sufi. http://www.sufinews.com Mohammad Rifa’i, Drs. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : Karya Toha Putra, 2004 Perjalanan Terindah 89 Muhammad ‘Uwaidah. Syaikh Kamil Muhammad. Al Jami’ Fii Fiqhi An Nisa’ ( diterjemahkan dalam Fiqih Wanita oleh M. Abdul Ghaffar E.M ). Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2002 Mustofa Bisri, KH. Antara Isra' dan Mi'raj, Roh dan Jasad, Kuil dan Mesjid, Perintah dan Bilangan Shalat. www.pesantrenvirtual.com/fk/007.shtml : 1999 Masaru Emoto. The True Power of Water ( diterjemahkan oleh Azam Translator ) Bandung, MQ Publishing, 2006 Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa. Al Mustakhlash fii Tazkiyatil Anfus, (diterjemahkan dalam Mensucikan Jiwa oleh Aunur Rafiq Shaleh tamihid,Lc ). Jakarta : Robbani Press, 2001 Usman Alkhaibawi. Durratun Nasihin (diterjemahkan oleh Abdullah Shnhadji ). Semarang : Al Munawar, tanpa tahun Raghib As Sirjani, Dr. Kaifa Nurhafidzu ‘Alas Shalatil Fajri (diterjemahkan dalam Misteri Shalat Shubuh oleh Ahmad Munaji, Lc ) Solo : Aqwam, 2006 T. Djamaluddin. Isra ‘ Mi’raj, Salah Tafsir, dan Makna Pentingnya. http : // media.isnet.org / islam /etc/isramiraj.html Ustaz Syed Hasan Alatas. Isra’ dan Mi’raj. Sumber : http://www.shiar-islam.com/doc8.htm Zamzam A. Jamaluddin dan Kuswandani Yahdin. Shalat dan Transformasi Fitrah Diri ( Makalah yang disampaikan dalam sebuah lokakarya Shalat sebagai Mi’rajnya Orang-orang Beriman, 6 Oktober 2004, di Jakarta Islamic Center). http://suluk.blogsome.com : 2004