Ulama-Ulama Pembela Dakwah Salafiyah Dahulu Hingga Sekarang (2)
Kategori: Manhaj Salaf
Ketiga, Muhammad Bin Abdul Wahhab -rahimahullah-
Beliau hidup tiga abad yang lampau. Di saat itu dunia dipenuhi oleh syirik, bid'ah dan kesesatan. Orang-orang menghadapkan wajah mereka kepada selain Allah, kepada wali-wali Allah, berdoa dan beristighatsah kepada selain Allah, meminta pertolongan kepada selain Allah. Mereka menggantungkan hati mereka kepada pohon, batu, kain-kain, pakaian-pakaian, dan peninggalan-peninggalan (yang dikeramatkan). Mereka mencari berkah dari semua hal di atas. Maka imam ini melaksanakan apa yang Allah ilhamkan kepadanya, dan apa yang Allah telah ilhamkan kepada imam lainnya, amir yang bersamanya. Sehingga bersatulah ilmu dan jihad, pena dan tombak, keduanya saling menguatkan dan saling menolong untuk membela tauhid dan aqidah yang lurus.
Beliau berdakwah di jalan Allah ta'ala dan menuju tauhid yang murni, membuang bid'ah dan khurafat, membantah syirik dan perkara baru dalam agama, dengan kekuatan yang Allah berikan kepada beliau. Maka terjadilah berbagai bantahan, perdebatan, dan diskusi antara beliau dengan musuh-musuh dakwah al-haq di zaman beliau. Beliau mendapatkan kemenangan yang nyata, dan kalimat beliau muncul. Allah meninggikan namanya, karena beliau telah meninggikan Sunnah, dan tauhid.
Beliau juga menyusun kitab-kitab yang mengagumkan, bagus, yang setiap rumah wajib tidak kosong dari kitab-kitab tersebut. Seorang thalibul ilmi -juga orang awam- jangan sampai tidak memilikinya, seperti Kitab Tauhid Alladzi Haqqullahi 'Alal 'Abid (Tauhid yang merupakan hak Allah atas para hamba-Nya). Kitab ini kitab yang diberkahi, mudah bahasanya, indah penjelasannya, kuat ungkapannya, yang ada hanyalah firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau sebutkan faedah-faedah yang dapat dipetik dari ayat-ayat atau dari hadits-hadits.
Sebagian ulama menyebutkan kisah yang mengandung pelajaran berkenaan dengan kitab ini dan penulisnya. Ada seorang di antara penduduk Afrika, yang di sana tersebar pemikiran Sufi yang menyelisihi kitab Allah dan Sunnah Nabi. Dia berkata: "Ada seorang Syaikh, di antara Syaikh thariqat Shufi. Setiap selesai melakukan shalat, dia mengangkat tangannya dan mendoakan kecelakaan untuk Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Dia mohon kepada Allah, agar Allah berbuat menimpakan keburukan kepadanya,...dst doa. Doa yang menjadikan bergidik hati orang-orang yang bertauhid. Orang tadi berkata, "Suatu kali aku mendatanginya, aku membawa kitab Tauhid, tetapi aku melepaskan sampulnya dan aku buang judulnya. Aku menemuinya, duduk bersamanya, dan mulai mengobrol. Dia berkata kepadaku, "Kitab apa ini?" Aku jawab, "Kitab yang berisi ayat dan hadits, ditulis oleh seorang ulama." Dia berkata, "Bolehkah aku membacanya." Maka seolah- olah dia berharap agar dia tambah meminta dan penasaran. Dia lalu memberikannya, dan berkata, "Tetapi aku ingin engkau meringkaskan kitab ini untukku, karena aku tidaklah seperti anda, seorang 'alim yang agung. Sehingga aku mendapatkan manfaat." Maka besoknya dia kembali, lalu Syaikh itu mengatakan, "Kitab ini sangat bagus, kitab ini menjelaskan berdasarkan ayat dan hadits, bahwa kita berada di atas kesesatan, kebodohan, dan penyimpangan. Di dalamnya hanya ada firman Allah dan sabda rasul. Siapakah yang menyusunnya?" Dia menjawab, "Inilah penyusunnya. Orang yang selalu engkau doakan kecelakaan di waktu malam dan siang." Maka dia bertaubat kepada Allah di saat itu juga. Dahulu dia selalu mendoakan kecelakaan untuknya, tetapi dia lalu mendoakan kebaikan untuknya. Inilah imam Muhammad bin Abdul Wahhab."
Dakwahnya yang diberkahi terus berlanjut, juga riwayat beliau yang semerbak wangi. Sampai sekarang, keturunan beliau masih meninggikan bendera Sunnah, membela manhaj yang haq, semampu mereka. Kita mohon kepada Allah ta'ala agar merahmati di antara mereka yang sudah wafat, dan menjaga dengan kebenaran di antara mereka yang masih hidup. Saudara-saudaraku, membahas secara sempurna tentang imam ini, karyanya, risalahnya, jawabannya, dan hidupnya, sangat luas. Akan tetapi ini - yang kami sampaikan ini- adalah inti yang menyinari untuk mendorong kita dengan cepat guna memahami riwayat imam- imam kita dan berita-berita pembesar kita.
Di zaman ini banyak ulama dan pembela dakwah. Alhamdulillah, karena dakwah ini membawa banyak kebaikan, keutamaan yang berlimpah, dan cahayanya menyebar ke seluruh dunia. Di Afrika, Asia, Amerika, Eropa, dan di segala tempat kita lihat muwahhidin (orang-orang yang bertauhid), kita lihat Ahlusunnah yang baik, kita lihat para da'i Salafi. Mereka tidaklah disatukan oleh hizb (kelompok), organisasi oleh thariqah, atau harakah. Tetapi mereka disatukan oleh tauhidullah. Maka tauhidullah, dan kalimat tauhid merupakan asas tauhidul kalimat (persatuan). Setiap kita menjauhi kalimat tauhid, kita menjauhi tauhidul kalimat.
Di zaman ini, mulai abad ini, terdapat ulama-ulama pembela dakwah yang diberkahi ini. Di antara mereka, yang pertama adalah, Imam, 'Allamah Abdurrahman bin Yahya Al Mu'alimi Al Yamani. Kemudian 'Allamah Mahmud Syakir Al-Mishri. Juga para saudara dan kawan mereka, Abdurrahman Al-Wakil, Abdurrazaq Hamzah, Muhammad Khalil Harras. Sampai perkara ini pada Syaikh Muhammad bin Ibrahim, beliau adalah salah satu keturunan imam Muhammad bin Abdul Wahhab.
Sampai perkara ini pada muridnya, Imam, 'Allamah, Al Bashir, Abu 'Abdillah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Bersamanya juga ada saudaranya, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, imam, 'Allamah, ustadz kami yang mulia, muhadits umat yang agung. Juga kawannya, saudaranya, temannya, yang serupa dengannya, imam, 'Allamah, Abu Abdillah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Ahli fikih yang teliti, memiliki pandangan yang dalam, yang diiringi taufik dan tahqiq. Aku katakan, bahwa beliau memiliki keistimewaan daripada seluruh ulama di zaman ini semuanya. Dengan sesuatu yang Allah anugerahkan kepadanya, yang tidak diberikan kepada orang lain. Yaitu bahwa ceramahnya merupakan karya. Hampir semua pembicaraannya, syarahnya, pelajarannya, seolah- olah beliau memegangi penanya, buku tulisnya, dan menulis dengan susunan yang bagus, penggabungan, pembagian, dengan gaya yang istimewa, luar biasa. Alhamdulillah, mereka semua di atas satu jalan, yang cemerlang dan bersih, di dalam membela Sunnah Nabi, dan meninggikan bendera aqidah Salafiyah. Mereka berjihad dalam hal itu dengan sebenar- benarnya, membelanya di kalangan hamba Allah dan di berbagai negeri. Kemudian mereka wafat pada satu rangkaian. Mereka telah menyelesaikan kewajiban mereka. Kita bersikap kurang jika kita berhenti di belakang mereka, tidak melanjutkan dakwah mereka, tidak mencari kemenangan dengan manhaj mereka, dan tidak mengangkat bendera mereka. Kalau demikian jadilah musibah yang besar, kita mohon perlindungan kepada Allah.
Tetapi dengan semua ini, kita mendengar orang bodoh dari sana-sini mencela para ulama kita. Engkau dengar salah seorang dari mereka mengatakan, "Ibnu Baz termasuk ulama penguasa." Wahai miskin, apa yang kau maukan terhadap beliau, seorang laki-laki yang 'alim, zuhud, banyak beribadah! Apa yang beliau kehendaki dari dunia ini, -sedangkan beliau menganggap remeh dunia ini, merasa cukup dengan sedikit dunia- sampai beliau menjilat penguasa, dan menjadi ulama untuk membela penguasa yang mengikuti hawa-nafsu!
Engkau lihat salah seorang dari mereka mengatakan: "Ibnu Utsaimin tidak memahami waqi' (kenyataan/situasi dan kondisi)." Wahai miskin, Ibnu Utsaimin adalah seorang 'alim, tegar bagaikan gunung, beliau mengetahui kaidah-kaidah il